Tergerak Ketika Melihat Tumpukan Mukena Kotor di Masjid-Masjid Besar Kudus, Gerakan Mukena Bersih (GMB) dari Komunitas Pola Pertolongan Allah (PPA) sigap membersihkan dan merapikan tumpukan mukena kotor tersebut.
Salah
satu anggota GMB adalah Amalia (38 tahun) yang waktu itu mengambil
mukena-mukena kotor di pawastren putri Masjid Al Aqsha Komplek Menara Kudus. Ketika masuk, sudah ada tiga teman Amalia yang
menyambut. Mereka sedang mengambil mukena-mukena yang ada di lemari masjid.
Siap untuk mencuci mukena.
Sebuah tas besar warna merah disiapkan untuk menampung
mukena-mukena kotor. “Gini nih Mbak, kalau sudah seminggu, berantakan semua,”
ujar Amalia yang memperlihatkan mukena berantakan di lemari sambil tertawa.
Mereka merapikan mukena yang kotor. Dirinya mengeluarkan tas selanjutnya yang
berisi mukena bersih. “Ini lebih mendingan dari pas pertama kita ke sini satu
setengah bulan yang lalu,” ungkapnya.
Awalnya memang, Amalia dan teman-teman mengaku tergerak untuk
memulai GMB di Masjid Menara karena kesan ‘bau’ yang menjalar ketika dirinya
masuk masjid. Ketika ada yang membuka lemari mukena, bau apeknya langsung
memenuhi ruangan. Semakin ke sini, bau apek itu sudah makin berkurang. Bahkan,
ada juga mukena yang masih wangi ketika mau dicuci.
Amalia dan kawan-kawan pun dilanda kebingungan waktu awal mengungkapkan keinginannya mencuci mukena. “Dulu, waktu pertama kali ke sini, kita dioper-oper sama pengurus masjidnya,” ceritanya. Namun, mereka malah langsung dipersilakan ketika bertemu dengan juru kuncinya. “Langsung deh kita ngumpulin donasi uang dengan teman-teman komunitas untuk membeli mukena baru,” ujarnya.
Mukena tersebut untuk mengganti mukena-mukena lama yang dicuci.
“Kami membeli 20 mukena terusan sederhana dari seorang janda, sambil shodaqoh
juga,” ujar Amalia. Setelah itu, kegiatan berlanjut sampai sekarang seminggu
sekali. Hari Sabtu kemarin, giliran Amalia, ada Ida, Anjar, dan Tri yang
mengambil mukena. “Biasanya bergantian, nanti yang nyuci mukena kotor bakal
keroyokan bila di-share di grup WhatsApp,” ujar Amalia.
GMB ini sebenarnya sudah lebih dulu dilakukan di Masjid RSUD
selama setahun. Hal ini karena anggota PPA kebanyakan bekerja di RSUD. Namun
sekarang, sudah 20 masjid yang mukenanya dicuci GMB. “Banyak juga yang
anak-anak di luar PPA yang ikut mencuci, Alhamdulillah kalau
menginspirasi,” ujar Ida (39).
Ia menyatakan, untuk sekarang, GMB mencuci mukena di masjid yang biasa digunakan oleh banyak orang. Seperti di Masjid Menara Kudus, Masjid di RSUD Kudus, maupun masjid di depan Pasar Kliwon. Penanggung jawabnya pun berbeda di setiap masjid. Mencuci mukena biasa dilakukan seminggu sekali sampai dua kali, tergantung dari seberapa kotor mukena tersebut. “Dahulu yang di Masjid Menara sampai dua kali dalam semingggu, sekarang cukup sekali,” ujar Ida.
Gerakan
ini sendiri adalah salah satu kegiatan dari komunitas PPA. PPA adalah komunitas
yang awalnya berupa training sehari untuk memahami ilmu tauhid. “Ketika orang
sudah bisa memahami, dan melaksanakan ilmu tauhid, Insya Allah kehidupannya
akan jadi lebih baik, tujuannya memang sebenarnya seperti itu,” ujar Ida.
Setelah mengikuti training tersebut, ada yang namanya gerakan Sa’I, yakni
dengan melakukan kebaikan secara terus menerus, wujud implementasi dari ilmu
tauhid. “Ada beberapa kegiatan seperti Jum’at berkah, bagi-bagi nasi, donor
darah dan yang khas di PPA Kudus itu ya Gerakan Mukena Bersih ini,” ujar Ida.
GMB tercetus karena rasa prihatin anggota PPA karena mukena yang
ada di masjid RSUD itu bau, padahal jamaah selalu padat. Sehingga timbul
keinginan untuk mencuci. “Kalau sendiri kan capek dan mager, jadi akhirnya
woro-woro sama temen,” tutur Ida.
GMB ini hanya mempunyai motif sosial, tak ada motif politik
ataupun membawa aliran tertentu. “Memang dulu awalnya agak susah untuk masuk ke
masjid-masjid, tapi ketika sudah tahu aksi kita seperti apa, malah banyak yang
ikut terinspirasi,” lanjutnya.
Sumber berita dan foto: Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Kudus
Posting Komentar