Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Bahaya Ghibah Dan Ngerumpi

Bahaya Ghibah Dan Ngerumpi

Menggosip adalah tindakan yang paling dibenci Allah. Tapi celakanya, kebiasaan ini justru disukai banyak orang, baik di kantor, ditempat kerja atau bahkan di rumah. Terurama kalangan ibu-ibu

Banyak hal yang bergeser dan berubah dengan hadirnya pesawat televisi ke rumah kita, terutama berkaitan dengan budaya dan akhlak. Salah satu yang jelas terlihat yaitu pergeseran makna bergunjing atau menggosip. 

Menggosip adalah tindakan yang kurang terpuji celakanya lagi kebiasaan ini seringkali dilekatkan pada sifat kaum wanita. Dulu, orang akan tersinggung jika dikatakan tukang gosip. Dan merasa sangat malu. Namun, saat ini pesan tersebut telah mengalami pergeseran. 

Beberapa acara informasi kehidupan para artis atau selebritis yang dikemas dalam bentuk paket hiburan atau infotainment dengan jelas-jelas menyebut kata gosip sebagi bagian dari nama acaranya. Bahkan pada salah satu acara tersebut pembawanya menyebut diri dan  menyapa pemirsannya dengan istilah “biang gosip”. Mereka dengan bangga mengaku sebagai tukang gosip. 

Saat ini hampir di setiap stasiun televisi memiliki paket acara seperti di atas. Bahkan sebuah stasiun TV ada yang memiliki lebih dari satu paket acara infotainment tersebut, dengan jadwal tayangan ada yang mendapat porsi tiga kali seminggu. Hampir semua isi acara sejenis itu, isinya adalah menyingkap kehidupan pribadi para selebritis. Walhasil, pemirsa akan mengenal betul seluk beluk kehidupan para artis, seolah diajak masuk ke dalam rumah bahkan kamar tidur mereka.

Sepintas acara ini terkesan menghibur. Seorang ibu yang kelelahan setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya mungkin akan terasa terhibur dengan sajian-sajian sisi-sisi kehidupan pribadi orang-orang terkenal. Apalagi kemasan acara yang semakin bervariasi ada yang diselingi nyanyi, wawancara langsung dengan artis, daftar hari ulang tahun para selebritis, dll. Namun jika kita cermati lebih jauh, isinya kurang lebih adalah menggosip atau mengunjing. 

Sejak awal tahun 2002 yang ditandai dengan banyaknya artis pisah ranjang dan bercerai, peristiwa-peristiwa semacam ini merupakan sasaran empuk bagi penyaji hiburan ini. Pemirsa disuguhi sajian informasi yang sarat dengan pergunjingan. 

Masing-masing pihak merasa benar dan tentu saja menyalahkan pihak lainnya. Menggosip merupakan tindakan buruk, tidak terasa memiliki konotasi buruk jika terus-menerus disosialisasikan dengan paket menarik di televisi. Bahkan dianggap  sebagai tindakan biasa dan lumrah. Menceritakan aib orang lain menjadi sesuatu yang tanpa beban kita lakukan, padahal jika kita cermati makna gosip yang sama dengan ghibah- barangkali kita akan merasa ngeri.




Ghibah atau gosip merupakan sesuatu yang dilarang agama. Apakah ghibah itu? Tanya seorang sahabat pada Rasulullah SAW. Ghibah adalah memberitahu kejelekan orang lain! jawab Rasul. Kalau keadaaannya memang benar? Tanya sahabat lagi. Jika benar itulah ghibah, jika tidak benar itulah dusta! tegas Rasulullah. Percakapan tersebut diambil dari HR Abu Hurairah.


Dalam Al Quran (QS 49:12), orang yang suka menggibah diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Jabir bin Abdullah ra. Meriwayatkan Ketika kami bersama Rasulullah SAW. Tiba-tiba tercium bau busuk yang menyengat seperti bau bangkai maka Rasul pun bersabda,  Tahukah kalian, bau apakah ini? Inilah bau dari orang-orang yang meng-ghibah orang lain. (HR Ahmad).

Dalam hadits lain dikisahkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, Pada malam Isra miraj, aku  melewati suatu kaum yang berkuku tajam yang terbuat dari tembaga. Mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka sendiri. Lalu aku bertanya pada Jibril Siapa merka? Jibril menjawab, Mereka itu suka memakan daging manusia, suka membicarakan dan menjelekkan orang lain, mereka inilah orang-orang yang gemar akan ghibah! (dari Abu Daud yang berasal dari Anas bin Malik ra).

Begitulah Allah mengibaratkan orang yang suka menggibah dengan perumpamaan yang sangat buruk.

Banyak kesempatan bagi ibu-ibu untuk menggosip. Pada saat berbelanja sambil mengelilingi gerobak tukang sayur, menyuapi anak di halaman, pada acara arisan dan lain-lain. Kadang-kadang disambut dengan pembenaran dengan dalih, Ini fakta, untuk diambil pelajarannya!. Padahal di balik itu akan lebih banyak faktor ghibah daripada pelajarannya.

Benarkah orang cenderung suka mengghibah, bahkan terkesan menikmatinya? Menurut seorang pengasuh konsultasi keluarga pada sebuah media cetak, bahwa rubriknya tetap disukai pembaca selama puluhan tahun. Adalah karena kecenderungan. Orang cenderung ingin tahu masalah yang terjadi pada orang lain. Jika demikian, tentunya kita harus sering melakukan istighfar mohon ampun kepada Allah sebab Syaitan dengan mudah mempengaruhi hati kita sehingga tanpa disadari kita tengah menumpuk dosa akibat pergunjingan. 

Setiap orang mempunyai harga diri yang harus dihormati. Membuat malu seseorang adalah perbuatan dosa. Tiada seseorang yang menutupi cacat seseorang di dunia, melainkan kelak di hari kiamat Allah pasti akan menutupi cacatnya” (HR. Muslim).

Sosialisasi pergunjingan di televisi bagaimanapun harus dihindari. Jangan sampai kita merasa tidak berdosa melakukannya. Bahkan merasa terhibur dengan informasi semacam itu. Kita mesti berhati-hati. Bahaya ghibah harus senantiasa ditanamkan agar kita senantiasa sadar akan bahayanya. Benar kiranya jika dikatakan bahwa dulu orang tinggal di dalam rumah karena menghindari bahaya dari luar. Kini bahaya justru berasal dari dalam rumah sendiri yaitu dengan hadirnya acara yang menurunkan kualitas iman di televisi. 




Ida S. Widayati
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger