Dalam setiap acara tahlilan, tuan
rumah memberikan makanan kepada orang-orang yang mengikuti tahlilan. Selain
sebagai sedekah yang pahalanya diberikan kepada orang yang telah meninggal
dunia, motivasi tuan rumah adalah sebagai penghormatan kepada para tamu yang
turut mendoakan keluarga yang meninggal dunia.
Dilihat dari sisi sedekah, bahwa dalam bentuk apapun sedekah merupakan sesuatu
yang sangat dianjurkan. Memberikan makanan kepada orang lain dalah perbuatan
yang sangat terpuji. Sabda Nabi Muhammad SAW:
عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبَسَةَ قَالَ أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا الإسْلَامُ
قَالَ طِيْبُ الْكَلَامِ وَإطْعَامُ الطَّعَامِ. رواه أحمد
Dari Amr bin Abasah, ia berkata, saya mendatangi Rasulullah SAW kemudian
saya bertanya, “Wahai Rasul, apakah Islam itu?” Rasulullah SAW menjawab,
“Bertutur kata yang baik dan menyuguhkan makanan.” (HR Ahmad)
Kaitannya dengan sedekah untuk mayit, pada masa Rasulullah SAW, jangankan
makanan, kebun pun (harta yang sangat berharga) disedekahkan dan pahalanya
diberikan kepada si mayit. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan:
عَنْ بْنِ عَبَّاسٍ أنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ
إنَّ أمِّي تُوُفِّيَتْ أَفَيَنْفَعُهَا إنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ
قَالَ فَإنَّ لِيْ مَخْزَفًا فَُأشْهِدُكَ أَنِّي قَدْ تَصَدَّقْتُ بَهَ عَنْهَا.
رواه الترمذي
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya, "Wahai
Rasulullah SAW, Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, apakah ada
matifaatnya jika akan bersedekah untuknya?" Rasulullah menjawab,
"Ya”. Laki-laki itu berkata, “Aku memiliki sebidang kebun, maka aku
mempersaksikan kepadamu bahwa aku akan menyedekahkan kebun tersebut atas nama
ibuku.” (HR Tirimidzi)
Ibnu Qayyim al-Jawziyah dengan tegas mengatakan bahwa sebaik-baik amal yang
dihadiahkan kepada mayit adalah memerdekakan budak, sedekah, istigfar, doa dan
haji. Adapun pahala membaca Al-Qur'an secara sukarela dan pahalanya diberikan
kepada mayit, juga akan sampai kepada mayit tersebut Sebagaimana pahala puasa
dan haji. (Ibnul Qayyim, ar-Ruh, hal 142).
Jika kemudian perbuatan tersebut dikaitkan dengan usaha untuk memberikan
penghormatan kepada para tamu, maka itu merupakan perbuatan yang dianjurkan
dalam Islam. Sabda Rasulullah SAW:
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ كَانَ
يُؤمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ مَنْ كَانَ يُؤمِنُ
بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَالْيُكْرِمْ جَارَهُ وَ مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أوْ لِيَصْمُتْ. رواه مسلم
Dari Abi Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang
beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya.
Barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka hormatilah
tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, hendaklah ia
berkata dengan kebaikan atau (jika tidak bisa), diam.” (HR Muslim).
Seorang tamu yang keperluannya hanya urusan bisnis atau sekedar ngobrol dan
main catur harus diterima dan dijamu dengan baik, apalagi tamu yang datang
untuk mendoakan keluarga kita di akhirat, sudah seharusnya lebih dihormati dan
diperhatikan.
Hanya saja, kemampuan ekonomi tetap harus tetap menjadi pertimbangan utama.
Tidak boleh memaksakan diri untuk memberikan jamuan dalam acara tahlilan,
apalagi sampai berhutang ke sana ke mari atau sampai mengambil harta anak yatim
dan ahli waris yang lain. Hal tersebut jelas ridak dibenarkan. Dalam kondisi
seperti ini, sebaiknya perjamuan itu diadakan ala kadarnya.
Lain halnya jika memiliki kemampuan ekonomi yang sangat memungkinkan. Selama
tidak israf (berlebih-lebihan dan menghamburkan harta) atau sekedar
menjaga gengsi, suguhan istimewa yang dihidangkan, dapat diperkenankan sebagai
suatu bentuk penghormatan serta kecintaan kepada keluarga yang telah meninggal
dunia.
Dan yang tak kalah pentingnya masyarakat yang melakukan tahlilan hendaknya
menata niat di dalam hati bahwa apa yang dilakukan itu semata-mata karena Allah
SWT. Dan jika ada bagian dari upacara tahlil itu yang menyimpang dari ketentuan
syara' maka tugas para ulama untuk meluruskannya dengan penuh bijaksana.
KH
Muhyiddin Abdusshomad, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam
+ comments + 1 comments
Assalamualaikum
Afwan..
Ana izin download gambar tahlilan..
Syukran
Posting Komentar