Pada suatu hari iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman terdiri dari tujuh
ratus unta bermuatan penuh tiba di Madinah. Ya! tujuh ratus ekor unta bermuatan
penuh, tidak salah. Semuanya membawa pangan, sandang, dan barang-barang lain
kebutuhan penduduk. Ketika mereka masuk kota, bumi seolah-olah bergetar.
Terdengar suara gemuruh dan hiruk pikuk. Sehingga Aisyah bertanya, "Suara
apa hiruk pikuk itu?"
Dijawab orang, "Kafilah Abdurrahman dengan iring-iringan tujuh ratus
ekor unta bermuatan penuh membawa pangan, sandang serta lainnya.
Asiyah berkata, "Semoga Allah melimpahkan berkat-Nya bagi Abdurrahman
dengan baktinya di dunia, serta pahala yang besar di akhirat. Saya mendengar
Rasululalh SAW bersabda, "Abdurrahman
bin Auf masuk surga dengan merangkak (karena surga sudah dekat sekali
kepadanya)."
Sebelum menghentikan iring-iringan unta, seorang pembawa berita mengatakan
kepada Abdurrahman bin Auf berita gembira yang disampiakan Aisyah, bahwa
Abdurrahman bin Auf masuk surga. Serentak mendengar berita itu, bagaikan
terbang ia menemuai ibu Aisyah.
Katanya, "Wahai Ibu, apakah Ibu mendengar
sendiri ucapan itu diucapkan Rasulullah?"
Jawab Aisyah, "Ya, saya mendengar sendiri."
Abdurrahman melonjak kegirangan. Katanya, "Seandainya aku sanggup, aku
akan memasukinya sambil berjalan. Sudilah ibu menyaksikan, kafilah ini dengan
seluruh kendaraan dan muatannya, kuserahkan untuk jihad fisabilillah.
Sejak berita yang membahagiakan itu, Abdurrahman pasti masuk surga, maka
semangatnya semakin memuncak mengorbankan kekayaannya di jalan Allah. Hartanya
dinafkahkannya dengan kedua belah tangan, baik secara sembunyi-sembunyi atau
terang-terangan, sehingga mencapai 40.000 dirham perak. Kemudian menyusul pula
40.000 dinar emas. Sesudah itu dia bersedekah lagi 200 uqiyah emas. Lalu
diserahkannya pula 500 ekor kuda kepada para pejuang. Sesudah itu 1500 ekor
unta untuk pejuang-pejuang lainnya dan tatkala dia hampir meninggal dunia,
dimerdekakannya sejumlah besar budak-budak yang dimilikinya. Kemudian
diwasiatkannya supaya memberikan 400 dinar emas kepada masing-masing bekas
pejuang Perang Badar. Mereka berjumlah seratus orang, dan semua mengambil
bagiannya masing-masing. Dia berwasiat pula supaya memberikan hartanya yang
paling mulia untuk para ibu-ibu orang mukmin, sehingga ibu Aisyah sering
mendoakannya, "Semoga Allah memberikannya minum dengan minuman dari telaga
salsabil."
Di samping itu, dia meningggalkan warisan pula untuk ahli warisnya sejumlah
harta yang hampir tidak terhitung banyaknya. Dia meninggalkan kira-kira 1000
ekor unta, 100 ekor kuda, 3000 ekor kambing, dia beristri empat orang.
Masing-masing mendapatkan pembagian khusus 80.000, di samping itu masih ada
peninggalannya berupa emas dan perak, yang kalau dia bagi-bagikan kepada ahli
warinsnya dengan mengampak, maka potongan-potongannya cukup menjadikan seorang
ahli warisnya manjadi kaya raya.
Begitulah karunia Allah SWT kepada Abdurrahman berkat doa Rasulullah
kepadanya semoga Allah memberkatinya dan hartanya.
Walaupun begitu kaya rayanya, harta kekayaan itu seluruhnya tidak
mempengaruhi jiwanya yang penuh iman dan takwa. Apabila ia berada di
tengah-tengah budaknya, orang tidak dapat membedakan di antara mereka, mana
yang majikan dan mana yang budak.
Pada suatu hari dihidangkan orang kepadanya makanan, padahal dia puasa. Dia
menengok makanan itu seraya berkata, "Mushab bin Umair tewas di medan
juang. Dia lebih baik daripada saya, waktu dikafani, jika kepalanya ditutup,
maka terbuka kainnya. Kemudian Allah membentangkan dunia ini bagi kita
seluas-luasnya. Sesungguhnya saya sangat takut kalau-kalau pahala untuk kita
disegerakan Allah memberikannya kepada kita (di dunia ini)."
Sesudah berkata begitu, dia mengangis tersedu-sesudu, sehingga nafsu makannya
jadi hilang. Berkatalah Abdurrahman bin Auf dengan ribuan karunia dan kebahagiaan yang
diberikan Allah kepadanya. Rasulullah saw, yang ucapannya selalu terbukti benar
telah memberinya kabar gembira dengan surga yang penuh dengan kenikmatan.
Telah turut menghantarkan jenazahnya ke tempatnya terakhir di dunia, antara
lain sahabat yang mulia Sa'ad bin Abi Waqqash. Pada shalat jenazahnya
turut pula, antara lain, Dzun Nurain, Utsman bin Affan. Kata sambutan saat
pemakaman, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.
Dalam sambutannya antara lain Ali berkata, "Anda telah mendapatkan
kasih sayang, dan Anda berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah
senantiasa merahmati Anda. Amin!"
Kisah-kisah Sahabat
Posting Komentar