Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Dosa Terbesar Diantara Muslim Pada Muslim Lainnya (2)

Dosa Terbesar Diantara Muslim Pada Muslim Lainnya (2)

Rasul SAW bersabda diriwayatkan didalam Shahih Muslim “Barangsiapa yang mengajarkan 1 hal yang baru selama itu berupa kebaikan didalam Islam maka baginya pahala dan pahala bagi orang yang mengikutinya, barangsiapa yang mengajarkan hal – hal yang baru berupa keburukan didalam Islam maka baginya dosa dan dosa bagi orang yang mengikutinya tanpa dikurangkan sedikit pun”.

Jadi hal yang baru selama baik dan tidak bertentangan dengan syari’ah telah ada dalilnya riwayat Shahih Muslim. Sebagaimana hal – hal yang baru dilakukan setelah wafatnya Sang Nabi SAW dan tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Namun selama itu baik, hal itu telah diperintah oleh Allah sebagaimana Al Imam Ibn Rajab menjelaskan bahwa berkata Al Hasan pada ayat “innallah ya’murukum bil adli wal ihsan, .....(hingga akhir ayat) (QS Annahl 90)”

Al Imam Ibn Rajab menjelaskan ayat itu tidak menyisakan suatu perbuatan baik kecuali sudah diperintah oleh Allah dan tidak menyisakan satu perbuatan buruk kecuali sudah diperintah oleh Allah. Apakah sudah ada di masa Nabi atau belum ada di masa Nabi? Zaman sekarang hadirin – hadirat, tentunya kita memakai lampu, memakai karpet di masjid. Zaman dulu tidak dipakai, tapi selama itu bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syari’ah boleh - boleh saja. Namun menambah syari’ah hukum yang fardhu, itulah yang dinamakan kemungkaran dan bid’ah dhalalah (bid’ah yang sesat).

Mengenai hadits Rasul SAW yang ada “kullu bid’ah dhalalah wa kullu dhalalah finnaar” Semua bid’ah itu sesat dan semua yang sesat itu di neraka. Telah dijelaskan oleh Hujjatul Islam Al Imam Nawawi alaihi rahmatullah didalam kitabnya Syarh Nawawi ala Shahih Muslim bahwa makna hadits ini aamuun makhshush (umum tapi ada kekhususannya). Sebagaimana firman Allah Swt “akan Ku-penuhi neraka jahannam itu dengan seluruh jin dan manusia kesemuanya”. Buktinya tidak semua yang masuk ke dalam neraka jahannam, ada yang masuk ke dalam surga. 

Namun Allah berkata “kesemuanya”, maksudnya ke semua yang bathil, ke semua yang dhalim, ke semua yang jahat. Demikian hadirin makna hadits tersebut juga. Dikatakan oleh Imam Nawawi “kullu bid’ah dhalalah wa kullu dhalalah finnaar” Semua bid’ah itu sesat dan semua yang sesat itu di neraka. Hal ini adalah umum tapi ada pengecualiannya, tidak semua bid’ah itu sesat. Bid’ah yang .... adalah bid’ah yang sesat karena diperjelas oleh hadits tadi. Barangsiapa yang mengajarkan hal yang baru, yang baik dan tidak bertentangan dengan syari’ah Islam kita maka akan mendapatkan pahala dan pahala orang yang mengikutinya.

Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq radiyallahu anhu sebagaimana riwayat Shahih Bukhari bahwa di masa ia menjabat sebagai khalifah. Ia didatangi oleh Sayyidina Umar bin Khattab radiyallahu anhum. Sayyidina Umar ra mengadukan pembunuhan banyak para sahabat pada kejadian ahlul yamamah (yang terbunuh banyak para penghafal Alqur’an). 

Banyak sahabat yang hafal Alqur’an dibunuh, maka berkata Sayyidina Umar ra “wahai Amirul Mukminin, wahai khalifah sebaiknya Alqur’an ini kita tuliskan (jilidkan dalam satu buku)”. Karena sebelumnya belum dibukukan. Ada yang menulisnya beberapa halaman, ada yang menghafalnya. Ini kalau tidak dikumpulkan dalam 1 buku, nanti generasi setelah kita tidak bisa mengenal Alqur’an lagi karena banyak para sahabat yanghafal Alqur’an dibunuh maka segera kita bukukan sebelum lupa dari hafalan Alqur’an. Nanti orang – orang yang hafal Alqur’an wafat, habis sudah. Mumpung yang hafal Alqur’an masih banyak di masa itu. 

Abu Bakar Ashshiddiq berkata “kaifa af’al syaiy’ lam yaf’aluhu Rasulullah?” bagaimana aku berbuat yang tidak diperbuat oleh Rasulullah?. 

Rasul SAW tidak memerintahkan untuk membukukan Alqur’an, bagaimana aku membukukannya? Sayyidina Umar berkata “Lakinna wallahi fiihi khair” tapi dalam perbuatan itu ada kebaikan dan kebaikan sudah diperintah oleh Nabi SAW. Maka Abu Bakar Asshiddiq setuju dan Alqur’an dibukukan. Selesai pada masa khalifah Sayyidina Utsman bin Affan radiyallahu anhu hingga saat ini disebut dengan “Mushaf Utsmani” dan disetujui oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw hingga diteruskan oleh beliau karamallahu wajhah hingga saat ini.

Itu bid’ah hasanah, hal yang tidak pernah diperintah oleh Rasul SAW. Maka jika hal yang baru tidak diperbolehkan maka jangan sentuh Alqur’anulkarim karena hal itu dibukukan setelah wafatnya Sang Nabi SAW.

Demikian makna dari hal – hal yang baik. Jika diadakan selama tidak bertentangan dengan syari’ah maka hal itu merupakan kebaikan. Dan kebaikan itu mendapatkan pahala dan pahala bagi orang yang mengikutinya. Namun jika hal itu buruk maka hal itu akan membawa dosa baginya dan dosa bagi orang yang mengikutinya.



Habib Munzir Al Musawwa
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger