Dari sekian banyak kisah Nabi yang tertera dalam Al-Quran, kisah Nabi Yusuf
merupakan kisah yang paling unik, sebab kisahnya memiliki ‘page’ tersendiri
dalam Al-Quran, yang berbeda dengan para nabi yang lain. Tengoklah surat
Yusuf, yang secara keseluruhan mengisahkan tentang beliau, mulai dari
awal surat, hingga akhirnya. Hal ini tentu saja, karena di dalam diri
beliau terkandung uswah hasanah, yang sangat penting, yang harus kita
teladani. Dan salah satu di antara perilaku terpuji tersebut adalah tauladan
cinta yang mengiringi perjalanan hidup beliau.
Yusuf adalah sosok pemuda yang elok rupanya, lagi berbudi pekerti luhur.
Karena ketampanan parasnya ini, tak sedikit wanita yang tertarik untuk
menaklukkan hatinya, tak terkecuali Zulaikha, istri majikan beliau.
Namun, karena kesucian hatinya, dan kemurnian cintanya, sekuat apapun Zulaikha
merayu, tetap beliau berpegang teguh untuk tidak mencemari kesucian cinta
beliau.
Bahkan, pada puncaknya, Yusuf lebih memilih untuk dipenjara, dari pada
harus mengikuti rayuan istri-istri pembesar saat itu. Ucap beliau yang
diabadikan dalam Al-Quran, ”Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku cintai daripada
memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Kau hindarkan dari tipu daya mereka,
niscaya aku akan cenderung untuk mengikuti ajakan mereka dan aku termasuk orang
yang bodoh. (Yusuf : 33).
Pilihan hidup macam ini tidak serta merta menghinakan Nabi Yusuf. Yang
terjadi justru sebaliknya, diliputi dengan kemuliaan dan keagungan. Dan itu
terjadi, setelah para perempuan (yang pernah merayu beliau), mengakui kesalahan
mereka di depan raja, dan memuji keteguhan hati Yusuf untuk tidak tunduk pada
kehendak mereka.
Allah berfirman, ”Dia (raja) berkata (kepada perempuan-perempuan itu),
”bagaimana keadaanmu ketika kalian menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya?”
Mereka berkata, ”Maha Sempurna Allah, kami tidak mengetahui keburukan dari
dirinya.” istri Al-Aziz berkata, ”sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang
menggoda dan merayunya, dan dia termasuk orang yang benar” (Yusuf : 51)
Dan dari penjelasan para wanita ini, raja mengangkat yusuf menjadi salah
satu pegawai di kerajaannya. Dia berkata, ”bawalah dia (Yusuf) kepadaku,
agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) ke padaku.” Ketika Raja telah
bercakap-cakap dengannya, dia (raja) berkata, ”sungguhnya kamu (mulai) hari ini
menjadi orang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya” (Yusuf
: 54)
Subhanallah, lihatlah bukti sejarah, betapa cinta yang suci telah
memberikan anugerah yang baik bagi perjalanan Yusuf. Cinta macam ini bukanlah
cinta buta, yang mampu membutakan mata hati. Cinta model inilah yang telah
melahirkan kekuatan, yang mampu mengubah kandang menjadi taman, penjara menjadi
istana. Pertanyaannya, bagaimana membangun cinta yang demikian?
Ditulis oleh Robinsah
Posting Komentar