Bersama hari-hari, pernahkah kita merenung sejenak tentang
sebuah perjalanan? Perjalanan yang harus kita tempuh dan dipenghujung jalan itu
hanya ada dua macam suasana, bahagia dan sengsara. Yang berbahagia adalah yang
senantiasa mempersiapkan diri untuk perjalanan tersebut dan yang sengsara
adalah yang melalaikan persiapan dalam perjalananya.
Perjalanan yang panjang yang akan kita lalui setelah
kehidupan didunia ini, yaitu perjalanan menuju alam barzah, alam kubur, alam
penantian kita menuju hari kebangkitan dan hari pembalasan. Alam barzah adalah
alam yang sangat mengerikan bagi yang tidak mempunyai bekal dan kawan. Bekal
dan kawannya adalah amal baik yang tulus diperbuat saat di dunia.
Yang tersiksa didunia dengan segala musibah dan kekurangan,
akan tetapi ia mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati. Sungguh
kesusahan itu amatlah sebentar, selama 60 tahun atau 100 tahun saat ia hidup
didunia dan setelah itu kesusahan akan berakhir disaat ia memasuki alam barzah.
Dan sepanjang masa menanti di alam barzah ia menemukan kebahagiaan dari buah
kebaikan yang pernah ditanamnya saat di dunia. Kebahagiaan itu terus berlanjut
hingga kelak di alam akhitrat yang tidak hanya puluhan atau ratusan tahun,
tetapi kebahagiaan yang tiada akhirnya.
Bagi yang lalai saat di dunia ini dari berbekal diri menuju alam barzah dan alam akhirat. Ia akan menemukan kesusahan yang amat panjang. Ia akan menuai hasil dosa-dosa yang ia perbuat saat di dunia. Kebahagiaan di dunia akan berlalu, harta yang dikumpulkan tidak berguna lagi, kekuasaan yang ia bela tidak bisa menyelamatkannya, yang ada adalah tanggung jawab. Alangkah ruginya orang yang hanya mengejar kesenangan sementra dalam puluhan tahun dan setelah itu ia akan menuai kesengsaraan sepanjang penantian di alam barzah yang ratusan atau ribuan tahun, hingga kelak di akhirat yang tiada batasnya.
Pernahkah kita renungi semua ini, lalu kita hadapkan dengan
kehidupan kita sehari-hari. Kita yang menjadi ustad, sudahkah kita hadirkan
makna kerinduan mencari kebahagian yang abadi di balik tugas ini? Kita yang
menjadi pedagang dan pengusaha, sudahkah kita hadirkan makna kecintaan kita
kepada kebahagian kelak di akhirat dibalik aktivitas berdagang kita? Kita yang
sebagai pejabat, sudahkah kita hadirkan makna tanggung jawab kelak di akhirat
dibalik kekuasan yang kita emban? Sudahkah kita hadirkan kesadaran bahwa
kemunafikan seorang ustadz adalah murka Allah SWT, kebohongan seorang pengusaha
adalah siksa, dan kecurangan seorang pejabat adalah neraka. Pernahkah kita
berfikir tentang kita disaat ini dan dimasa depan yang panjang? Apa yang kita
kerjakan saat ini? Dan kelak apa buah yang akan kita petik setelah kematian
dari apa yang kita kerjakan?
Nabi bersabda, "Orang cerdas adalah yang senantiasa
berfikir dan berbuat untuk setelah kematian".
Kematian yang pasti akan tiba yang datangnya pun tanpa pesan
terlebih dahulu dan tidak bisa ditunda walaupun sesaat. Takutlah kita, jika
kematian menjelang sementara kita termasuk orang yang bergelimang dosa dan
tanpa bekal!
Ust. Buya Yahya
Posting Komentar