Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Tidak Menunda Amal (2)

Tidak Menunda Amal (2)

Sebagai hamba Alloh yang telah diberi bagian kehidupan diatas bumi ini, manusia dituntut untuk mengetahui siapa tuhan yang memiliki jiwa dan raganya dan dia harus mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya dengan cara yang diajarkan syari'at.

Untuk melakukan tugas utama tersebut Alloh telah menjamin semua kebutuhan sebagai penupang tugas tersebut. Dalam hal ini Alloh telah memberi perumpamaan tentang keadaan Nabi Adam as. Ketika berada di surga

إِنَّ لَكَ أَلا تَجُوعَ فِيهَا وَلا تَعْرَى (118) وَأَنَّكَ لا تَظْمَأُ فِيهَا وَلا تَضْحَى (119)
Artinya 118. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan didalamnya dan tidak akan telanjang. 119. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (puka) akan ditimpa panas matahari didalalmnya.

Contoh lain yang lebih mudah difahami namun banyak diantara kita yang tidak mrnyadarinya adalah pengiriman duta besar keluar negeri.

Seorang presiden ketika mengutus duta besar keluar negeri yang jauh untuk menjalankan tugas-tugas kenegaraan pasti mrnuntut agar duta besar tersebut bias sampai dinegaea tujuan dan sukses dalam mengemban tugas yang telah dibebankan kepadanya. Dan sudah menjadi hal yang lazim bahwa untuk merealisasikann tugas ini dia di beri harta, fasilitas-fasilitas dan kebutuhan yang bias mempermudah pekerjaannya.

Maka selama berada diluar negeri dia harus mencurahkam seluruh waktu dan tenaganya untuk menjalankan tugas yang mulia ini. Dan sangat tidak layak dan bodoh bila dia terbuai untuk mencari harta yang lebih banyak dan melupakan tugas-tugas pokoknya atau menunda kewajibannya demi menuruti sifat kerakusannya. Perkataan yang paling tepat di ucapkan bagi orang semacam ini tidak lain adalah penghianat kepada orang yang mempercayainya, karena kebodohan menuruti hawa nafsu belaka.

Bila anda bertanya pada penghianat "Mengapa engkau melupakan tugas pokokmu untuk beribadah kepada Alloh SWT dan mencari dunia yang sudah ditanggung oleh-Nya?". Maka dia akan menjawab "Saya berjanji akan beribadah dengan sungguh-sungguh besok kalau masa mudaku telah usai, kekuatan tubuhku sudah mengendor, punggungku sudah membungkuk dan aku berjalan dengan bantuan tongkat".

Jawaban ini karena didasari atas kebodohannya, dia tidak sadar akan tugas utamanya kepada dzat yang memiliki dan mengaturnya.

Problem-problem ini bisa di pecahkan dengan memahami hal-hal sebagai berikut :

1. Manusia harus sadar bahwa ajal akan menjemput dengan tiba-tiba.

Seseorang tidak akan tahu apakah dia akan hidup sampai sukses, impiannya tercapai, sampai pensiun atau kaya raya. Karena ajal itu hanya Alloh-lah yang mengetahuinya, dan setiap manusia pasti akan menemuinya walaupun dia melakukan berbagai upaya untuk menghindarinya. Alloh SWT berfirman dalam surat An-Nisa' ayat 78 :

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ... (78)
Artinya : 78. Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendatipun kamu berada didalam benteng yang tinggi lagi kukuh.

2. Penundaan sesuatu harus ditempatkan pada perkara-perkara dunia dan tidak boleh ditempatkan pada amal ibadah.

Sangat bodoh sekali orang yang cita-cita duniawi yang bisa menjadikanya terpandang dimata masyarakat, karena urusan dunia itu sudah ditanggung oleh Alloh SWT. Dan sebaliknya dia melupakan cita-cita ahirat yang sudah menjadi tanggung jawab dan bebannya. Ibnu Atho'illah berkata :

اجتهادك فيما ضمن لك وتقصيرك فيما طلب منك دليل على انطماس البصير منك.
Artinya : "Kesungguhan di dalam perkara yang sudah di jamin dan kecerobohan didalam perkara yang dibebankan padamu adalah bukti atas butanya mata hatimu".

3. Tugas-tugas agama yang dibebankan pada manusia itu memiliki tujuan mulia yaitu mendidik dan mensucikan hati, sehingga ibadah itu bisa membersihkan pekerjaan duniawi agar terhindar dari dusta, penipuan dan sifat-sifat tercela lainnya. 

Maka dari itu, para pejabat, pengusaha, tentara, pejabat semacamnya didalam melakukan pekerjaannya harus dibarengi dengan ibadah supaya bisa mewujudkan kebahagiaan baik kehidupan pribadi maupun bermasyarakat.

Adapun memisahkan pekerjaan-pekerjaan dunia dari ibadah atau menunda ibadah setelah kenyang dan puas dengan urusan-urusan duniawi, ini adalah kebodohan terhadap agama dan menjauhkan peran agama didalam kehidupan bermasyarakat.

Hal ini, bisa di perumpamakan dengan perhidangan makanan. Dalam menghidangkan makanan agar rasanya lezat dan enak maka harus di campur dengan garam, gula, dan bmbu-bumbu yang lain. Sebaliknya, bila makanan tersebut di hidangkan dalam satu wadah dan dimakan lalu garam, gula, dan bumbu-bumbunya dihidangkan didalam wadah yang lain dan dimakan maka rasanya pasti tidak enak, dan ini adalah perbuatan orang bodoh.

Perlu diketahui bahwa yang kita lakukan jiwa dan raga kita adalah milik Alloh SWT dan sangat keliru orang yang menyangka bahwa sebagian amal itu milik Alloh dan sebagian yang lain itu milik manusia. Bahkan prasangka ini sangat bertentangan dengan apa yang kita ucapakan sehari-hari ketika sholat.

إنّ الصّلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله ربّ العالمين.
Artinya : "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah milik Alloh tuhan pemelihara alam".

Didalam Al-Qur'an juga tidak ada yang menjelaskan bahwa kalimat " الملك " itu bisa disandarkan pada selain Alloh. Yang ada hanyalah Alloh memberikan harta kepada manusia dan semacamnya. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat An-Nur ayat 22 :

...وَآتُوهُمْ مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي آتَاكُمْ...(22)
Artinya : "Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Alloh yang dikarunian-Nya kepadamu."

Firman Alloh Surat Al-Hadid ayat 7 :

آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ...(7)
Artinya : 7. Berimanlah kamu kepada Alloh dan rosul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Alloh telah menjadikan kamu menguasainya.

Jadi dalam melakukan pekerjaan sehari-hari seperti berdagang, berusaha, berani dan semacamnya harus diiringi dengan ibadah kepada Alloh SWT sebagai bentuk kepatuhan kita terhadap perintah-perinntah-Nya.




Kajian Hikam bersama KH Muhammad Wafi Maimoen, Lc
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger