Mengacu pada tiga tingkat puasa yang disebutkan oleh Imam al-Ghazali
dalam Ihya Ulum al-Din, Kita harus berniat untuk berada dalam keadaan dimana Allah
dan Rasul-Nya mencintai kita saat masuk /menjalani puasa ramadhan. Kita harus
berusaha untuk mencapai keridhaan Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah dalam
berpuasa.
Kita harus berniat agar pintu-pintu baru dibuka untuk kita
dalam memahami Al-Qur'an dan beramal sesuai dengan perintah di dalamnya. Kita
harus berniat untuk menghindari hal-hal batiniah yang membatalkan puasa kita
seperti kita menghindari hal-hal lahiriah.
Kita harus benar-benar berusaha untuk meningkatkan puasa
kita dari puasa orang-orang biasa menjadi puasa para Alim dan awliya, bahkan
kalau bisa, meski sekejap kita harus bercita-cita untuk mencapai tingkat
tertinggi cara berpuasa orang biasa/kebanyakan berarti menahan diri dari
makanan, minuman dan kepuasan seksual. Ini adalah hal-hal lahiriah yang
membatalkan puasa.
Puasa di tingkat yang lebih tinggi/alim adalah yang menjaga
telinga, mata, lidah, tangan dan kaki seseorang dan semua organ lain dari
ketidaktaatan pada Allah. Dengan mematuhi Allah dengan organ-organ ini, puasa
jenis ini batal ketika organ tubuhnya melakukan sesuatu yang tidak di sukai
Allah (seperti bergunjing dan lain-lain).
Puasa jenis tertinggi adalah untuk jaga hati, fokus pada
Allah. Batal saat memikirkan apa pun selain Allah
Apakah ada dzikir tertentu yang harus kita baca di bulan
Ramadhan?
Bacalah Alquran sebanyak mungkin dan semampu kita. Kita
memohon kepada Allah agar melimpahkan rahmat sebanyak mungkin buat negara kita
dan ummat islam khususnya, juga untuk penduduknya secara umum..
Usahakan membaca doa Ramadan 3.000 kali, paling sedikit 100x
setiap hari:
أشهد أن لا إله إلا الله
نستغفر الله نسألك الجنة ونعوذ بك من النار
Ashhadu alla ilaha ill'Allāh nastaghfirullāh
nas `aluk'al-jannata wa na` udzu bika minannār. (Saya bersaksi bahwa
tidak ada yang patut disembah selain Allah dan kami memohon pengampunan Allah.
Kami meminta untuk surga Mu dan berlindung kepada-Mu dari neraka).
Habib Umar bin Hafidz
Posting Komentar