Banyak sekali orang yang mengeluh karena diliputi rasa cemas. Sumber
kecemasan dan permasalahan mereka adalah beberapa hal yang tidak ada
penyelesaiannya. Hal-hal itu sudah menjadi takdir dari Allah yang tidak dapat
ditolak.
Inti permasalahan mereka adalah karena mereka tidak ridha atau tidak
menerima takdir Allah atau bisa juga karena mereka tidak dapat menyesuaikan
diri dengan suasana baru. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan suasana
baru setelah terjadinya beberapa peristiwa atau musibah adalah hal yang biasa
dialami oleh sebagian orang yang lemah iman. Hal ini sangat berbahaya sekali
karena dapat mengarah kepada penyakit jiwa.
Agama kita yang suci telah membimbing agar kita senantiasa sabar ketika
menghadapi musibah. Bahkan, agama telah menjelaskan kepada kita bahwa cobaan
de-ngan beberapa kejadian adalah suatu karunia. Berawal dari hal ini, kita
harus menyikapinya dengan baik. Salah satunya, kita harus bersabar dalam
menghadapinya, ridha dengan ketentuan Allah, dan tidak merasa khawatir ketika
terjadi musibah-musibah itu.
Allah SWT berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,jiwa, dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa
inna ilaihi raaji’uun.’ Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempuma
dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
” (al-Baqarah: 155-157)
Sosok muslim
yang benar adalah sosok yang mampu menanggung musibah-musibah yang dialaminya
dengan hati yang teguh, keyakinan yang mendalam, dan kesabaran yang baik. Oleh
karena itu, janganlah Anda khawatir dan mengatakan sesuatu yang menjadikan
Allah SWT marah. Misalnya dengan berkata, “Kenapa musibah ini menimpaku dan
bukan menimpa orang lain?” Perkataan seperti itu adalah perkataan orang yang
tidak beriman.
Orang yang beriman, tentu mengetahui bahwa takdir Allah SWT akan menjadi
kebaikan baginya, baik di dunia rnaupun di akhirat. Sekalipun takdir ini secara
lahir tampak sebagai suatu musibah yang amat besar, namun hal itu akan menjadi
sebuah kebaikan bagi seorang yang beriman. Sungguh, Allah SWT itu hanya
menghendaki kebaikan bagi se-orang muslim untuk selamanya. RasulullahSAW
bersabda,
Alangkah mengagumkan keadaan orang mukmin karena semua urusannya itu baik
baginya. Bila ia ditimpa kebahagiaan, ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan
baginya. Bila ia ditimpa kesusahan, ia bersabar dan itu menjadi kebaikan pula
baginya. ” (HR Muslim)
Balasan bersyukur dan bersabar adalah surga. Di sana terdapat pula aspek
lain dari takdir yang tidak kita ketahui. Terkadang takdir tampak jelas dan
tidak tampak jelas oleh kita di dunia. Namun, seorang muslim hendaknya
mengatakan, “Semuanya itu sudah menjadi takdir Allah dan apa yang Allah
kehendaki itu pasti terjadi.” Hendaknya pula, seorang muslim ridha dengan
ketentuan dan takdir-Nya serta mengetahui bahwa bila takdir ini ia sikapi
dengan bersabar, maka hal itu akan menjadi kebaikan dan berakibat baik baginya.
Selain itu, Allah juga akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik.
Allah SWT berfirman, “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu
adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. ” (al-Baqarah: 216)
Terkadang pada Anda terjadi suatu hal yang tidak anda sukai, yang secara
tampak bagai siksaan, akan tetapi pada intinya hal itu adalah rahmat dari Allah
yang kelak akan Anda ketahui maksudnya.
Oleh karena itu, janganlah Anda menyiksa diri Anda dengan tidak meridhai
ketentuan dan takdir-Nya, Janganlah Anda menyiksa diri Anda denganmengatakan
pada diri sendiri, “Seandainya aku melakukan ini, niscaya aku bisa mencegah
terjadinya hal ini.” Hal itu hanya akan membuat Anda merasa kecewa dan
menyesali masa lalu. Perlu disadari bahwa walaupun Anda sangat menyesal dan
berbuat apa saja, Anda tidak akan dapat mengulanginya kembali. Lantas untuk apa
Anda menangisi susu yang sudah tumpah?
Rasulullah SAW telah memperingatkan kita agar tidak berputus asa karena dengan
putus asa itu, seseorang akan menyiksa dirinya sendiri, yaitu ketika ia
menyangka bahwa ia mampu untuk mencegah takdir ini seandainya ia berbuat ini
dan itu. Rasulullah SAW bersabda, “janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya aku
mengerjakan ini niscaya begini dan begitu.’ Akan tetap! katakanlah, ‘Semuanya
itu telah menjadi takdir Allah dan apa yang Allah kehendaki itu pasti terjadi.’
Sesungguhnya 1 kata seandainya akan membuka pintu perbuatan setan.” (HR Muslim)
Kata seandainya memang akan membuka pintu setan. Oleh karena itu, janganlah
Anda menduga bahwa Anda mampu mencegah apa yang telah terjadi karena itu adalah
takdir dan takdir sudah pasti terjadi. Selain itu, janganlah berpikir mengenai
apa yang telah terjadi, pikirkanlah apa yang masih dapat Anda kerjakan.
Ketahuilah, bahwa takdir Allah pasti terlaksana. Maka, jika Anda benar-benar
menerimanya dan sabar dengan takdir itu, kemudian Anda memuji Allah dan
mengembalikan segala sesuatunya kepada kehendak Allah, berarti Anda tergolong
sebagai orang-orang yang menang dan selamat. Bila Anda merasa khawatir dan
tidak menerima, lalu Anda sedih dan gusar dengan takdir itu, takdir Allah tetap
akan terlaksana. Oleh karenanya, pada saat awal terjadinya peristiwa itu,
sebaiknya Anda memuji Allah SWT mengembalikan segala sesuatu kepada-Nya, dan
hendaknya Anda tidak gusar dengan takdir itu. Setelah Anda merasa agak tenang,
hendaknya Anda mengatakan, “Sungguh aku telah bersabar.”
Sesungguhnya sabar ada pada peristiwa pertama kali dan ketahuilah bahwa
Allah akan memberikan cobaan kepada hamba yang dicintai-Nya. Dalam hadits
Rasulullah SAW disebutkan, “Orang yang paling berat cobaannya adalah para
Nabi, kemudian setelah itu orang-orang saleh, setelah itu yang serupa dengan
mereka dan hingga seterusnya. ”
Sumber : Membangun Positive Thinking Secara Islam – Adil Fathi
Abdullah
Posting Komentar