Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Cinta Suci itu Berhirarki

Cinta Suci itu Berhirarki

Cinta dalam Islam adalah salah satu syarat dari keimanan seorang. Tidaklah termasuk orang yang beriman, apa bila ia tidak memiliki rasa cinta, terlebih terhadap sesama mukmin. Sabda Rasulullah, ”Tidaklah beriman di antara kalian hingga mencintai saudaranya, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (Al-Hadits).


Terhadap harta, istri, keluarga, pun harus demikian. Namun,  agar cinta tidak mengarahkan kita kepada kenistaan hidup, sebagaimana kasus-kasus di atas, maka cinta terhadap kesemuanya itu harus berada di bawah  cinta kepada penganugerah cinta itu sendiri, yaitu Allah. Kenistaan tidak akan didapati, ketika cinta berjalan demikian.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah menjelaskan bahwa ada tiga hal yang bisa membuat seorang hamba akan merasakan manisnya keimanan, di antaranya adalah mencintai Allah di atas segalanya. Lengkapnya hadits tersebut berbunyi, ”Ada tiga hal, yang jika tiga hal itu ada pada seseorang, maka dia akan merasakan manisnya iman. (Yaitu); Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya; Mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah; Benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan darinya, sebagaimana bencinya jika dicampakkan ke dalam api." (Muttafaq ‘alaih).

Dari hadis ini pula kita bisa mengambil benang merah, cinta kepada Allah menuntut kita untuk mencintai segala hal apa yang dicintai-Nya, dan membenci apa/siapapun yang dibenci-Nya. Akan timbul keraguan akan ketulusan cinta yang dimiliki, apabila dia tidak menunjukkan ketaatan kepada yang ia cintai. 

Dalam hal ini Allah juga berfirman, ”Katakanlah Muhammad, jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampunimu...” (Al-Imron: 31) 

Nabi Muhammad adalah kekasih Allah. Sebabnya, untuk menunjukkan cinta kepada Allah, kita pun harus mencintai beliau, dan terhadap apa yang diajarkannya. Cinta model ini, juga telah mengantarkan Umar bin Khathab, menjadi sosok yang mulia, yang sebelumnya merupakan sosok yang bengis. Al-kisah, pada suatu hari Rasulullah menanyai tentang besar cintanya terhadap beliau. Umar menjawab, “Aku mencintaimu ya Rasulullah melebihi cintaku kepada semua yang lain, kecuali diriku sendiri”. Mendengar jawaban demikian, Rasulullah akhirnya menimpali, “Tidak wahai Umar! Sampai aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri.”

Ketika cinta telah mengikuti hirarki demikian, maka, cinta kita terhadap yang lainnya akan lurus. Cinta terhadap istri, anak-anak, keluarga, harta benda, jabatan, akan menjadi lurus kalau ia berada dalam ruang besar yang bernama cinta kepada Allah. Tidak akan ada cerita tentang penyelewengan cinta, yang dilakukan Bani Adam, ketika cinta mereka telah menapaki jejak cinta yang telah ditetapkan oleh Allah. sikap sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami taati) terhadap apa yang telah menjadi ketetapan Allah dan Rasulnya (tanpa harus mendiskusikannya terlebih dahulu), juga menjadi ciri akan kemurnian cinta kepada Ilahi Rabbi.

Kesimpulannya, untuk meraih kemuliaan hidup dengan cinta, maka kita harus memposisikan cinta sesuai dengan hirarki yang telah dipaparkan di atas. Mudah-mudahan, Allah mencatat kita termasuk golongan orang-orang yang telah menapakkan cinta sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Yusuf  ‘Alaihi Wassalam, ataupun Umar bin Khathab.  Wallahu’alam bis-shawab. 




Ditulis oleh Robinshah
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger