Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Adab Bersedekah (1)

Adab Bersedekah (1)

Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer, Islam telah mewajibkan setiap muslim untuk berusaha dan bekerja semaksimal mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan pokok yang menjadi tanggungannya.

Namun demikian, jika seseorang meski sudah berusaha tetapi tetap belum dapat memenuhi kebutuhan pokoknya karena tidak lagi memiliki harta/miskin, atau dia tidak mempunyai harta yang cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut/fakir, maka hukum Islam telah menjadikan orang tersebut wajib ditolong oleh orang lain agar ia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya dengan normal dalam arti rizkinya dititipkan Allah kepada orang lain.

Hanya saja sebagai perimbangan keadilan dan pahala, Islam menganjurkan orang yang memiliki harta lebih untuk mematuhi aturan-aturan atau adab dalam bershodaqah atau berzakat. Hal ini dimaksudkan agar orang yang membutuhkan harta dapat menikmati hartanya dengan baik, sementara orang yang bershodaqah juga mendapatkan pahala yang maksimal.

Adapun adab bershodaqah atau berzakat itu ada enam. Yaitu :

1. Menyegerakan berzakat atau bershodaqah ketika sudah waktunya. 

Hal ini untuk menampakkan rasa suka cita muzakki untuk memenuhi perintah Allah agar membahagiakan hati orang-orang fakir.

2. Menyembunyikan shodaqah yang akan diberikan dengan meminimalisir orang yang mengetahuinya, sebagai usaha amal bainya tidak dikotori oleh godaan perasaaan riya atau ingin terkenal. 

Disamping itu juga untuk menjaga perasaan mustahiq agar tidak terbuka rahasia akan kefakirannya. Karena sebenarnya semiskin apapun seseorang, agama menganjurkan untuk selalu mencoba berusaha sendiri dan menyem-bunyikan kondisi perekonomian keluarganya.

Akan tetapi, bila kita menemui orang yang meminta-minta kepada kita dihadapan orang banyak, maka kita tidak dianjurkan untuk meninggalkan shodaqah karena takut riya', kita tetap dianjurkan untuk menshodaqahinya karena orang yang meminta-minta tersebut tidak memiliki perasaan malu menampakkan kondisi dirinya atau bahkan menggunakannya sebagai profesinya. Kalau mustahiq sudah mengawali sesuatu dengan tidak baik, maka kebersihan niat muzakki juga tidak harus dijaga.

3. Ataupun kalau orang tersebut yakin tidak akan riya', orang tersebut dapat menampakkannya agar diketahui oleh banyak orang. Dengan harapan orang-orang itu akan meneladaninya.

4. Tidak merusak shodaqahnya dengan mengungkit-ungkit kembali apa yang telah ia shodaqahkan. 

Hal ini sesuai dengan firman Allah : Dan janganlah kamu membatalkan sedekahmu dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti. Termasuk diantaranya menyakiti orang menerima shodaqah adalah dengan mengumumkan tentang kefakirannya, membentak-bentak atau menghinanya karena meminta-minta. Bahkan memandang mereka lebih rendah dari kita saja, sudah termasuk menyakiti. Karena kalau orang kaya itu mengetahui keutamaan-keutamaan orang faqir, maka dia akan selalu berharap mendapatkan derajat orang-orang faqir. Semestinya orang yang bersedekah itu melihat mustahiq dengan cinta kasih karena telah membantu menunaikan hak Allah dan menyelamatkannya dari api neraka.



Ust. Ahmad Masduqi
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger