Hajar Aswad merupakan batu yang dalam agama Islam dipercaya
berasal dari surga. Yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi
Ibrahim as. Dahulu kala batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi
seluruh jazirah Arab. Namun semakin lama sinarnya semangkin meredup dan hingga
akhirnya sekarang berwarna hitam (Sesungguhnya Hajar Aswad dan Maqam adalah dua
buah batu diantara batu batu Yaqut (batu mulia) diambil dari surga, andaikan Allah
tidak menghilangkan cahayanya niscaya sinarnya akan menerangi antara timur dan
barat-H.R. Ahmad ). Batu ini memiliki aroma wangi yang unik dan ini merupakan
wangi alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya. Dan pada saat ini
batu Hajar Aswad tersebut ditaruh di sisi luar Ka’bah sehingga mudah bagi
seseorang untuk menciumnya. Adapun mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi
saw. Karena beliau selalu menciumnya setiap saat bertoaf. Dan sunah ini diikuti
para sahabat beliau dan Muslimin.
Pada awal tahun gajah, Abrahan Alasyram penguasa Yaman yang
berasal dari Habsyah atau Ethiopia, membangun gereja besar di Sana’a dan
bertujuan untuk menghancurkan Ka’bah, memindahkan Hajar Asswad ke Sana’a agar
mengikat bangsa Arab untuk melakukan Haji ke Sana’a. Abrahah kemudian
mengeluarkan perintah ekspedisi penyerangan terhadap Mekkah, dipimpin olehnya
dengan pasukan gajah untuk menghancurkan Ka’bah. Beberapa suku Arab menghadang
pasukan Abrahah, tetapi pasukan gajah tidak dapat dikalahkan.
Begitu mereka berada di dekat Mekkah, Abrahah mengirim
utusan yang mengatakan kepada penduduk kota Mekkah bahwa mereka tidak akan
bertempur dengan mereka jika mereka tidak menghalangi penghancuran Ka’bah.
Abdul Muthalib, kepala suku Quraisyi, mengatakan bahwa ia akan mempertahankan
hak-hak miliknya, tetapi Allah akan mempertahankan rumah-Nya, Ka’bah, dan ia
mundur ke luar kota dengan penduduk Mekkah lainnya. Hari berikutnya, ketika
Abrahah bersiap untuk masuk ke dalam kota, terlihat burung-burung yang membawa
batu-batu kecil dan melemparkannya ke pasukan Ethiopia; setiap orang yang
terkena langsung terbunuh, mereka lari dengan panik dan Abrahah terbunuh dengan
mengenaskan. Kejadian ini diabadikan Allah dalam surah Al-Fil
Bagaimana dengan mencium Hajar Aswad?
Pertanyaan ini sebetulnya sudah pernah dilontarkan khalifah
Umar bin Khattab RA disaati mencium Hajar Aswad. Beliau berkata kepadanya
“Sesungguhnya aku tahu bahwa kamu adalah batu yang tidak mendatangkan bahaya
dan memberi manfaat, kalaulah bukan karena aku pernah melihat Rasullah saw
menciummu nistaya aku tidak akan memciummu” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Memuliakan Hajar Aswat bukan adat orang-orang Jahiliyah.
Hajar Aswad berada ribuan tahun sebelum orang-orang Jahiliyah duduk di Makkah.
Hajar Aswad berada di sudut Ka’bah seumur dengan umur Ka’bah itu sendiri.
Disaat Nabi Ibrahim as membangun Ka’bah tinggal satu bagian yang belum
terpasang yaitu Hajar Aswad. Lalu nabi Ismail pergi mencari suatu. Nabi Ibrahim
as berkata “Carilah sebuah batu seperti yang aku perintahkan”. Nabi Ismail
mencarinya dan tidak mendapatkanya. Ia kemudian kembali ke Ka’bah, dan ia
melihat di tempat tersebut telah terpasang Hajar Aswad. Maka ia berkata “Ayaku,
siapa yang membawa batu ini kepadamu?’ Ibrahim berkata “yang membawanya
kepadaku adalah Jibril dari langit (surga). (tasfsir Thabari hal 143).
Kita adalah umat Nabi Muhammad SAW yang mengikuti segala
perintanya tanpa pamrih. Apa yang dilakukan Nabi SAW maka lakukanlah dan apa
yang dilarang Nabi SAW jauhkanlah. Mencium atau mengusap Hajar Aswad saat toaf
adalah anjuran Nabi SAW karena beliau selalu menyentuhnya dengan tangannya yang
lembut atau menciumnya dengan bibirnya yang mulia.
Demi Allah, Hajar Aswad akan dibangkitkan pada hari kiamat,
Allah memberikanya mata dan lidah kepadanya agar dapat melihat dan berbicara
dan memberikan persaksian terhadap orang yang menyentuhnya dengan benar dan
ikhlas (Tirmidhi)
Itulah kemuliaan dan keluhuran Hajar Aswad di sini Allah dan
Nabi Nya. Maka tidak heran jika Abdullah Bin Umar Bin Khattab selalu menyentuh
Hajar Aswad kemudian mecium tangannya dan berkata “aku tak pernah meninggalkan
perbuatan ini semenjak aku melihat Rasulallah SAW menciumnya. (HR Muslim)
Makam Ibrahim
Makam Ibrahim bukan kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana banyak
orang berpendapat. Makam Ibrahim merupakan bangunan kecil terletak di sebelah
timur Ka’bah. Di dalam bangunan tersebut terdapat batu yang diturunkan oleh
Allah dari surga bersama-sama dengan Hajar Aswad. Di atas batu itu Nabi Ibrahim
berdiri di saat beliau membangun Ka’bah bersama sama puteranya Nabi Ismail.
Dari zaman dahulu batu itu sangat terpelihara, dan sekarang ini sudah ditutup
dengan kaca berbentuk kubbah kecil. Bekas kedua tapak kaki Nabi Ibrahim yang
panjangnya 27 cm, lebarnya 14 cm dan dalamnya 10 cm masih nampak dan jelas
dilihat orang
Multazam
Multazam terletak antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah
berjarak kurang lebih 2 meter. Dinamakan Multazam karena dilazimkan bagi setiap
muslim untuk berdoa di tempat itu. Setiap doa dibacakan di tempat itu sangat
diijabah atau dikabulkan. Maka disunahkan berdoa sambil menempelkan tangan,
dada dan pipi ke Multazam sesuai dengan hadist Nabi saw yang diriwayatkan sunan
Ibnu Majah dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash.
Habib Hasan Husen Assagaf
Posting Komentar