Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Kisah-kisah Teladan Sayyidina Umar RA

Kisah-kisah Teladan Sayyidina Umar RA

Umar RA dan Nenek Buta

Di sebuah rumah kecil, hidup seorang nenek buta yang memiliki seekor kambing, sebuah ember dan tikar yang sudah usang. Melihat keadaanya yang sangat menyedihkan, Umar bin Khattab berjanji kepadanya untuk datang setiap saat membantu membersihkan rumahnya, memeras susu kambing dan membawa makanan baginya.

Satu hari sebagaimana biasa ia datang ke rumah nenek buta itu, tapi hari itu sangat berbeda dengan hari hari yang lain, ia mendapatkan rumahnya sudah rapi, bersih, susu kambing sudah diperas dan makanan sudah tersedia. Beliau sangat heran siapa gerangan yang datang kerumah nenek itu?.

Hari berikutnya ia datang lagi ke rumahnya. Begitu pula ia dapatkan rumahnya sudah rapi, bersih, susu kambing sudah diperas dan makanan sudah tersedia. Timbul penasaran di hati Umar ra ingin cari tahu siapa gerangan yang datang membantu nenek tua tadi.

Hari berikutnya ia datang ke rumah nenek buta pagi pagi sekali. Hari itu berbeda dengan hari biasanya, ia tidak masuk ke rumahnya, tetapi ia duduk di luar rumah menunggu siapa gerangan yang datang ke rumahnya setiap hari.  Tiba tiba seorang datang mengetuk pintu rumah nenek buta itu dan masuk ke dalam rumah. Ia adalah Abu Bakar Shiddik ra. Pada saat itu ia menjabat sebagi khalifah.

Setelah Umar ra mengetahui kejadian itu, Ia kembali pulang dan di hati beliau tersimpan kesan indah dan pujian terhadap perbuatan dan kemurahan hati khalifah Abu Bakar ra yang selalu mendahuluinya dalam segala kebaikan.

Umar Kekasih Allah

Setelah wafatnya Umar bin Khattab ra dan Ustman bin Affan ra, Imam Ali bin Abi Thalib lebih senang hidup menyendiri, jauh dari lingkungan kehidupan masyarakat kota.

Suatu malam, pernah Imam Ali bin Abi Thalib duduk menyendiri di rumah. Di malam itu udara dingin mulai menyengat tubuh sedangkan ia hanya mengenakan pakaian biasa dan burdah* usang yang melilit di lehernya. Mata beliau tertunduk kebawah sambil bertasbih tak henti hentinya. Tiba tiba seorang laki laki datang ke rumahnya. Ia disebut Abu Maryam. Setelah dipersilahkan masuk, ia bersila dihadapan Imam Ali ra. Kedua tangannya memegang lutut beliau. Dengan penuh tawadhu’, ia berbisik kepada imam Ali ra “Ya Amirul Muminin, saya ada perlu sedikit”. Imam Ali pun berkata “Silahkan sebut keperluanmu”. Kemudian Abu Maryam berkata “buanglah burdah yang kau lilitkan di lehermu. Sesungguhnya burdah itu sudah usang tak pantas seorang Amirul Muminin seperti kamu mengenakanya”.

Mendengar ulasan Abu Maryam Imam Ali ra menagis tersedu sedu. Hal ini membuat Abu Maryam menjadi malu telah melontarkan kata kata yang menyinggung perasaan beliau. Setelah Imam Ali ra mulai redah dari tangisanya beliau pun berkata “Ya Aba Maryam, sesungguhnya setiap kali aku mengenakan burdah ini, timbul kecintaanku yang meluap luap kepadanya. Burdah ini hadiah dari temanku yang paling aku cintai”. Abu Maryam penasaran ingin tahu siapa gerangan teman beliau yang paling dicintainya. Ia langsung bertanya “Siapa gerangan temanmu yang paling kau cintai itu?”. Imam Ali pun menjawab “Umar bin Khattab. Umar bin Khattab kekasih Allah dan Allah kekasih Umar”. Kemudian beliau menangis lagi sambil mengusap air mata beliau dengan ujung burdahnya*.

Umar RA Dan Nenek Tua

Di pagi yang cerah, seorang perempuan tua berjalan terbungkuk bungkuk dengan tongkat di tangannya. Ia melewati tempat di mana Umar bin khatab ra dan rombongan Quraish sedang berdiri. Melihat wanita tua itu, Umar ra lari tergesa gesa mengejarnya dan ditinggalkan semua sahabat beliau. Belaiu menghampirinya dan menyapanya dengan penuh hormat. Beliau menundukan kepalanya dengan khidmah sehingga bisa mendengar apa yang diperintahkan kepadanya. Beliau tidak meninggalkannya sehingga semua urusan perempuan tua tadi beres.

Selesai membantunya, khalifah Umar bin Khattab ra kembali kepada rombongan kaum Quraish. Salah satu shahabat bertanya: “kenapa anda meninggalkan kami dan berlari kepada perempuan tua tadi?. Umar ra segera menjawab “kamu tahu siapa perempua tua tadi?” Sahabat berkata “Saya tidak tahu wahai Amirul Muminin?”. Khalifa Umar ra lalu menjelaskan perempuan tadi adalah Khaulah binti sta’labah. Allah telah mendengar pengaduannya dari atas tujuh lapis langit.

Cerita Khaulah binti Sta’labah sangat poluler, dan tertera dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Mujadalah. Ia penyebab turunya surat tsb. Kisahnya, wanita itu telah dizhahirkan oleh suaminya Aus bin Shamit yaitu dengan mengatakan “kamu bagiku sudah seperti punggung ibuku”, dengan maksud dia tidak boleh menggauli istrinya sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. Menurut adat Jahiliah kalimat zhihar seperti kalimat thalak, seolah olah ia telah mentalak istrinya. Maka, Khaulah mengadukan halnya kepada Rasulallah saw. Beliau pun menjawab bahwa dalam hal ini belum ada wahyu turun dari Allah. Kemudian Khaulah berulangulang mendesak kepada Rasulallah saw supaya menetapkan sesuatu keputusan dalam hal ini. Sehingga kemudian turunlah ayat berikut ini:

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan halnya kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” Al Mujadalah ayat 1.

Khalifah Umar ra berkata kepada para sahabatnya “Demi Allah seandainya dia tidak berpaling sampai malam, maka saya tidak akan berpaling pula sampai aku bisa membantunya”.



Habib Hasan Husen Assagaf
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger