Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » 22 Hal Makruh Dalam Sholat (2)

22 Hal Makruh Dalam Sholat (2)

وَساَدِسُهاَ إِسْراَعُ الصَّلاَةِ أَىْ عَدَمُ التَّأَنِى فىِ أَفْعاَلِهاَ وَأَقْواَلِهاَ وَكَذاَ إِسْراَعٌ لِحُضُوْرِهاَ ِلأَنَّهُ يُسَنُّ المَشْىُ إِلىَ المَسْجِدِ عَلَى تَأَنٍ وَسَكِيْنَةٍ وَإِسْراَعٌ ِلإِدْراَكِ التَّحَرُمِ أَوْ غَيْرِهِ مَعَ الإِماَمِ , نَعَمْ إِنْ تَوَقَفَ إِدْراَكَ الجَماَعَةِ عَلَيْهِ يُسَنُّ أَوْ إِدْراَكَ الجُمْعَةِ وَجَبَ

Keenam ; Mempercepat gerakan shalat, yaitu tidak secara perlahan dalam perbuatan dan bacaan shalat.  Demikian pula, makruh cepat-cepat berjalan untuk mendirikan shalat, seperti berlarian, karena sesungguhnya disunnahkan berjalan menuju ke mesjid dengan perlahan dan tenang.

Namun disunnahkan dengan segera untuk mengejar Takbiratul Ikhram atau mengejar yang lainnya agar dapat bersama Imam. Betul harus dengan segera, apabila memang dibutuhkan untuk mengejar berjama’ah bersama Imam maka mempercepat adalah sunnah. Untuk mengejar shalat Jum’at maka mempercepat itu adalah wajib.

وَساَبِعُهاَ تَغْمِيْضُ جَفْنِهِ إِنْ خاَفَ ضَرَراً وَإِلاَّ فَلاَكَراَهَةَ سَواَءٌ الأَعْمَى وَالبَصِيْرُ ِلأَنَّ الجَفْنَ يَسْجُدُ مَعَهُ وَقَدْ يَجِبُ إِذاَ كاَنَ العُرَّاةُ صُفُوْفاً وَقَدْ يُسَنُّ كَأَنْ صَلَّى إِلىَ حاَئِطٍ مُزَوَّقٍ أَىْ مُنْقَسٌ وَمُزَيِّنٌ بِماَيُشَوِّشُ الفِكْرَ أَىْ يَخْلَطُهُ

Ketujuh ; Memejamkan kelopak mata apabila tidak mengundang takut, apabila karena takut maka tidak dimaruhkan, ini bagi orang buta ataupun orang melihat, karena dia akan bersujud bersamaan dengan memejamkan kelopak mata.

Terkadang memejamkan kelopak mata itu wajib, ketika melihat barisan orang-orang telanjang.  Terkadang memejamkan kelopak mata itu sunnah, seperti shalat di samping dinding yang banyak hiasan gambar hingga dapat menimbulkan kebimbangan dalam pikiran, atau mengganggu kekhusyuan.

وَثاَمِنُهاَ إِلْصلَقُ عَضُدَيْهِ بِجَنْبِهِ فىِ رُكُوْعِهِ وَسُجُوْدِهِ

Kedelapan ; Menyentuhkan kedua lengan atas pada lambungnya ketika ruku’ dan sujud.

وَتاَسِعُهاَ إِلْصاَقُ بَطْنِهِ بِفَخْذَيْهِ فىِ الرُّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِ

Kesembilan ; Menyentuhkan perut pada kedua pahanya ketika ruku’ dan sujud.

