Ketahuilah bahwa keindahan dan kebagusan dalam
diri insan terbagi dua : dhohir dan bathin, Dan keindahan bathin (hati) itulah
yang terpuji dari dzatnya sendiri, itulah keindahan dan kebagusan ilmu, keluasan
akal, kemurahan, dermawan dan keberanian. Dan keindahan hati seseorang inilah
yang menjadi tempat tumpuan Pandangan Allah SWT dan tempat kecintaan Nya pada si hamba tersebut. Sebagaimana tertera dalam sebuah hadits :
إِنَّ اللهَ لاَ
يَنْظُرُ إِلَي صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ
وَأَعْمَالِكُمْ (رواه مسلم)
Sesungguhnya Allah tidaklah memandang kepada (keindahan) bentuk
tubuh kalian dan tidak pula harta kekayaan kalian, akan tetapi Allah memandang
kepada hati-hati kalian dan amal-amal (ibadah) kalian (HR. Imam Muslim).
Dan keindahan bathin (hati) ini justru akan memancarkan
keindahan dhohir dan menghiasinya sekalipun dia tidak terlalu tampan atau
cantik, maka keindahan dan kebersihan hati itulah yang akan menyelimuti dirinya
dengan keindahan dan wibawa serta kemanisan dan keelokan saat dipandang mata,
sebab si mukmin akan diberikan kewibawaan dan kemanisan sesuai dengan derajat
keimanannya, maka siapa yang memandangnya akan merasa kagum dan siapa yang
berkumpul dengannya akan mencintainya. Dan hal ini terlihat nyata dalam
kehidupan ini. Maka kamu lihat seorang yang sholeh atau solehah yang akhlaknya
mulya akan tampak indah dan manis sekalipun dia hitam atau tidak tampan (cantik),
lebih-lebih jika dia membiasakan untuk sholat Tahajjud (Qiyamul Lail), sebab
sesungguhnya Qiyamul Lail itu memberikan cahaya pada wajah dan menjadikannya indah.
Dahulu banyak para wanita sering Qiyamul Lail, ketika dikatakan
kepada mereka apa sebabnya, mereka berkata, “ Sholat Tahajjud itu memperindah
wajah dan memberinya cahaya, maka akupun ingin supaya wajahku indah (cantik)
karenanya “.
Dan sudah pasti kita ketahui betapa keindahan bathin (hati) itu
jauh lebih baik dan lebih utama daripada keindahan luar (dhohir), dan hati
seseorang pasti akan memulyakan, menghargai, condong serta mencintai orang yang
indah bathinnya.
Adapun keindahan dhohir (kebagusan dan keelokan wajah) itu
adalah juga sebagai hiasan yang Allah khususkan kepada hamba yang dikehendakinya,
itulah anugerah Allah yang harus disyukuri, maka semua Anbiya’ dan khususnya
Nabi kita Muhammad SAW adalah pilihan Allah, sehingga beliau diberikan
keindahan bathin dan dhohir yang luar biasa, ketampanannya mengungguli
ketampanan Nabi Yusuf, akhlaknya yang luhur dipuji langsung oleh Allah.
Sehingga seorang sahabat menyifati beliau SAW dengan mengatakan : “ wajah Nabi
ibarat rembulan di saat purnama “, yang lain mengatakan : “ seakan-akan
terdapat matahari yang berjalan di wajah Rasulullah SAW (saking bercahayanya
wajah beliau)”, yang lain pula berkomentar : “ Aku belum pernah melihat
seseorang yang sama seperti beliau ( dari sisi akhlak dan ketampanannya) “. Dan
begitu pula para sahabat dan ahlu bait (keturunan) beliau SAW, mereka diberikan
anugerah keindahan dhohir pula. Maka bersyukurlah.
Sebagaimana keindahan bathin adalah paling besarnya nikmat Allah
SWT kepada hamba Nya, maka begitupula ketampanan dan keelokan paras juga nikmat
dari Allah yang wajib disyukuri, maka jika ketampanan (kecantikan) itu
disyukurinya dengan menjaganya dan bertaqwa kepada Allah maka akan bertambahkan
keindahannya, tetapi jika kecantikannya dipergunakan untuk maksiat kepada
Nya,agar dipuji dan dipuja orang, agar disenangi banyak lawan jenisnya, maka
Allah akan membalik dan mengganti kecantikan itu dengan keburukan dan kejelekan
yang nyata didunia sebelum di akhirat. Sehingga sekalipun dhohirnya
cantik/tampan tapi orang tidak suka memandangnya bahkan menjauhinya, atau yang
mengawaninya hanya mereka yang sama sepertinya.
Maka dalam banyak kesempatan Nabi Muhammad SAW senantiasa
menasehati para sahabatnya agar mereka memperbaiki akhlak dan hati mereka,
sehingga terkumpullah pada diri mereka keindahan dhohir dan bathin, bahkan jika
kita bercermin disunnahkan untuk membaca doa :
اللهُمَّ
كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي
Ya Allah sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku (tubuhku)
maka indahkanlah akhlak (budi pekertiku).
Seorang ahli hikmah berkata,“ Hendaknya manusia itu setiap harinya berkaca,
maka jika dia melihat Allah memberikan ketampanan/kecantikan pada dirinya maka
jangan dikotori dan dilumuri dengan perbuatan atau akhlak yang jelek “
Dinukil dari
Kitab Raudhotul Muhibbin Wa Nuzhatul Musytaqin
Posting Komentar