Dan kita semua mencintai amar ma'ruf nahi munkar dan jihad di jalan
Allah, kita hidup atas hal tersebut dan rela mati untuknya, tetapi dengan cara
dan metode Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin dan Salafus Shalih.
Dikatakan
kepada Nabi Muhammad, "Ya Rasulullah, sumpahi mereka kaum musyrikin yang
menyerang kita sebab mereka telah membunuh lebih dari 70 orang, juga telah
membelah perut salah seorang sahabat Rasulullah, melukai dan menumpahkan banyak
darah serta melakukan banyak kejahatan."
Namun Nabi SAW malah menjawab:
إنّيْ لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا؛ وَلَكِنْ بُعِثْتُ دَاعِيًا وَرَحْمَةً، اللَّهُمَّ
اهْدِ قَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Sesungguhnya aku tidak diutus menjadi tukang laknat, akan tetapi aku
diutus untuk mengajak kebaikan dan rahmat. Ya Allah berilah petunjuk kepada
kaumku karena sesungguhnya mereka belum tahu.”
Ketika ummat Islam baru pulang dari peperangan, ada orang-orang munafik
memprovokasi umat Islam dengan mengatakan, "Kalau betul Nabi kalian ini
Nabi yang benar maka kalian tidak akan kalah perang, kalian pasti akan
menang." Maka Sayyidina Umar bin Khattab RA yang mendengar ucapan
tersebut menjadi geram, lalu menghadap Rasulullah SAW untuk meminta ijin
membunuh mereka untuk menyelesaikan masalah ini.
Nabi SAW menjawab, "Wahai Umar sesungguhnya mereka (orang-orang
munafik) mengucap La ilaha illallah."
Sayyidina Umar bin Khattab RA lalu berkata, "Sesungguhnya lidah
mereka mengucap La ilaha illallah, tetapi hati mereka tidak."
Maka Nabi SAW bersabda, "Saya tidak diperintahkan untuk memeriksa
hati manusia."
Adapun kepada orang-orang Yahudi yang Sayyidina Umar meminta ijin
membunuh mereka, Nabi SAW berkata, "Saya punya perjanjian dengan mereka,
bagaimana saya akan menggugurkannya dengan membunuhi mereka? Selama mereka
mengucapkan omongan dan provokasi secara diam-diam dan mereka tidak membatalkan
perjanjian ini, maka saya tidak punya jalan untuk membatalkan perjanjian
ini."
Kemudian di masa tersebut ada seorang anak kecil dari keturunan Yahudi,
yang mana anak kecil ini memiliki keistimewaan bisa mengetahui isi hati
orang-orang dan hal yang ghaib dan membicarakannha di tengah-tengah masyarakat.
Ibnu Shayyad namanya dan dikenal dengan Dajjal.
Sayyidina Umar meminta ijin
membunuhnya daripada membuat fitnah. Tapi Nabi menjawab, "Kalau benar Ibn
Shayyad itu Dajjal, maka kau tidak akan mampu membunuhnya. Sebab sudah
kusabdakan di akhir jaman nanti akan datang Dajjal yang akan melakukan hal ini
dan hal itu. Kalau engkau melakukan itu berarti sabdaku tidak benar dan bohong.
Kalau memang ternyata dia Dajjal, maka tidak ada kebaikan bagimu ketika
membunuh anak ini."
Dalam arti sesungguhnya kemarahan dan kecumburan yang seharusnya hanya
untuk Allah, apabila dijadikan bukan karena Allah maka justru akan menarik
orang-orang tersebut di luar jalan Allah SWT. Maka sesungguhnya tempat
kemarahan, kecemburuan dan ketegasan karena Allah SWT. terhadap orang kafir
tersebut, dengan cara tidak membiarkan kemungkaran-kemungkaran tersebut
menyebar pada diri kita, keluarga kita dan dari dalam rumah kita.
Bukan seseorang yang mengklaim dia tegas dan marah karena Allah tetapi
dia bersalaman dengan wanita yang bukan mahramnya, kemudian melakukan hal-hal
yang tidak sesuai syariat Allah, terbukanya aurat bagi kaum wanitanya. Namun
ketika melihat ada orang-orang yang di luar sana melakukan kemungkaran tersebut
dia marah, dia bangkit, kemarahan dan emosinya siap melakukan kekerasan, sedangkan
kesalahan yang ada pada keluarganya sendiri dia hanya diam seribu bahasa. Bukan
itu yang dimaksud marah karena Allah SWT.
Disampaikan Oleh: Habib Umar bin Hafidz dalam acara Jalsatuddu'at
Pertama di JIC (Jakarta Islamic Center) Jakarta Utara, Ahad malam Senin 15
Oktober 2017 Sumber berita: https://web.facebook.com/KumpulanFotoUlamaDanHabaib/photos/a.356613851095960.85503.347695735321105/1478097262280941
Posting Komentar