Niat sangat penting dalam ibadah. Perbuatan menjadi ibadah atau tidak
itu karena niat. Begitu juga menikah, jika niatnya baik maka akan menjadi
ibadah selamanya, tetapi kalau salah niat maka tidak menjadi ibadah malah
mendapat dosa.
Rosulullah SAW bersabda :
مَنْ نَكَحَ ِللهِ وَأَنْكَحَ ِللهِ اِسْتَحَقَّ وِلاَيَةَ اللهِ
Barang siapa (suami istri) yang menikah karena Allah, dan (orang tua)
menikahkan karena Allah, maka dia berhak mendapatkan lindungan Allah.
Pentingnya niat yang baik akan menghindarkan penyesalan tiada akhir
akibat hancurnya pernikahan. Diantara mutiara yang muncul dari ucapan Ulama
Salaf :
فَرَحْ شَهرْ خَسِرْ مَهْر كَسْر ظَهْر هَمٌّ دَهْر
Kenikmatan hanya Sebulan, Rugi akan Mahar, Punggung terasa hancur
(lelah mengurusi pernikahan) dan Penyesalan Sepanjang Masa
Sebagian ulama sampai mengumpulkan 70 niat bahkan ratusan dalam
pernikahan. Seorang Ulama Salaf Al Imam Ali Bin Abi Bakar As Sakron memberi
panduan kita dalam menata niat dalam pernikahan agar mendapat ridho Allah.
نَوَيْتُ بِهذَا التَّزَوُّجِ وَالزَّوْجَةِ مَحَبَّةَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
وَالسَّعْيَ فِيْ تَحْصِيْلِ الْوَلَدِ لِبَقَاءِ جِنْسِ اْلإِنْسَانِ.
1. Aku niat dengan pernikahan bersama istriku ini untuk mencintai Alloh
SWT dan berupaya mendapatkan keturunan demi melanggengkan kehidupan manusia.
نَوَيْتُ مَحَبَّةَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ تَكْثِيْرِ
مُبَاهَاتِهِ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَنَاكَحُوْا تَكْثُرُوْا
فَإِنِّيْ مُبَاهٍ بِكُمُ اْلأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
2. Aku niat untuk mencintai Rosululloh SAW dan menambah kebanggaan
beliau sebagaimana sabda beliau, “Menikahlah dan perbanyaklah keturunan, karena
sesungguhnya aku akan membanggakan kalian dihadapan umat-umat sebelumku di hari
kiamat”.
نَوَيْتُ بِهذَا التَّزْوِيْجِ وَمَا يَصْدُرُ مِنِّيْ مِنْ قَوْلٍ وَفِعْلٍ
التَّبَرُّكَ بِدُعَاءِ الْوَلَدِ الصَّالِحِ بَعْدُ وَطَلَبَ الشَّفَاعَةِ بِمَوْتِهِ
صَغِيْرًا إِذَا مَاتَ قَبْلِي.
3. Aku niat dengan pernikahan ini dan apa-apa yang bersumber dariku, baik
perkataan dan perbuatan untuk mendapatkan barokah dari anakku yang soleh kelak,
dan mengharap syafaat darinya bila ia meninggal waktu kecil sebelumku.
نَوَيْتُ بِهذَا التَّزْوِيْجِ التَّحَصُّنَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَكَسْرَ التَّوَقَانِ
وَكَسْرَ غَوَائِلِ الشَّرِّ وَغَضَّ الْبَصَرِ وَقِلَّةَ الْوَسْوَاسِ.
4. Aku niat dengan pernikahan ini membentengi diriku dari syetan,
menghancurkan syahwat, menghilang-kan kotoran hati, menundukkan pandangan, dan menghindari gangguan syetan.
نَوَيْتُ حِفْظَ الْفَرْجِ مِنَ الْفَوَاحِشِ.
