الوِلاَدَةُ ؛ أَىْ وَلَوْ ِلأَحَدِ التَّوْأَمَيْنِ فَيَجِبُ
الغَسْلُ بِوِلاَدَةِ أَحَدِهِماَ وَيَصِحُ قَبْلَ وِلاَدَةِ الآخَرِ ثُمَّ إِذاَ
وَلَدَتْهُ وَجَبَ الغَسْلُ أَيْضاً وَمِثْلُ الوِلاَدَةِ إِلْقاَءُ العُلْقَةِ
وَالمُضْغَةِ فَلاَبُدَ مِنْ إِخْباَرِ القَواَبِلِ بِأَنَّ كُلاً مِنْهُماَ
أَصْلُ آدَمِىِّ وَيَكْفىِ واَحِدَةٌ مِنْهُنَّ
Melahirkan artinya meskipun hanya melahirkan gumpalan darah atau gumpalan daging, maka wajib mandi, sebab melahirkan salah satu dari itu. Dan sah mandi apabila dilakukan sebelum melahirkan yang berikutnya.
Kemudian apabila dia melahirkan yang berikutnya maka dia wajib mandi kembali. Sama seperti melahirkan adalah keguguran dengan gumpalan darah atau gumpalan daging dengan catatan harus mendapat pemeriksaan medis yang menyatakan bahwa gumpalan darah dan daging itu adalah asal janin manusia. Dan pemeriksaan medis itu cukup dengan seorang bidan.
فَيَجِبُ الغَسْلُ بِالوَلَدِ الجاَفِ وَإِنْ لَمْ يَنْتَقْضِ
الوُضُوْءُ وَيَجُوْزُ لِزَوْجِهاَ وَطْؤُهاَ قَبْلَ الغُسْلِ ِلأَنَّ الوِلاَدَةَ
جِناَبَةٌ وَهِىَ لاَتَمْنَعُ الوَطْءَ
Wajib mandi besar sebab melahirkan anak dalam keadaan kering meskipun hal itu tidak membatalkan wudlu, bagi suami boleh menyutubuhinya sebelum dia melakukan mandi besar. Karena melahirkan itu Junub dan junub tidak menghalangi persetubuhan.
أَمَّا المَصْحُوْبَةُ بِالبِلَلِ فَلاَيَجُوْزُ وَطْؤُهاَ
بَعْدَهاَ حَتَّى تَغْتَسِلَ وَيَبْطُلُ صَوْمُهاَ بِالوَلَدِ الجاَفِ سَواَءٌ
كاَنَ لَهاَ نِفاَسٌ أَوْلاَ ِلأَنَّ ذاَتَ الوِلاَدَةَ مُبْطِلَةٌ لَهُ وَإِنْ
لَمْ يُوْجَدْ مَعَهاَ نِفاَسٌ بِخِلاَفِ ماَ
لَوْ أَلْقَتْ بَعْضَ الوَلَدِ فَإِنَّهُ يَنْتَقِضُ الوُضُوْءُ وَلاَيَجِبُ
الغَسْلُ وَكَذاَ لَوْخَرَجَ بَعْضُهُ ثُمَّ رَجَعَ
Adapun melahirkan yang disertai basah maka suami tidak boleh menyetubuhinya setelah dia melahir-kan kecuali setelah melakukan mandi besar. Batal puasa perempuan disebabkan melahirkan dalam keadaan kering, baik di iringi nifas atau tidak. Karena dzat melahirkan adalah membatalkan puasa, meskipun tidak terjadi nifas.
Kewajiban pada saat mandi besar ada
3 (tiga) ; Pertama, niat. Kedua, Menghilangkan najis yang masih menempel di
badan. Dan Ketiga mengalirkan air ke semua bagian tubuh, termasuk rambut dan
kulit.
Contoh niat mandi dari Melahirkan :
نَوَيْتُ الغُسْلَ لِرَفْعَ الحَدَثِ الأَكْبَرِ عَنْ جَمِيْعِ
البَدَنِ مِنَ الوِلاَدَةِ فَرْضاً ِللهِ تَعاَلىَ
“Saya niat mandi menghilangkan hadats besar dari semua bagian badan dari melahirkan, fardu karena Allah”
Sumber: Fiqih Al-Imam Syafei, Kasyifatus-Saja Syarah Safinatun-Naja - Syekh Nawawi Al-Bantani
Posting Komentar