“Katakanlah, jika kamu benar menyintai Allah, ikutilah aku;
maka Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun
dan Maha Penyayang.”
Hampir semua orang beragama mengaku menyintai Allah, tapi
mungkin tidak terlalu banyak yang berusaha mengikuti jejak RasulNya, kecuali
dalam pengakuan. Ini boleh jadi karena keengganan untuk lebih mengenal
Rasulullah SAW sebelum mengaku mengikuti jejaknya.
Umumnya orang merasa tidak punya waktu untuk membaca sunnah
Rasulullah SAW agak sedikit komplit. Umumnya, orang membaca, menulis, atau
menyampaikan hadis Nabi Muhammad SAW –bahkan Al-Quran—sebatas yang sesuai
dengan kecenderungan mereka yang bersangkutan. Hal ini tidak mengapa, asal
tidak sampai meninggalkan atau melewatkan nilai penting --apa pula yang
terpenting-- dari nilai-nila mulia Rasulullah SAW. Nilai yang apabila kita
ikuti merupakan dakwah tersendiri yang pasti tidak kalah dari dakwah-dakwah
kreasi kita sendiri.
Dalam kesempatan kali ini, saya akan tampilkan sifat utama
Rasulullah SAW yang sesuai dengan missi utamanya. Satu dan lain hal agar kita
yang di muara ini dapat sedikit melihat beningnya MataAir.
Seperti dinyatakan oleh al-Quran sendiri dan persaksian para
sahabat beliau, Panutan agung kita Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang
berakhlak sangat mulia. Imam Bukhari meriwayatkan dari shahabat Anas r.a. yang
berkata:
" ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺎﺣﺸﺎ ﻭﻻ ﻟﻌﺎﻧﺎ ﻭﻻ
ﺳﺒﺎﺑﺎ .."
“Rasulullah SAW orangnya tidak keji dan kasar, tidak tukang
melaknat, dan tidak suka mencaci..”
Imam Bukhari juga meriwayatkan pernyataan Masruq r.a.yang
mirip pernyataan Anas:
" ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺎﺣﺸﺎ ﻭﻻ ﻣﺘﻔﺎﺧﺸﺎ ﻭﺍﻧﻪ
ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻥ ﺧﻴﺎﺭﻛﻢ ﺍﺣﺎﺳﻨﻜﻢ ﺍﺧﻼﻗﺎ "
“Rasulullah SAW bukanlah orang yang keji dan suka bicara
kotor. Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya orang-orang terbaik di antara kalian
ialah orang-orang yang paling baik pekertinya.”
Shahabat Anas yang pernah meladeni Rasulullah SAW selama
sepuluh tahun tidak pernah sekali pun mendengar Rasulullah SAW membentaknya.
(Lihat persaksiannya di Bukhari dan Muslim).
Bahkan Imam Bukhari meriwayatkan:
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺳﻼﻡ ﺍﺧﺒﺮﻧﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﻋﻦ ﺍﻳﻮﺏ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺍﺑﻲ
ﻣﻠﻴﻜﺔ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﺍﻥ ﻳﻬﻮﺩ ﺍﺗﻮﺍ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﺴﺎﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ
ﻓﻘﺎﻟﺖ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﻟﻌﻨﻜﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻏﻀﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻗﺎﻝ ﻣﻬﻼ ﻳﺎ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻋﻠﻴﻚ ﺑﺎﻟﺰﻓﻖ ﻭﺍﻳﺎﻙ
ﻭﺍﻟﻌﻨﻒ ﻭﺍﻟﻔﺤﺶ ﻗﺎﻟﺖ ﺍﻭﻟﻢ ﺗﺴﻤﻊ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﻮﺍ؟ ﻗﺎﻝ ﺍﻭﻟﻢ ﺗﺴﻤﻌﻲ ﻣﺎ ﻗﻠﺖ ﺭﺩﺩﺕ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓﻴﺴﺘﺠﺎﺏ
ﻟﻲ ﻓﻴﻬﻢ ﻭﻻ ﻳﺴﺘﺠﺎﺏ ﻟﻬﻢ ﻓﻲ ( ﻭﻓﻲ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ : ﻗﺪ ﻗﻠﺖ ﻭﻋﻠﻴﻜﻢ )
Orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah SAW dan berkata
“As-saamu ‘alaikum!” (bukan Assalaamu ‘alaikum), “Kematian bagimu!”.
Sayyidatina ‘Aisyah pun menyahut: “Kematiaan juga bagi kalian dan juga laknat
Allah dan murka Allah!” Rasulullah SAW pun menegur: “Tenang, ‘Aisyah; jagalah
kelembutan, jangan kasar dan keji!” Sayyidatina ‘Aisyah masih menjawab: “Apakah
Rasulullah tidak mendengar apa yang mereka katakan?” Rasulullah bersabda:
“Apakah kau tidak mendengar apa yang aku katakan? Aku telah mengembalikan doa
mereka kepada mereka (Rasulullah sudah menjawab “wa’alaikum” yang artinya “bagi
kalian juga”) doaku atas mereka diijabahi dan doa mereka terhadapku tidak”.
Alangkah mulianya akhlak Rasulullah! Sampai pun sikap buruk
mereka yang membencinya, tidak mampu membuat beliau meradang; bahkan menasehati
isterinya agar tetap bersikap lembut; tidak kasar dan keji.
Akhlak yang mulia ini, sesuai benar dengan missi Rasulullah
SAW seperti disabdakannya sendiri,
" ﺍﻧﻤﺎ ﺑﻌﺜﺖ ﻻﺗﻤﻢ ﺻﺎﻟﺢ ﺍﻻﺧﻼﻕ "
“Aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan kebaikan
akhlak.” (Imam Ahmad dari Sa’ied bin Manshur dari Abdul ‘Aziez bin Muhammad
dari Muhammad bin ‘Ajlaan dari al-Qa’qaa’ bin Hakiem dar Abi Shaleh dari Abu
Hurairah).
Bandingkan akhlak Rasulullah itu dengan banyak penganutnya
yang gemar melaknat dan mencaci bahkan terhadap saudaranya sendiri.
Sehebat apa pun takwa orang Islam, pastilah tidak mungkin
melebihi takwa Rasulullah SAW. Menyamai saja tidak. Sebesar apa pun ghierah
atau semangat beragama orang Islam, pastilah tidak mungkin melebihi ghierah dan
semangat beragamanya Rasulullah SAW. Menyamai saja tidak. Hanya saja dalam
ghierah dan semangat beragama itu, dalam membela Allah dan agamaNya, Rasulullah
SAW tidak mengikut sertakan nafsunya. Boleh jadi nafsu inilah yang membedakan;
nafsu inilah yang membuat seolah-olah banyak muslim masa kini tampak lebih
bersemangat dari Rasulullah sendiri. Padahal tidak.
Seandainya umat Islam mau meniru sifat mulia Rasul mereka
itu dan mengikuti jejaknya, pastilah banyak persoalan-persoalan keumatan,
khususnya dalam pergaulan hidup mereka sendiri, dapat dengan mudah teratasi. Allahummahdinaa fiiman hadaiTa..
KH. Mustofa Bisri

+ comments + 1 comments
menang berapapun di bayar
ayo segera bergabung bersama kami di bandar365*com
WA : +85587781483
Posting Komentar