Cinta adalah kekuatan
Yang Mampu Mengubah Duri Menjadi Mawar
Mengubah Cuka Menjadi Anggur
Mengubah Malang Menjadi Beruntung
Mengubah Sedih Menjadi Riang
Mengubah Iblis Menjadi Malaikat
Mengubah Sakit Menjadi Sehat
Mengubah Kikir Menjadi Dermawan
Mengubah Kandang Menjadi Taman
Mengubah Penjara Jadi Istana
Bagi siapa saja yang pernah membaca novel, ataupun
menonton film Ketika Cinta Bertasbih beberapa waktu lalu, tentu tidak
akan asing lagi dengan puisi cinta di atas. Puisi tersebut menggambarkan betapa
uniknya cinta. Untuk mendefinisikannya, sungguh sangat sukar.
Kurang dan lebih, bait-bait tersebut telah menggambarkan akan hakekat cinta.
Ya, begitulah cinta. Ia mampu mengubah pandangan seseorang dari buruk
menjadi baik, benci jadi sayang, sebagaimana terlukis dari bait-bait puisi di
atas.
Dalam pandangan Islam, cinta adalah anugerah yang diberikan oleh Allah kepada
anak manusia. Firmannya, “Dijadikan indah dalam pandangan manusia cinta
terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta
benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak
dan sawah dan ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah
tempat kembali yang baik.” (surat Al-Imron: 14).
Karena cinta adalah penganugerahan, kita harus menyelaraskan ‘iramanya’ sesuai
dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh sang-penganugerah cinta, yaitu
Allah. kalau tidak, alih-alih cinta itu akan mengubah kandang menjadi taman,
tapi justru ia akan membuat kita terpenjara dalam kandang itu
sendiri.
Kisah perjalanan cinta keturunan pertama Nabiullah Adam a.s, Qobil, telah
memberikan kita pelajaran yang sangat gamblang. Betapa cinta itu bisa mematikan
mata hati. “Love is blind,” kata orang Inggris. Karena buta, akibatnya apapun
atau siapapun, akan dianggap musuh, ketika mencoba menghalangi
langkah-langkahnya dalam merengkuh pujaan hati.
Coba perhatikan, siapakah Habil itu? Beliau tidak lain adalah adik kandung dari
Qobil sendiri. Tapi karena menganggap Habil sebagai hambatan bagi dirinya untuk
menikah dengan kembarannya sendiri, yang secara fisik lebih memukau dari pada
kembarannya Habil yang dijodohkan dengannya, maka, Habil akhirnya dimusnahkan
dari permukaan bumi. Inilah kisah pembunuhan pertama Bani Adam, yang sebenarnya
sempat dikhawatirkan oleh para Malaikat. Dan salah satu di antara penyebab
terjadinya pembunuhan tersebut adalah masalah cinta.
Sekarang coba kita tarik permasalahan di atas dengan kontek kekinian.
Sepertinya, problem cinta yang menimbulkan mafsadat macam Qobil, tengah
merambat di sekitar kita. Cinta tidak lagi menjelma menjadi kekuatan yang mampu
mengubah lawan menjadi kawan, kikir menjadi dermawan, dan selain sebagainya.
Yang terjadi saat ini justru sebaliknya, cinta justru melahirkan permusuhan,
kekikiran, kebobrokan moral, keangkuhan, dan lain-lain.
Lihatlah, bukankah wabah korupsi di negeri ini terjadi karena dilandasi rasa
cinta terhadap harta yang salah (berlebihan)? Mereka (para koruptor) telah
tergila-gila pada harta benda, sehingga mematikan mata hati mereka. Hak rakyat
yang harusnya mereka nikmati, justru mandek di kantong mereka. Padahal jelas,
perbuatan macam ini sangat tidak diperkenankan.
Terhadap kasus-kasus yang lain, seperti zina, perselingkuhan, suap, judi,
mencuri, pun tidak lepas dari landasan yang serupa. Memang benar, ”love is
blind”.
Ditulis oleh Robinsah
Posting Komentar