Salah satu akhlak Rasulullah SAW adalah membuat siapapun
merasa nyaman berbicara dan bergaul dengan beliau. Orang Arab Badui yang
jauh-jauh datang menemui beliau gemetaran saat berhadapan dengan Nabi. Untuk menenangkannya
Nabi mengatakan, seperti direkam dalam Kitab Sunan Ibn Majah (hadis nomor
3303): "aku bukan raja. Aku putra seorang perempuan yang juga senang makan
daging dendeng (yang dikeringkan di bawah sinar matahari)." Lihatlah bukan
saja Nabi mengatakan bahwa beliau tidak perlu dihormati sebagaimana raja, tapi
beliau juga mencari titik kesamaan antara tradisi Badui dengan apa yang
dilakukannya. Dengan cara demikian, Badui itu merasa nyaman.
Pesona Sang Nabi memang luar biasa. Salah satu akhlak yang
beliau contohkan adalah membuat semua orang merasa akrab. Ini menyebabkan kita
kesulitan menentukan siapa sebenarnya sahabat beliau yang paling dekat.
Terhadap Sayyidina Abu Bakar ra beliau bersabda: 'seandainya aku diperkenankan
mengambil kekasih, tentu aku pilih Abu Bakar" (hadis nomor 447). Di lain
kesempatan Kitab Sahih Bukhari (hadis nomor 3430) menceritakan tatkala Rasul
memutuskan pergi dalam perang Tabuk dan meminta Ali bin Abi Thalib ra tinggal
di Madinah menjaga anak-anak dan perempuan yang tidak berperang, Sayyidina Ali
tetap ingin pergi berperang, lantas Rasul menenangkannya: "Tidak inginkah
kamu hai Ali memperoleh posisi di sisiku seperti posisi Harun di sisi
Musa?" Rasul merujuk pada peristiwa Nabi Musa pergi menerima perintah
Allah dan memercayakan urusan umat kepada Nabi Harun.
Tentang Sayyidina Umar bin Khattab ra, amat banyak riwayat
yang menyebutkan keutamaanya. Kitab Sahih Bukhari (hadis nomor 80) menceritakan
mimpi Rasul: "Ketika tidur, aku bermimpi meminum (segelas) susu hingga aku
dapat melihat aliran air dari kukuku, kemudian aku berikan (sisanya kepada)
'Umar". Orang-orang bertanya; "Apa maknanya (susu tersebut)?
Rasulullah menjawab: "Ilmu"
Pernah terjadi rebutan hak asuh anak Sayyidina Hamzah yang
gugur di perang Uhud. Ali mengambilnya dengan alasan, "dia anak perempuan
pamanku". Ja'far mengatakan, "Istriku itu bibinya anak perempuan
ini." Zaid tidak mau kalah dan mengatakan, "Dia anak perempuan
saudaraku". Kitab Sahih Bukhari (hadis nomor 3920) menceritakan bagaimana
Rasul kemudian menengahi dengan membuat semua pihak merasa nyaman:
"Bibi adalah pegganti ibu" maka Rasul
memberikannya kepada Bibi anak itu. Lantas Rasul berkata kepada Ali,
"Engkau bagian dariku, dan aku bagian darimu." Rasul berkata kepada
Ja'far: "Akhlakku menyerupai akhlakmu". Dan kepada Zaid, Rasul
berkata: "Engkau saudara dan maula kami". Semua menjadi senang dengan
keputusan Nabi.
Mari yuk kita terus jaga akhlak kita agar kelak Nabi
Muhammad berbisik mesra kepada kita: "Engkau bagian dari umatku, akhlakmu
menyerupai akhlakku dan engkaulah saudaraku". Duh Gusti....Shallu 'alan
Nabi.... Tabik,
Nadirsyah Hosen, Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama
Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School
Posting Komentar