Mukmin bengkuk kasab nandur ketela, Iku luwih
becik tinimbang bengkuk seba ing wong ala (Syeikh Ahmad Arrifa’i)
Subhanallah…………………
Sungguh mendalam isi dari nadlom tarjumah di di
atas, sebuah nadlom yang gampang di ingat dan dulu sering di sampaikan sebagai
petuah oleh para sesepuh dan juga mungkin bapak-bapak kita. saat belum
mendalami isi petuah sederhana tersebut, dulu saya sering ngelah sambil
bercanda, ngelahnya (membantah -red ) begini, itu kan untuk yang bungkuk, kalo
yang masih lurus-lurus saja, tidak bungkuk, lebih baik gak nandur telo. Masih
diterusin lagi ngelahnya, solanya kalo yang bungkuk itu mau cari kerjaan lain
pasti gak diterima, ya yang bungkuk itu memang pas-nya ya nandur telo(ketela
-red).
Untuk bisa memahami nadlom tarjumah sederhana “mukmin
bengkuk “ di atas, ternyata butuh waktu yang panjang, baru saya bisa
resapi kedalaman maknanya. Kadang di saat jeda dari kesibukan, berbekal pikiran
positif, kedalaman suatu makna dari apa yang pernah kita ingat bisa dipahami.
Saat delay nunggu pesawat dibandara, saya teringat nadhom ini, dan saya buat
sedikit coretan di buku agar tidak lupa idenya, siapa tahu suatu saat dapat
saya tulis.
Sudah lama saya ingin menulis makna batin yang
saya tangkap dari nadlom mukmin bengkuk ini walau sedikit, tapi saya ingat
nadhomnya hanya sepotong. saya coba cari lewat sms ke anak-anak santri tarjumah
yang saya kenal , terus saya bertanya via Face book, belum juga ada jawaban.
Akhirnya saya kirim email ke tanbihun com, Alhamdulillah saya mendapatkan
komplet nadlomnya. Ada 4 baris pendek, yang katanya ada di kitab tarajumah
Syarikhul iman.
Lengkap bunyi nadlomnya begini, Syarikhul Iman:
Mukmin bengkuk kasab nandur ketela, Iku luwih
becik tinimbang bengkuk seba ing wong ala, Nanggung dosa gede tan bisa tobat
katula, Ora patut wong duraka kede di pilala.
Terjemahan bebasnya
Mukmin bengkuk bekerja menanam ketela (ubi
jalar), Lebih bagus daripada bongkok sebo (sebo: berjalan sambil
jongkok, biasanya adat-adat di keraton) dihadapan orang dholim. Menanggung dosa
besar tidak pernah bisa bertaubat, Tidak patut orang durhaka biasa melakukan
besar itu dihormati .
Kesan mandalam yang saya tangkap dari nadlom
tarjumah mukmin bengkuk itu adalah spirit kemandirian. Mandiri
artinya tidak bergantung kepada manusia lain, karna memang seroang mukmin itu
hanya menggantungkan dirinya kepada Allah SWT, dan itulah inti ajaran zuhud.
Zuhud punya arti bebas atau tidak tergantung dari pengaruh-pengaruh dunia,
makin tinggi tingkat kebebasan atau ketidak bergantungnya dari dunia materi,
makin tinggi maqom zuhud seseorang.
Nadlom di atas mengajarkan walaupun sangat susah
dan payah( ibarat kata sampai badan membungkuk – bungkuk karna saking capek dan
susahnya ), berusaha sendiri – seperti nandur telo (telo adalah komoditas yang
value-nya rendah), usaha sendiri tersbut lebih punya makna (luwih becik), dari
pada bekerja bengkuk ikut orang lain. Kalau di nadlom tersebut dibilang bengkuk
sebo ing wong olo- bekerja bengkuk ikut sama orang dholim.
Itulah salah satu makna mendalam yang diajarkan
sebuah Kemandirian. Karna pribadi yang mandiri, dia akan punya Izzah, karna
hidupnya ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan ditentukan oleh orang lain,
pribadi yang bisa subject yang menjalankan dunia, bukan object yang ditentukan
oleh orang lain. Sekecil apapun tingkat kemandirian itu, akan terasa nikmat dan
Indah hidup ini.
Bagi yang mendalami logika mukmin bengkuk ini,
maka dapat difahami sekali bahwa para sesepuh dulu paling tidak mau menerima
bantuan dari pihak luar, terutama dalam hal pembangunan sarana, bahkan
bantuan-bantuan dari pihak pemerintah. Dan menurut logika saya saat ini ya
harusnya seperti itu. Logikanya ya sangat sederhana sekali kita pasti akan
memanfaatkan, merawat, menjaga semaksimal mungkin terhadap segala susuatu dari
usaha jerih payaha kita sendiri, disamping mungkin ada efek bathiniah
lain yang tidak bisa diungkapkan dalam tulisan ini.
Sekarang logika mukmin bengkuk perlu di segarkan
kembali. Spirit kemandirian yang terkandung dalam nadlom “mukmin bengkuk nandur
telo “ itu harus ditanamkan. Dalamnya pesan para sesepuh dengan nadlom
sederhana itu perlu dihidupkan . kenapa? Dengan majunya pemikiran dan
berkembangnya jaman, disana sini sudah mulai terasa lunturnya logika mukmin
bengkuk. Gambaran sederhananaya, saat ada pembangun sarana tarajumah (seperti
masjid, pesantren, musollah), dibuatlah proposal canggih untuk menarik dana
dari pihak-pihak luar. Bukanya hal itu tidak boleh, tapi semangat mukmin
bengkuk, semangat kemandirian, semangat berdiri di atas kaki sendiri itu lebih
bernilai (luwih becik).
Untuk membangkitkan insnpirasi, mungkin nadlom
“mukmin bengkuk nandur telo “ bisa di jadikan benner untuk di temple di dinding
seperti kaligrafi, tentunya dibuat dengan disain yang indah, dibingkai seperti
lukisan. Dibuat sebagai kaligrafi juga indah, memakai tulisan arab seperti
aslinya dalam kitab. Dan bisa dipasang sebagai hiasan di dinding rumah ataupun
bisa juga di langgar dan juga masjid. Dengan harapan inspirasi mukmin bengkuk
ini bisa membangkitkan semangat kemandirian yang dirasa saat ini sudah mulai
luntur gregetnya.
Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang punya
Izzah, yang zuhud, yang tidak bergantung pada bangsa lain. Mukmin bengkuk luwih
mulyo nandur jagung…………
H. Zaenal Asikin
Posting Komentar