Maka sampaikan walau satu kata pun dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, satu kata apapun dari kebaikan maka termasuk dalam hadits ini, itu
adalah tugas untuk kita dari pimpinan terbesar di dunia dan akhirah, sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Rasulullah berkata ketika beliau
sedang tertidur, ingat bahwa rasulullah matanya tertidur namun hatinya tidak
tidur, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنََّ
عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي
“Sesungguhnya kedua mataku memang tidur namun hatiku tidak tidur”
Ketika beliau tidur dan dibangunkan oleh sayyidah Aisyah sebelum waktu fajar
maka beliau bangun dan langsung melakukan shalat witir, maka sayyidah Aisyah
berkata: “ wahai rasulullah, apakah engkau shalat tanpa wudhu?” maka
rasulullah berkata:
يَا
عَائِشَةُ إِنََّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي
“Wahai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku memang tidur namun hatiku
tidak tidur”
Kelanjutan hadits tadi, Rasulullah berkata: “Ketika tadi malam aku tertidur
, aku dibawakan kunci perbendaharaan bumi sehingga diletakkan di tanganku”,
kunci kesuksesan dan keberhasilan itu diberikan kepada rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam berupa harta, kekuatan, kedamaian dan lainnya, itulah makna
kalimat “Khazaain al ardh”.
Diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar bahwa makna
Khazaain al ardh (pendaman-pendaman bumi) bisa bermakna harta, kesuksesan,
kemudahan, atau kemenangan dan yang pasti adalah berupa bantuan yang besar yang
membuat kita sukses, yang telah diserahkan kepada rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sampai kesemua itu diletakkan di telapak tangan beliau shallallahu
‘alaihi wasallam. Semua kesuksesan telah diberikan kepada sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaimana cara mendapatkannya?.
Maka Abu Hurairah
berkata melanjutkan hadits ini bahwa Rasulullah telah wafat dan kalian (ummat
rasulullah) yang akan mendapatkannya. Kesemuanya akan ditumpahruahkan bagi
mereka yang mau berjuang untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
yang mau membantu dakwah sayyidina Muhammad, maka Allah menyiapkan kemakmuran
dan seluruh kemakmuran telah Allah letakkan di tangan rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Maka kesuksesan itu ada pada baktimu kepada nabimu Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam dimana pun engkau berada dan amal apapun yang
engkau perbuat seperti belajar, mengajar, bekerja, berdagang, menjadi suami,
menjadi istri, menjadi tetangga, menjadi rakyat atau pemimpin, maka kesuksesan
siap menantimu selama niatmu dipadu dengan cinta dan bakti kepada nabi kita
Muhamma rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena semua kesuksesan ada di
tangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rahasia keluhuran ini terwariskan dan sampai kepada kita hadits luhur ini di
malam hari ini dengan izin Allah subhanahu wata’ala, yang berarti semoga kita
semua telah disiapkan oleh Allah untuk mewarisi kemakmuran dan kesuksesan yang
telah diberikan ke telapak tangan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
tidak tersisa satupun dari kita yang hadir kecuali telah diberikan oleh Allah
semua itu, allahumma amin. Tunggulah waktunya akan segera tiba, janji nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam akan segera muncul dalam hari-harimu.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling mulia, yang paling
menyayangi, yang paling berterima kasih dan membalas jasa lebih dari perbuatan
baik kepada beliau.
Kita lihat para pewarisnya diantaranya Al Imam Fakhrul
wujud Abu Bakr bin Salim Ar , ketika datang kepada beliau seorang ibu yang
telah lanjut usia membawakan semangkok bubur daging. Di rumah Al Imam Fakhrul
wujud ini mungkin ratusan atau bahkan ribuan tamu yang datang, maka ibu itu
datang ke rumah Al Imam kemudian ia bertemu dengan salah seorang murid yang
menunggu tamu di pintu, maka ia bertanya : “wahai ibu, ada keperluan
apa?” maka ibu itu menjawab: “tidak ada apa-apa hanya saya ingin
memberikan semangkok bubur daging ini yang semalaman saya membuatnya khusus
untuk Al Imam Abu Bakr bin Salim”, maka murid itu berkata: “wahai
ibu kalau hanya bubur semangkok ini lebih baik ibu shadaqahkan ke fuqara’
karena di dapur banyak sekali makanan dan Al Imam setiap harinya menyembelih
puluhan ekor kambing untuk menjamu para tamunya”.
Maka si ibu itu
merasa kecewa karena telah semalaman dia membuatnya untuk Syaikh Abu Bakr bin
Salim, kemudian ia pulang dan berkata dalam hatinya bahwa memang betul
semangkok bubur itu tidak ada artinya karena setiap harinya dapur Al Imam Abu
Bakr bin Salim dipenuhi puluhan ekor kambing untuk para tamunya. Maka bergetar
firasat Syaikh Abu Bakr bin Salim dengan kejadian itu, sebagaimana sabda
rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
اتّقُوْا
فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإنّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ
“ Takutilah firasat seorang mukmin, karena ia melihat dengan cahaya
dari Allah ”
Hati-hati dengan firasat orang mu’min dan orang-orang yang shalih karena dia
memandang dengan cahaya Allah. Maka Al Imam Abu Bakr bin Salim yang saat itu
sedang duduk dengan para tamunya tiba-tiba berdiri dan keluar dengan berlari,
belum pernah orang-orang melihat beliau berlari, beliau keluar mengejar ibu itu
dan berkata : “wahai ibu apa yang engkau bawa ?”, maka ibu itu
berbalik dan berkata : “bukan apa-apa wahai imam, aku hanya membawa
semangkok bubur yang kubuat semalaman untukmu, namun aku merasa malu ketika
muridmu berkata bahwa di dapurmu setiap harinya dipenuhi dengan puluhan kilo
beras dan puluhan ekor kambing, maka apalah artinya semangkok bubur ini yang
seharusnya aku berikan kepada fuqara’ saja”, maka Al Imam Abu Bakr bin
Salim berkata: “jazakillah khair, tidak ada hadiah yang lebih berharga
dan lebih kusenangi dari ini”, maka bubur itu diterima oleh beliau
kemudian beliau memberi ibu itu 1000 dinar .
Dinar (kepingan emas) itu
diberikan kepada ibu itu untuk membalas kebaikannya yang telah memberi beliau
semangkok bubur daging. Maka Al Imam Fakhrul wujud berbalik kepada muridnya dan
berkata: “wahai fulan, mengapa kalian ucapkan kata-kata itu?”,
murid itu berkata: “wahai imam, para fuqara’ di luar banyak sedangkan di
dapur makanan sangat banyak dan ibu itu hanya membawa semangkok bubur, dan
bagaimana kita akan membawakannya kehadapanmu sedangkan engkau sedang mengajar
di dalam”.
Maka Al Imam berkata: “Ibu itu membuatnya semalaman dengan
ikhlas untuk memberikannya kepadaku, hal ini seperti keadaanku dihadapan Allah,
yang beribadah siang dan malam namun tidak ada artinya dihadapan Allah , dan
jika kalian menolak dia maka bisa jadi Allah akan menolak semua amal-amalku
karena telah membuat kecewa ibu itu, oleh karena itu aku keluar untuk
menyambutnya karena aku juga ungin disambut oleh Allah dengan amal-amalku yang
tidak berarti”, seperti itulah balasan terima kasih dari Al Imam Fakhrul wujud
Abu Bakr bin Salim Ar, maka terlebih lagi datuk beliau sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Habib Munzir al Musawwa
Posting Komentar