Begitu besarnya nilai aqidah/tauhidnya
Abu Bakar kepada Allah SWT, juga dapat kita simak dan kita contoh tentang
sikapnya terhadap kepemilikan dan cintanya kepada harta benda.
Tatkala Rasulullah SAW meminta kaum
muslimin menginfaqkan harta mereka untuk membantu perjuangan umat Islam (Fi
Sabilillah), maka Abu Bakar serta merta menyerahkan seluruh harta benda /
kekayaan yang dimilikinya kepada Muhammad Rasulullah SAW. Dan ketika Rasusullah
SAW bertanya kepadanya:
“Wahai Abubakar, kau serahkan
seluruh harta benda / kekayaan yang engkau miliki untuk fi sabilillah, lalu apa
yang engkau tinggalkan untuk keluargamu.”
Abu Bakar hanya menjawab singkat
tapi benar-benar menunjukkan keteguhan aqidah dan tauhid yang ada di dalam
dadanya: “Allah dan Rasul-NYA.”
Menurut Syaikh Abdullah Al-Ghazali,
ucapan Abu Bakar itu dapatlah ditafsirkan dengan pemahaman: “Harta benda
dan kekayaanku tidak akan memberikan jaminan kebahagiaan bagi ahli keluargaku,
baik di dunia dan akhirat. Akan tetapi Allah jualah yang memberikan jaminan
yang pasti, selama mereka ta’at dan mencintai Rasul-Nya (Muhammad SAW).”
Dan ini sangat sejalan dengan apa yang menjadi bagian do’a Ibrahim a.s
sebagaimana yang suratkan Allah SWT di dalam Al-Qur’an:
“(Ibrahim berdoa): “Ya Tuhanku,
berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang
yang saleh; dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang
datang) kemudian; dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga
yang penuh kenikmatan; dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah
termasuk golongan orang-orang yang sesat; dan janganlah Engkau hinakan aku pada
hari mereka dibangkitkan; (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna; kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’araa: 83-89 )
Dalam hal ini bisa jadi juga Abu
Bakar sadar dan paham betul, bahwa salah satu faktor yang bisa menghambat
keta’atannya kepada Allah SWT adalah harta, sebagaimana yang diperingatkan-Nya:
“Hai orang-orang beriman, janganlah
hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang
berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS.
Al-Munafiquun: 9)
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta
dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu L\lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu.” (QS.Al-Hadiid: 20)
Sekarang ukurlah dirimu; ukurlah
diri kita dengan momentum yang satu ini; Bagaimanakah sikap kita terhadap harta
benda dan kekayaan yang kita miliki ; dan yang tak pernah berhenti kita kejar
sampai-sampai lupa ibadah dan kematian yang akan menjemput?
Memang benar, Abu Bakar pernah
nyaris lemah dan kehilangan semangat dan nilai aqidahnya menjadi kendur tatkala
bersembunyi dengan Rasulullah SAW di gua Tsur, sa’at mereka dikejar oleh kaum
kafir Quraisy pada waktu hendak hijrah dari Makkah ke Madinah. Tapi hal itu
adalah sesuatu yang wajar, apalagi saat itu Abu Bakar bersama dengan Rasulullah
SAW. Sehingga ketakutannya bukanlah lantaran dirinya sendiri, tapi melainkan
karena Abu Bakar begitu mencintai Muhammad SAW dan tak mau kehilangan “kekasih;
sahabat” yang sangat-sangat dia cintai. Dan juga sebagai salah satu cara bagi
Allah untuk menambah wawasan keimanan dan tauhidnya Abu Bakar melalui wahyu
yang diturunkan Allah kepada Muhammad SAW.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Al-Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Abu Bakar sendiri dikisahkan, bahwa ketika beberapa orang Quraisy
mendekat ke mulut goa Tsur, Abu Bakar berbisik kepada Rasulullah SAW: “Ya
Rasulullah, kalaulah mereka menoleh ke tanah yang mereka injak, tentulah mereka
melihat kita.” Rasulullah SAW lalu bersabda: “Hai Abu Bakar,
apakah engkau meragukan, bahwa disamping kita berdua ada Allah sebagai fihak
yang ketiga?.”
Episode yang indah dan mendebarkan
ini dipatrikan Allah dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya: “Jikalau kamu tidak menolongnya
(Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika
orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia
salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia
berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah
beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan
orang-orang kafir itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah; 40)
Masih banyak catatan lain yang
berkaitan dengan mantapnya nilai aqidah/tauhid yang dimiliki oleh
Abu Bakar dan sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang lain, yang patut diunggah ke
laman catatan ini. Tapi waktu dan ruang yang kita miliki sangat terbatas. Oleh
sebab itu, yang sebanyak ini; yang barangkali sudah membuat
anda bosan kiranya sudah dapat dipetik hikmah dan pelajarannya. Mudah-mudahan
Allah tambahkan hidayah dan inayah-NYA bagi kita semua, sehingga pada akhirnya
kita benar-benar memiliki nilai-nilai tauhid/aqidah yang bebas dari
kemusyrikan; dan senantiasa mendapatkan ampunan-Nya.
KH. Bachtiar Ahmad
Posting Komentar