Al-Iradah (kehendak) itu harus dikembalikan dahulu yang
pertama kepada niat. Niat dikembalikan kepada ilmu. Punya niat baik, punya
kehendak baik, tapi tidak mempunyai ilmu juga sulit. Mempunyai ilmu, mempunyai
kehendak dan mempunyai niat yang baik tapi tidak didasari khaufun billah (takut
kepada Allah), juga susah. Khauf (takut) kepada Allah SWT bukan karena
nerakaNya.
Cinta kepada Allah bukan karena surgaNya. Tapi cinta kepada yang
menciptakan surga dan neraka lebih besar daripada cinta kepada surgaNya atau
takutnya pada neraka. Itu diantaranya khauf.
Dan khauf ini harus selalu kita gandeng. Sebab khauf tanpa
ilmu, maksudnya khauf jarang juga orang yang mengetahuinya. Tapi kalau khauf
mempunyai ilmu, berbeda. Karena kaitannya khauf juga tidak terlepas dari:
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ
فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah melihatNya, jika
tak mampu demikian maka pasti Dia melihatmu.”
Merasa bersembah sujud, menyembah sujud kepada Allah SWT
Kalau toh tidak mampu karena ini kelas berat merasa setiap harinya dilihat oleh
Allah SWT Dari mulai kehendak kita, kemauan kita, dan lain sebagainya tidak
terlepas dari pandangan Allah SWT Bilamana khauf ini tumbuh maka akan
memperbaiki kehidupan manusia itu sendiri karena takutnya kepada Allah SWT Tapi
khauf harus digandeng selalu dengan raja’. Selalu yang mengharapkan tidak
pernah lepas, tidak satu pun yang diharapkan dan dikehendaki terkecuali:
إِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ
“
Hanyalah kepadaMu ya Allah kami mengharap.”
Kalau setiap insan mukmin bisa mengamalkan إِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ
وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ (raja’ selalu kepada Allah SWT), saya kira tidak ada
mukmin yang faqir. Karena apa? Dekat dengan yang menciptakan surga. Cinta kami
kepada Allah SWT lebih besar daripada surgaNya. Begitupula cinta kami kepada
Baginda Nabi SAW Lebih-lebih cinta kita kepada Baginda Nabi SAW bagian dari
syukur kepada Allah SWT
Karena apa?
Kita menjadi umat Islam, orang yang beriman,
bisa membedakan mana yang haq dan batil, mana kalamullah, dan mana yang
halal-mana yang haram. kita bisa berbakti pada orangtua, taat pada segala
perintah Allah, dan lain sebagainya, tanpa mengenal Baginda Nabi SAW mana
mungkin kita kenal itu semuanya!?
Maka dengan dilahirkannya Baginda Nabi SAW,
sejauh mana kita mengenal Baginda Nabi SAW Karena tanpa kelahiran Nabi SAW,
mustahil ada bi’tsah ataupun risalah. Dan tidak mungkin Islam dan al-Quran akan
diturunkan karena tidak ada yang di-maulud-kan. Karena ada yang di-maulud-kan
itulah adanya bi’tsaturrasul wannubuwwah, nuzul al-Quran, dan Islam diturunkan
oleh Allah SWT kepada Baginda Nabi Besar SAW.
Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Pengajian Jum’at Kliwon 2016
Posting Komentar