وَعاَشِرُهاَ إِقْعاَءُ الكَلْبِ وَهُوَ إِلْصاَقُ أَلِيَيْهِ بِالأَرْضِ وَنَصْبُ ساَقَيْهِ وَوَضْعُ يَدَيْهِ عَلَى الأَرْضِ , وَهَذاَ أَحَدُ نَوْعَى الإِقْعاَءِ وَالنَّوْعُ الآخَرِ هُوَ أَنْ يَضَعَ أَطْـراَفَ أَصاَبِعِ رِجْـلَيْهِ وَرُكْبَتَيْهِ عَلَى الأَرْضِ وَأَلِيَيْهِ عَلَى عَقِبَيْهِ وَهَذاَ سُنَةُ فىِ كُلِّ جُلُوْسٍ يُعَقِبُهُ حَرْكَةٌ , لِماَصَحَّ فَعْلُهُ عَنِ النَّبِىِّ T لَكِنْ الإِفْتِراَشُ أَفْضَلٌ مِنْهُ ِلأَنَّهُ الأَكْثَرُ الأَشْهَرُ

Kesepuluh ; Duduk anjing, yaitu menyentuhkan bokong ke lantai, dengan menegakkan kedua betis serta meletakkan kedua lengan tangan di atas lantai.

Dan ini adalah salah satu dari dua macam duduk, cara duduk yang lain adalah meletakkan ujung-ujung jari kedua kaki dan kedua lutut di atas lantai dan meletakkan bokong di atas kedua tumit. Dan cara ini adalah disunnahkan setiap kali duduk yang diiringi gerakan. Karena perbuatan itu diajarkan dari Nabi SAW, akan tetapi duduk Iftirosy itu adalah lebih utama daripada cara duduk di atas, karena duduk Iftirosy lebih banyak dan masyhur. ( Iftirosy adalah duduk Tasyahud awal )

وَحاَدِى عَشَرَهاَ نَقْرَةُ الغُرَبِ أَىْ ضَرْبُ الأَرْضِ بِجَبْهَتِهِ عِنْدَ السُّجُوْدِ مَعَ الطُّمَأْنِيْنَةِ وَإِلاَّ لَمْ يَكْفِ

Kesebelas ; Mematuk seperti burung gagak, artinya memukulkan dahi ke lantai saat sujud serta tumaninah, apabila tanpa tumaninah maka tidaklah cukup (tidak sah).

وَثاَنىِ عَشَرَهاَ إِفْتَراَشٌ السَّبُعِ فىِ سُجُوْدِهِ بِأَنْ يَضَعَ ذِراَعَيْهِ عَلَى الأَرْضِ كَماَيَفْعَلُ السَّبُعُ

Keduabelas ; Duduk Iftirosy seperti macan, di saat sujud, yaitu dengan meletakkan kedua lengan atau siku di atas lantai, sebagaimana hal itu sering dilakukan hewan buas, misalnya macan.

وَثاَلِثُ عَشَرَهاَ المُباَلَغَةُ فىِ خَفْضِ الرَّأْسِ فىِ الرُّكُوْعِ

Ketigabelas ; Berlebihan merendahkan kepala di saat ruku’.

وَراَبِعُ عَشَرَهاَ إِطاَلَةُ التَّشَهُدِ الأَوَّلِ فىِ غَيْرِ المَأْمُوْمِ بِحَيْثُ زاَدَهُ وَلَوْ بِالصَّلاَةِ عَلَى الآلِ أَوْ الدُّعاَءِ أَمَّا إِذاَ لَمْ يَزِدْهُ فَلاَكَراَهَةَ

Keempatbelas ; Memperpanjang Tasyahud awal, hal ini bagi selain makmum, sekiranya hingga melebihi batas, meskipun dengan menambah bacaan sholawat atas keluarga Nabi atau menambah bacaan do’a, dan apabila tidak menambahnya maka tidaklah makruh.

وَخاَمِسُ عَشَرَهاَ الإِضْطِباَعُ وَلَوْ لِغَيْرِ الرَّجُلِ وَهُوَ أَنْ يَجْعَلَ وَسَطَ رِداَئِهِ تَحْتَ مَنْكَبِهِ الأَيْمَنِ وَطَرْفَيْهِ عَلَى الأَيْسَرِ

Kelimabelas ; Melakukan Idltiba’ meskipun bukan kaum lelaki, yaitu menjadikan tengah-tengah selendang di bawah pundak sebelah kanan, lalu kedua ujung selendang itu dijadikan di atas pundak sebelah kiri.



Sumber: Kitab Kasyifatus Saja Syekh Nawawi Banten, dikutip oleh Ust. Ahmad Daerobiy
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger