Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Rasul SAW Tetap Mengasihi Hamba Yang Maksiat

Rasul SAW Tetap Mengasihi Hamba Yang Maksiat

Rasul SAW adalah Sang Pembawa Tuntunan yang sempurna di dalam kesejahteraan. Sedemikian hebatnya tuntunan Sang Nabi SAW dan dahsyatnya tuntunan keluhuran yang beliau sampaikan, beliau menolak untuk mengajar setiap malam. Ketika para Sahabat meminta Rasul SAW untuk menjadikan majelis beliau setiap malam, beliau menolak. “Mukhofatan Assaaammmah ‘alaina”, takut para Sahabatnya itu bosan dengan tuntunan yang beliau sampaikan (demikian diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari).

Sedemikian hebatnya, orang yang paling sempurna akhlaknya, yang dengan melihat wajahnya tenang hati para Sahabat karena wajah yang paling sejuk dan paling ramah. Beliau masih tidak mau menyampaikan terlalu sering karena takut nanti mereka akan bosan. Betapa indahnya tuntunan Nabi Muhamamad SAW.

Dan beliau SAW mengajarkan banyak dari perbuatan – perbuatan yang sempurna di dalam menata para Sahabat dan kaum muslimin. Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul SAW membagi – bagi hadiah kepada orang – orang yang banyak berbuat salah dan dosa, maka Sayyidina Sa’ad radiyallahu anhum “ya Rasulullah a’thirrajul innahu mukmin” (ya Rasulullah beri orang yang ini karena ia orang yang baik orang beriman orang shalih).

Saat Rasul SAW tidak memberi, maka Sa’ad RA berkata “ya Rasulullah innahu mukmin” (ini orang yang kau lewati justru orang yang baik), kau salah beri, yang diberi orang yang banyak menyimpang, justru yang diberi orang yang tidak banyak berbuat baik.

Maka Rasul SAW bersabda “ya Sa’ad inni athaithurrajul wa rajul ahab ilayya minhu, khashyathan an yakubbahullahu finnar..!” (Wahai Sa’ad, aku ini memberi orang itu dan aku lebih mencintai orang lainnya, aku memberi orang ini agar Allah tidak mencampakkannya di dalam api neraka, agar ia lebih baik lagi dari perbuatannya).

Oleh sebab itu ketika di dalam Surah ‘Abasa, Ibn Umi Maktum (yang buta) radiyallahu anhu menyela ucapan Sang Nabi SAW ketika berbicara kepada pembesar - pembesar quraisy. Rasul SAW sedang menjelaskan Islam dan mengajak mereka masuk Islam, Ibn Umi Maktum yang sudah masuk Islam menyela ucapan Sang Nabi SAW, maka Rasul SAW cemberut. Maka turunlah firman Allah “ ‘Abasa watawallaa, anjaahul a’ma” QS. ‘Abasa : 1-2 (ia (Muhammad) cemberut dan berpaling…) ketika datang seorang yang buta karena Allah SWT seakan – akan menegur sang Nabi SAW.

Ini bukan perbuatan salah pada diri beliau SAW, perbuatan Rasul SAW benar, karena tidak sepantasnya seorang muslim menyela ucapan seorang Rasulullah, dan Rasul SAW tidak mencela Ibn Umi Maktum dengan celaan dan ucapan tetapi Rasul SAW hanya cemberut saja sedangkan Rasul SAW tahu Ibn Umi Maktum buta (tidak melihat) maka cemberut beliau SAW tak akan menyinggung perasaannya.

Demikian indahnya budi pekerti Sang Nabi SAW untuk menunjukkan kepada para Sahabat yang lain bahwa menyela ucapan Rasulullah adalah hal salah, hingga beliau cemberut tapi beliau juga tidak mau menyakiti perasaan Ibn Umi Maktum yang buta, maka Rasul tidak mengucap apa – apa dan cemberutnya tidak dilihat oleh Ibn Umi Maktum.

Lalu bagaimana dengan teguran ayat itu?

Teguran ayat tersebut ditujukan kepada pembesar – pembesar quraisy bahwa Allah lebih menghargai iman seorang buta yang miskin daripada pembesar – pembesar quraisy yang semakin sombong dan kufur.



Habib Munzir al Musawwa
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger