Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK)
melaksanakan prosesi Penjamasan Kiai Cinthaka, keris ageman Kangjeng Sunan
Kudus pada Kamis Kliwon, 16 Dzulhijjah 1438 H, atau bertepatan pada tanggal 7
September 2017.
Najib Hasan, pengurus YM3SK, mengatakan ini adalah pembuka dari rangkaian kegiatan Buka Luwur Kangjeng Sunan Kudus, yang puncaknya akan berlangsung pada 10 Muharram. Yang, biasa dilaksanakan setiap setahun sekali pada bulan Dzulhijjah, tepatnya pada hari Senin atau Kamis pertama setelah hari Tasyrik (11-13 Dzulhijjah).
Kegiatan tersebut, dilaksanakan di area Tajug, dengan diawali dengan ziarah ke makam Kangjeng Sunan Kudus, dengan diiringi bacaan shalawat, Juru Kunci menurunkan peti berisi Keris Kiai Cinthaka dan diserahkan kepada petugas penjamas. Wilah keris dibasuh dengan banyu Londo, setelah itu direndam dalam air jeruk nipis, kemudian dikeringkan dengan cara dijemur diatas rambut atau sekam ketan hitam, lalu untuk menjaga bentuk pamor agar tetap terlihat dan terawat, wilah keris dibasuh menggunakan warangan, setelah itu dipijat dengan pelan, untuk memastikan warangan telah benar-benar merasuk, dan diakhiri dengan membasuh lagi wilah keris menggunakan banyu landa, kemudian kembali dikeringkan menggunakan sekam ketan hitam, lalu dilap dengan kain mori putih. Yang kemudian diserahkan kepada sang kiyai untuk diolesi minyak khusus yang tidak mengandung alkohol.
Pegangan atau ukiran yang tadi di lepas dipasangkan kembali pada wilahnya, dan kembali dimasukan dalam warangka, lalu dibungkus dengan kain, untuk kemudian dimasukan kedalam peti. Setelah itu, juru kunci mengembalikan peti berisi keris Kiai Cinthaka ke tempat semula. Selain keris, dua trisula yang biasa terpasang di sisi Mihrab Khotib Masjid al-Aqsha, juga turut dijamas, dengan cara yang sama.
Najib Hasan, pengurus YM3SK, mengatakan ini adalah pembuka dari rangkaian kegiatan Buka Luwur Kangjeng Sunan Kudus, yang puncaknya akan berlangsung pada 10 Muharram. Yang, biasa dilaksanakan setiap setahun sekali pada bulan Dzulhijjah, tepatnya pada hari Senin atau Kamis pertama setelah hari Tasyrik (11-13 Dzulhijjah).
Kegiatan tersebut, dilaksanakan di area Tajug, dengan diawali dengan ziarah ke makam Kangjeng Sunan Kudus, dengan diiringi bacaan shalawat, Juru Kunci menurunkan peti berisi Keris Kiai Cinthaka dan diserahkan kepada petugas penjamas. Wilah keris dibasuh dengan banyu Londo, setelah itu direndam dalam air jeruk nipis, kemudian dikeringkan dengan cara dijemur diatas rambut atau sekam ketan hitam, lalu untuk menjaga bentuk pamor agar tetap terlihat dan terawat, wilah keris dibasuh menggunakan warangan, setelah itu dipijat dengan pelan, untuk memastikan warangan telah benar-benar merasuk, dan diakhiri dengan membasuh lagi wilah keris menggunakan banyu landa, kemudian kembali dikeringkan menggunakan sekam ketan hitam, lalu dilap dengan kain mori putih. Yang kemudian diserahkan kepada sang kiyai untuk diolesi minyak khusus yang tidak mengandung alkohol.
Pegangan atau ukiran yang tadi di lepas dipasangkan kembali pada wilahnya, dan kembali dimasukan dalam warangka, lalu dibungkus dengan kain, untuk kemudian dimasukan kedalam peti. Setelah itu, juru kunci mengembalikan peti berisi keris Kiai Cinthaka ke tempat semula. Selain keris, dua trisula yang biasa terpasang di sisi Mihrab Khotib Masjid al-Aqsha, juga turut dijamas, dengan cara yang sama.
Sumber Berita: Radio Suara Kudus
Posting Komentar