Allah subhanahu wata'ala berfirman, “Mereka bertanya kapan hari kiamat ? mereka
yang tidak beriman seakan-akan bertanya kapan datang siksaan mereka, orang yang
menanyakan kapan hari kiamat tapi padahal mereka tidak melakukan sama saja
dengan bertanya kapan siksaku akan datang”
Mereka yang menanyakan hari kiamat bukannya risau akan hari kebangkitan dan
hari pertanggunganjawab, tapi karena ragu akan keberadaan Allah dan perjumpaan
dengan Allah, dan ia menjadikan hari kiamat sebagai hari yang ringan-ringan
saja, dipertanyakan kapan kiamat? Kapan kiamat ?.
Makanya diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari Rasul shallallahu 'alaihi
wasallam ketika ditanya ”kapan hari kiamat?”, Rasul menjawab “apa yg kau
persiapkan untuk hari kiamat?”
bukan kapannya, apa yang kau siapkan itu yang lebih penting kita renungkan jika
kiamat terjadi, masih jauh atau sudah dekat, apa yang kita punya ?
Itulah yang musti di siapkan kata Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, karena
itu Allah menjawab “bertanya penanya kapan terjadinya siksaan yg akan terjadi itu?” (QS
Al Ma’arij 1)
Bertanya orang-orang tentang hari kiamat seakan-akan mereka bertanya tentang
kapan siksa mereka terjadi, “bagi orang orang yg kufur tidak ada yg menolong mereka dari azab yg
terjadi” (QS Al Ma’arij 2)
Itulah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, tidak ada perlindungan
dari Allah subhanahu wata'ala dari Rabbul’alamin “Dari Sang Maha pemilik lorong-lorong yang
menaikan hambanya menuju tempat-tempat yang lebih luhur”, (QS Al Ma’arij 3).
Mikraj adalah kenaikan, Rasul shallallahu 'alaihi wasallam mi’raj menuju
Muntahal Khalaiq tujuh lapis langit sampai akhir dan batas seluruh makhluk,
dari situlah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam mencapainya, namun Mi’raj itu
bukan hanya untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saja, tapi Allah memberi
nama “Ma’rij” pemilik kenaikan, maksudnya bukan hanya mi’raj kepada Allah,
naiknya hamba kepada keridhaan Allah, dari derajat yang hina menuju keluhuran,
naiknya amal pahala kehadhirat Allah untuk di laporkan, naiknya ruh-ruh para
Syuhada dan Shalihin ke Surga Nya Allah subhanahu wata'ala.
“Naik
para malaikat itu setiap harinya, yang setiap harinya itu dalam satu hari seakan
50 ribu tahun di bumi” (QS Al Ma’arij 4)
Jadi kalau kita lihat misalnya kita tawaf di Ka’bah, kalau kita dekat dengan
Ka’bah mungkin dua menit sudah selesai satu putaran, makin jauh, jauh sampai 30
- 40 meter, bisa satu jam baru bisa selesai satu putaran, makin jauh lagi bisa
dua jam baru selesai satu putaran, nah ini langit satu hari kita putaran satu
hari 50 ribu tahun karena jauhnya jarak kita dengan induk perputaran waktu yang
di cipta oleh Allah subhanahu wata'ala di bumi butuh 50 ribu tahun putarannya,
sedangkan di sana hanya satu hari saja di Arsy Allah subhanahu wata'ala, disana
satu hari kita 50 ribu tahun.
“Mereka
mengiranya masih jauh, kami melihatnya dekat” ((QS Al Ma’arij 6-7)
Karena mungkin dihadapan para malaikat di langit hari kiamat sudah kurang
dari satu hari, mungkin !! kurang dari 50 ribu tahun bagi kita jauh masih,
mungkin 25 ribu tahun lagi, kalau 25 ribu tahun lagi kalau seandainya usia kita
100 tahun saja, kalau 25 ribu tahun berarti 100 keturunan lagi yang yang usianya
100 tahun baru Kiamat,
Allah subhanahu wata'ala berfirman : “Manusia melihat hari kiamat masih jauh, tapi Allah
melihatnya sudah sangat dekat” Karna ribuan tahun di sini hanya beberapa
jam disana, perputaran waktunya begitu, Allah mengatur cepatnya waktu disini
jauh lebih lambat, hadirin hadirat yang dimuliakan Allah.
“Hari itu
jagad Raya ini Allah buat mencair, tujuh lapis langit bumi itu mencair seperti
timah yang dipanaskan lalu mencair” (QS Al Ma’arij 8)
Masuk logika? tidak masuk logika sepertinya, bagaimana masuk logika.Tapi
kalau logika orang yang beriman bisa saja, dari benda cair setetes bisa menjadi
manusia yang punya tulang, darah, kepala, pikiran, otak, jantung segala-galanya
bisa, bagaimana 7 lapis langit bumi akan mencair dengan kewibawaan Allah
subhanahu wata'ala.
“dan saat
itu gunung-gunung bagaikan debu yang berterbangan karna guncangan” ((QS Al
Ma’arij 9)
Bukan hanya di Aceh, bukan Jakarta, bukan Sumatera, bukan Sulawesi, seluruh jagad raya di guncang oleh Allah subhanahu
wata'ala dan langit ini dibuat mencair oleh Allah subhanahu wata'ala, tidak
terbayang dahsyatnya, semoga kita tidak merasakan hari Kiamat.
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, “seburuk-buruk dan orang yang paling rugi
adalah yang hidup saat kejadian hari Kiamat” Karena sudah tidak ada orang beriman lagi tidak ada yang menyabut Nama Allahu
Allah lagi di muka bumi, semuanya pendosa, semuanya berbuat kejahatan, saat
seperti itu. Nau’zubillah, mudah-mudahan
kita dan keturunan kita tidak merasakan hari Kiamat.
“saat itu
Allah subhanahu wata'ala menunjukkan hari dimana para pengasuh tidak lagi
menanyakan bayi yang di asuhnya” ((QS Al Ma’arij 10)
Kenapa jika mereka telah melihat amal-amalnya, dikatakan oleh Al imam Busyro
al Hafi Alayhi Rahmatullah dalam riwayat lain yaitu Hasan al Basri, kalau
manusia itu ditanya oleh Allah satu perbuatan yang makruh bukan yang haram, ia
akan mencair dari malunya di hadapan Allah subhanahu wata'ala, bukan yang
haram, yang makruh apa lagi yang haram , ketika namanya dipanggil ke hadapan kehadapan
Maha raja alam semesta. “Dan saat itulah permukaan bumi berubah bukan seperti permukaan bumi,
rata tidak ada pegunungan, tidak ada pepohonan, tidak ada lembah, tidak ada
pegunungan”
Diriwayatkan di dalam Kutubuttafaasir dijadikan permukaan bumi ini seperti
lempengan perak yang sangat bening, putih dan panas karna matahari turun
mendekat, matahari turun mendekat sudah tidak ada cahayanya, tinggal gelap dan
panasnya yang lebih panas dari matahari yang terik saat ini.
Habib Munzir Al
Musawwa
Posting Komentar