Bulan Rajab sebagai bulan Allah SWT,
sangat cocok untuk bertaubat dan banyak melakukan amal sholeh, sementara bulan
Sya’ban sangat baik untuk memperbanyak membaca sholawat kepada Rasulullah
karena bulan Sya’ban ini dikhususkan sebagai bulan Nabi Muhammad SAW.
Bulan Rajab tak lain sebagai
pembersih jasad atau raga. Sedang bulan Sya’ban merupakan pembersih hati atau
kalbu, dan bulan Ramadan berfungsi membersihkan ruh atau jiwa. Yahya bin Mu’adz
menjelaskan bulan Sya’ban terdiri atas lima huruf. Setiap huruf diperuntukkan
bagi orang-orang mukmin. Huruf pertama, Syin, berarti syaraf (kemuliaan) dan
syafa’at (pertolongan). A’in berarti ‘izzah (kemenangan), Ba’ berarti birr
(kebaikan), Alif berarti ulfah (persatuan), dan Nun berarti nur (cahaya).
Bulan Sya’ban adalah bulan ke
delapan dalam perhitungan tahun hijriyyah. Kata Sya’ban berasal dari kata
“Syi’ab”, yang berarti jalan di atas gunung. Disebut Sya’ban karena pada bulan
tersebut ditemukan berbagai jalan untuk mencapai kebaikan.
Salah satu hal penting dalam bulan Sya’ban adalah adanya malam Nisfu Sya’ban
atau malam pertengahan bulan Sya’ban (15 Sya’ban). Hari itu dianggap penting
pada saat itu catatan amal perbuatan manusia yang selalu dicatat oleh malaikat
Raqib dan Atid dilaporkan kepad Allah Swt. Di samping itu pada malam Nisfu
Sya’ban turun kebaikan-kebaikan berupa syafa’at (pertolongan), maghfiroh
(ampunan), pembebasan azab (siksa) dan sebagainya. Oleh karenanya banyak yang
menyebut bahwa malam Nisfu Sya’ban sebagai malam syafa’at, malam maghfiroh, dan
malam pembebasan.
Terkait dengan penyebutan malam
syafa’at, Al Ghazali menyatakan, pada malam ketiga belas Sya’ban Allah SWT
memberikan kepada hamba-hambanya sepertiga syafa’at, pada malam ke empat belas
diberikan seperdua syafaat dan pada malam ke lima belas diberikan syafaat
secara penuh.
Disebut malam maghfiroh karena pada
malam itu Allah SWT menurunkan ampunan kepada segenap penduduk bumi. Dalam
sabda Nabi disebutkan, “Tatkala datang malam Nisfu Sya’ban Allah memberi
ampunannya kepada penduduk bumi, kecuali bagi orang-orang yang syirik dan
berpaling padanya” (HR Ahmad).
Begitu pula dinamakan malam
pembebasan karena pada malam itu Allah membebaskan manusia dari siksaan neraka.
Sabda Nabi dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishak dari Anas ibn Malik.
“Wahai Humaira’ (A’isyah) apa yang engkau perbuat pada malam ini? Malam ini
adalah malam Nisfu Sya’ban dimana Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung
memberikan kebebasan dari neraka laksana banyaknya bulu kambing Bani Kalb,
kecuali enam orang. Orang yang tak berhenti minum arak (khamr), orang yang
mencerca kedua orang tua, orang yang membangun tempat maksiat (zina), orang
yang suka menaikkan harga (secara aniaya), petugas cukai (yang tidak jujur),
dan tukang fitnah.”
Oleh karena itu sangat besar
pahalanya orang yang memperbanyak amal-amal perbuatan yang baik pada malam itu.
Salah satu amal yang bisa dilakukan pada malam Nisfu Sya’ban adalah shalat
sunnah 100 rakaat (shalat Nisfu Sya’ban). Namun begitu sebagian ulama, seperti
Imam Nawawi dalam kitabnya al Majmu’ Syarah al Muhadzdzab, tidak sependapat
dengan adanya Shalat Nisfu Sya’ban tersebut, karena dipandang hadis-hadis yang
meriwayatkan tentang shalat tersebut hadis maudhu’ (palsu). Oleh karenanya
untuk menjembatani adanya perselisihan tersebut maka sebagain ulama lain
berpendapat shalat di waktu malam Nisfu Sya’ban diniatkan sebagai shalat sunnah
muthlaq yang tidak terikat jumlah rakaatnya.
Yang masyhur di kalangan masyarakat,
amalan yang dilaksanakan pada malam Nisfu Sya’ban sebagaimana juga dilaksanakan
oleh ulama-ulama terdahulu adalah dengan membaca surat Yasin tiga kali, dengan
niat, pertama, dipanjangkan usianya untuk beribadah dan beramal kepada Allah,
kedua, supaya diberi keluasan Rizki yang banyak dan barakah, dan ketiga di
akhir hayatnya mendapat husnul khotimah (Akhir yang baik).
Ust. Nur Amin Abdurrahman (Ma’had Qudsiyyah Kudus dan Madrasah Ibtidaiyyah
Qudsiyyah Kudus). Pernah dimuat di
“Cermin Hati” Radar Kudus Jawa Pos, Edisi Jum’at 22 Juli 2011
Posting Komentar