5. Aku niat menjaga kemaluan dari perbuatan keji.
نَوَيْتُ بِهذَا التَّزْوِيْجِ تَرْوِيْحَ النَّفْسِ وَإِيْنَاسَهَا بِالْمُجَالَسَةِ
وَالنَّظَرِ وَالْمُلاَعَبَةِ إِرَاحَةً لِلْقَلْبِ وَتَقْوِيَةً لَهُ عَلَى الْعِبَادَةِ.
6. Aku niat dengan pernikahan ini untuk meredam nafsu dan menghibur
diri dengan duduk , memandang, dan bersenda gurau bersama istri/suami, demi
melipur hati dan meningkatkan semangat dalam beribadah.
نَوَيْتُ بِهِ تَفْرِيْغَ الْقَلْبِ عَنْ تَدْبِيْرِ الْمَنْزِلِ وَالتَّكَفُّلِ
بِشُغْلِ الطَّبْخِ وَالْكَنْسِ وَالْفَرْشِ وَتَنْظِيْفِ اْلأَوَانِي وَتَهْيِئَةِ
أَسْبَابِ الْمَعِيْشَةِ.
7. Aku berniat dengannya untuk meringankan beban dalam mengatur rumah
tangga dan bertanggung jawab dalam urusan dapur, kebersihan, ruang istirahat,
dan mencari nafkah.
وَنَوَيْتُ بِهِ مُجَاهَدَةَ النَّفْسِ وَرِيَاضَتَهَا بِالرِّعَايَةِ وَالْوِلاَيَةِ
وَالْقِيَامَ بِحُقُوْقِ اْلأَهْلِ وَالصَّبْرَ عَلَى أَخْلاَقِهِنَّ وَاحْتِمَالَ
اْلأَذَى مِنْهُنَّ وَالسَّعْيَ فِيْ إِصْلاَحِهِنَّ وَإِرْشَادِهِنَّ إِلَى طَرِيْقِ
الْخَيْرِ وَاْلإِجْتِهَادَ فِيْ طَلَبِ الْحَلاَلِ لَهُنَّ وَاْلأَمْرَ بِتَرْبِيَةِ
اْلأَوْلاَدِ وَطَلَبَ الرِّعَايَةِ مِنَ اللهِ عَلَى ذلِكَ وَالتَّوْفِيْقَ لَهُ وَاْلإِنْطِرَاحَ
بَيْنَ يَدَيْهِ وَاْلإِفْتِقَارَ إِلَيْهِ فِيْ تَحْصِيْلِهِ.
8. Aku niat dengannya untuk melawan hawa nafsu dan melatihnya melalui
kepemimpinan dan tanggung jawab keluarga. Juga sabar dengan perilaku dan
gangguan istri/suami. Dan selalu berupaya memperbaiki prilaku dan selalu
membimbingnya ke jalan yang baik. Aku pun berupaya mencari rizki yang halal bagi
keluarga serta mendidik mereka dengan baik. Aku juga mengharap perhatian dan
taufik Alloh dalam semua perkara di atas.Aku hinakan diriku dengan bersimpuh di
pintu Alloh demi mendapatkan itu semua.
نََوَيْتُ هذَا كُلَّهُ للهِ تَعَالَى.
9. Aku niat semua ini hanya karena Alloh Ta’ala.
نَوَيْتُ هذَا وَغَيْرَهُ مِنْ جَمِيْعِ مَا أَتَصَرَّفُ فِيْهِ وَأَقُوْلُهُ
وَأَفْعَلُهُ فِيْ هذَا التَّزْوِيْجِ للهِ تَعَالَى.
10. Aku niat dalam pernikahan ini dan segala perbuatanku, baik
perkataan dan perbuatan, hanya karena Alloh SWT.
وَنَوَيْتُ بِهذَا التَّزْوِيْجِ مَا نَوَى بِهِ عِبَادُكَ الصَّالِحُوْنَ
وَالْعُلَمَاءُ الْعَامِلُوْنَ.
11. Aku niat dengan pernikahan ini sebagaimana niatnya para hambaMu yang
sholih dan para ulama yang mengamalkan ilmunya.
Habib Hud Alatas
Posting Komentar