Bagi sebagian orang, hujan adalah tanda turunnya rahmat Allah di muka bumi, namun tidak bagi sebagian yang lain. Hujan dipandang sebagai bentuk kesialan, merusak acara, dan pembawa bencana. Di manakah posisi kita dari dua persepsi itu? Mungkin ada yang menjawab hujan, “Ya memang rahmat,” kebetulan dirinya sedang di dalam rumah tatkala turun hujan. Bagaimana dengan orang yang di luar? “Ya memang, hujan itu bikin acaraku bubar gak karu-karuan.”
Ada pula yang berkoar-koar, “Gara-gara hujan, sepeda motorku yang baru
kucuci kemarin jadi kotor lagi deh. Belum lagi sepatu yang juga
kehujanan.hufffttt!!”
Menyalahkan hujan sama saja menyalahkan Allah yang telah menurunkannya.
Tidak ada setetes air hujan yang membasahi bumi ini kecuali atas kehendak
Allah. Apa yang terjadi dari pagi hingga malam, tidak ada yang tahu kecuali
Allah SWT.
Kita tidak perlu merasa sewot dan marah karena pakaian dan baju kita basah
akibat siraman air hujan. Kita tidak perlu marah besar sebab janjian
kita dengan teman-teman menjadi batal atau berjalan tidak semestinya gara-gara
hujan. Kita tidak perlu mengumpat mengeluarkan kata-kata kotor kala hujan
“menghadang” laju kendaraan kita.
Lupakah kita beberapa waku lalu, di musim kemarau dan musim paceklik, kita
sangat mengharap hujan. Para kyai dan santri melaksanakan shalat minta turun
hujan, shalat istisqa`. Para petani juga berharap kepada Gusti Allah
agar menurunkan hujan supaya tanaman mereka subur. Ingatkah kita, kala
saudara-saudara kita yang mengalami kekeringan, tak ada air mengalir, karena
ketiadaan hujan yang turun.
Semua ada masanya. Hujan membawa berkah, meski untuk sebagian orang membawa
“kerugian.” Tak usah menyalahkan hujan, lalu menyebut hujan sebagai sumber
kekacauan. Allah itu Mahaadil. Kalaupun penjual es cendol, es campur, dan es-es
lainnya merasa dirugikan, bukankah di sisi lain para penjual gorengan dan ojek
payung berada di posisi yang diuntungkan. Semua ada waktunya yang kadang sulit
kita cerna oleh nalar kita sendiri. Ada panas ada dingin, sekarang hujan, besok
panas. Begitulah roda masa berputar.
Sikap kita, terima, nikmati, dan tentu saja syukuri anugerah Allah berupa hujan. Apa yang bisa kita lakukan ketika turun hujan?
Pertama, mensyukurinya.
Kedua, berdoa. “Adalah Nabi SAW. apabila melihat hujan beliau berdoa: Allahumma Shayyiban Naafi’an (Ya Allah, jadikan hujan ini sebagai hujan yang membawa manfaat dan kebaikan.” (HR. Al-Buhari).
Ketiga, memperbanyak doa saat turun hujan, karena
termasuk waktu yang mustajab (mudah dikabulkan). “Carilah pengabulan doa pada
saat bertemunya dua pasukan, pada saat iqamah shalat, dan saat turun hujan.”
(HR. Al-Hakim).
Hamba Allah
Posting Komentar