Terkait salam Rasulullah SAW kepada anak-anak khususnya, itu merupakan
sinyalemen bagi kalangan orang-orang dewasa agar memberikan perhatian yang
semestinya kepada anak-anak, dan mereka tidak memandang anak-anak dengan
pandangan merendahkan dan meremehkan.
Dari Sayyar, dia mengatakan, “Aku berjalan bersama Tsabit Al-Bunany. Begitu
melewati anak-anak, Tsabit memberi salam kepada mereka lantas berkata, ‘Saat
aku bersama Anas RA lantas melewati anak-anak, dia pun memberi salam kepada
mereka dan Anas RA mengatakan, ‘Saat aku bersama Rasulullah SAW dan melewati
anak-anak, beliau memberi salam kepada mereka’.”
Dari Wahb bin Kaisan, dia mendengar Umar bin Abu Salamah RA mengatakan,
“Saat masih kecil aku berada dalam asuhan Rasulullah SAW. Ketika itu tanganku
meraih-raih ke sana-kemari di nampan tempat makanan. Rasulullah SAW pun
bersabda kepadaku, ‘Wahai anak! Ucapkanlah basmalah, dan makanlah dengan tangan
kananmu, serta makanlah makanan yang dekat denganmu.’ Itulah yang kemudian
terus aku amalkan saat aku menyantap makanan.”
Betapa indah pengaruh positif yang diabadikan oleh Umar bin Abu Salamah RA
pada bagian akhir hadits ini, “Itulah yang kemudian terus aku amalkan saat aku
menyantap makanan.” Ini mengungkapkan kekuatan kehendak anak dalam merespons
dan membuat perubahan.
Di antara gambaran tentang penanaman rasa hormat dan menghargai dalam jiwa
anak adalah mendidiknya agar menunaikan ibadah dengan berbagai ragamnya sejak
usia mumayiz (mulai dapat membedakan yang membahayakan dan tidak),
mengarahkannya agar suka beribadah, dan melatihnya beribadah, agar dia
berkembang dengan lurus dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT, jauh dari
kesesatan dan penyimpangan.
Dari Amru bin Syuaib, dari bapaknya, dari kakeknya, dia mengatakan,
Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat saat mereka
berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila mereka tidak mengerjakannya pada
saat mereka berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara
mereka.”
Beliau juga amat menghargai keinginan dan perasaan seorang anak. Hal
tersebut tampak pada berbagai momentum, bahkan pada saat beliau menunaikan
shalat. Lantas bagaimana selayaknya perilaku seorang mukmin di luar shalat?
Dari Abdullah bin Syaddad, dari bapaknya, Syaddad RA, dia mengatakan,
“Rasulullah SAW keluar menemui kami pada saat shalat Maghrib atau Isya dengan
membawa Hasan atau Husain. Rasulullah SAW pun mengambil tempat di depan lantas
meletakkan cucu beliau itu. Kemudian beliau bertakbir untuk shalat. Pada saat menunaikan shalat, beliau sujud cukup lama di tengah-tengah shalat
beliau.
Bapakku mengatakan, ‘Aku pun mengangkat kepalaku. Ternyata ada anak kecil di
atas punggung Rasulullah SAW saat beliau sedang sujud. Lalu aku kembali bersujud.
Begitu Rasulullah SAW selesai dari shalat, orang-orang bertanya: Wahai
Rasulullah, engkau sujud di tengah-tengah shalatmu dengan sujud yang engkau
lamakan hingga kami mengira ada suatu kejadian atau ada wahyu yang diturunkan
kepadamu.
Beliau bersabda: Itu semua tidak terjadi, akan tetapi cucuku ini menaiki
punggungku, maka aku tidak mau segera membuatnya turun hingga dia memenuhi
keperluannya’.”
Kasih sayang kepada anak-anak adalah anugerah dari Allah bagi
hamba-hamba-Nya yang terbaik dan identitas mukmin sejati dalam seluruh
hubungannya. Siapa yang tidak menyayangi tidak akan disayangi.
Dari Abu Hurairah RA, dia mengatakan, “Rasulullah SAW mencium Hasan bin Ali,
dan ketika itu Aqra’ bin Habis At-Tamimy duduk bersama beliau.
Aqra’ berkata, ‘Aku memiliki sepuluh anak namun aku tidak pernah mencium
seorang pun dari mereka.’
Rasulullah SAW memandangnya kemudian bersabda, ‘Siapa yang tidak menyayangi
tidak akan disayangi’.”
Dalam sebuah hadits lain yang diriwayatkan dari Aisyah RA dikatakan, sejumlah
orang pedalaman datang kepada Rasulullah SAW lantas mereka bertanya, “Apakah
kalian mencium anak-anak kalian?”
Orang-orang itu menjawab, “Ya.”
Mereka berkata lagi, “Akan tetapi, demi Allah, kami tidak mencium.”
Rasulullah SAW bersabda, “Dan aku layak khawatir bila Allah telah mencabut
kasih sayang dari kalian!” Dalam riwayat lain, “Mencabut kasih sayang dari
hatimu atau hati kalian.”
Ditulis oleh Pecinta Rasulullah
Posting Komentar