Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » 7 Indikator Kebahagiaan Dunia Menurut Ibnu Abbas RA (2)

7 Indikator Kebahagiaan Dunia Menurut Ibnu Abbas RA (2)


Keempat, Al Biatu Sholihah, yaitu Lingkungan yang Kondusif untuk Iman Kita.

Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah  orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajah dan amalnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya.


Ingat agama seseorang dipengaruhi agama sahabatnya (lingkunganya). Banyak sudah bukti bahwa lingkungan sosial yang buruk dengan mudah dapat menciptakan karakter buruk ikut tumbuh dengan subur. 

Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh dan mampu memilih serta memilah teman, sahabat, juga lingkungan yang baik dan berkualitas untuk selalu menjaga dan melindungi diri dan keluarganya agar tetap mampu menjalankan ibadahnya dengan baik.

Kelima, Al Malul Halal, atau Harta yang Halal

Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta, tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalmu didapat dengan cara haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya.

Bagaimana mau bahagia dunia dan akherat? jika setiap hari bergelimang dengan harta yang haram (hasil mencuri, korupsi, menipu, manipulasi atau memeras rakyat/umat) atau dari upeti usaha illegal bahkan usaha haram (prostitusi, jual makanan/minuman keras, obat terlarang, mengurangi timbangan dll). Ketika dimakan bersama keluarga kita, maka akan menjadi darah daging yang tidak baik dan mudah dihinggapi setan, hawa nafsu dan penyakit, maka tidak heran jika banyak anak sakit-sakitan, nakal atau bahkan kriminal serta berkarakter tidak baik (kasus narkoba, tidak jujur, urakan, emosional) dikarenakan orang tuanya mendapatkan harta dari sumber yang tidak halal dan tidak berkah. sehingga berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.

Keenam, Tafakuh fi Dien, atau Semangat untuk Memahami Agama

Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya, bukan semakin sombong dan arogan karena ilmu dan kekuasanya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng ”hidup” kan hatinya. Hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman.

Ketujuh, yaitu Umur yang Barokah


Umur yang barokah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya.

Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Hari-harinya dipenuhi dengan karya dan amal kepada sesama, tiada hari tanpa bermanfaat bagi orang lain atau alam sekitar, bukan sebaliknya “Tua-tua keladi”, semakin tua semakin menjadi kelakuanya. Puncaknya tiada rasa takut untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah.

Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.

Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia. Namun pertanyannya adalah; Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan se-khusyu’ mungkin.



M. Syafi’i
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger