Orang-orang yahudi menganggap bahwa
mereka merasa bisa membunuh Nabi Isa al-Masih. Pada waktu itu orang-orang
yahudi merasa dengki terhadap Nabi Isa, karena dalam pendangan mereka, Nabi Isa
tidak lebih layak di angkat menjadi Nabi. Mereka memandang Nabi Isa sebagai
orang rendah karena waktu itu orang yang dianggap mulia adalah orang-orang yang
dari kalangan Raja yahudi yang berpusat di Damaskus. Pendek kata, mereka hasud
dan dengki kepada Nabi Isa. Dengki mereka tak terbendung dan akhirnya mereka
mempunyai rencana untuk membunuh Nabi Isa.
Mulanya mereka melapor kepada Raja
di Damaskus, bahwa ada seorang rakyat biasa di Palestina yang mengaku sebagai
untusan Allah untuk mengajar manusia dengan ajaran yang mengesakan Allah dan
berbuat kebajikan. Dalam laporannya mereka bahkan menyatakan bahwa orang
dimaksud memiliki rencana untuk membunuh Raja dan merubuhkan kerajaan di
Damaskus. Sungguh, ini fitnah yang keji dari mulut orang-orang yahudi.
Mendengar laporan ini, Raja Damaskus
langsung mengirim pasukan untuk menangkap dan membunuh Nabi Isa. Pasukan
tentara pun mengepung rumah Nabi Isa yang sedang mengajarkan agama Islam kepada
murid-muridnya, yaitu yang biasa disebut dengan Kaum Hawariyin.
Di situ diceritakan ada dua belas
orang murid Nabi Isa setelah melihat orang yahudi dan orang damaskus akan
membunuh Nabi Isa. Nabi Isa mengatakan kepada murid-muridnya ; “Hai para
muridku, siapa diantara kalian yang mau bersama saya masuk surga” kata Nabi
Isa, kemudian ada seorang murid yang paling muda, namanya Sarjus. Kata Sarjus ;
“Saya, ya Rasulullah bersedia bersama Anda”. Kalau begitu, kamu duduklah
di tempat duduk ku, Kata Nabi Isa.
Kebetulan Sarjus mempunyai wajahnya
mirip dengan Nabi Isa AS. Ketika Sarjus akan duduk di situ, Nabi Isa diangkat
oleh Allah SWT dan yang duduk itu adalah Sarjus. Begitu orang-orang Yahudi dari
Damaskus datang menggerebek rumah pengajian Nabi Isa para tentara masuk dan
melihat orang yang duduk di situ menempati tempat duduk Nabi Isa dan mirip
wajahnya dengan Nabi Isa, maka di tangkaplah Sarjus, lalu di bunuh dg di salib.
Jadi yang di salib itu bukanlah Nabi
Isa AS, menurut tafsir ini. Tapi yang wajahnya serupa dengan Nabi Isa AS.
Dalam al-Qur an di ceritakan bahwa orang-orang yahudi bangga karena telah mampu
membunuh Nabi Isa AS. Mereka mengatakan dengan penuh kebanggan. Kami telah
berhasil membunuh Isa.
وَقَوْلِهِمْ اِنَّا
قَتَلْنَاالْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللهِ
وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا
صَلَبُوْهُ
Terjemah : ……kami telah
membunuh Isa Al-Masih putera Maryam, utusan Allah, padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak pula menyalibnya. (An Nisa : 157).
“Rasulullah itu sudah kami bunuh,
kata orang-orang Yahudi. Maka, orang Yahudi banyak mendapat kutukan dari
Allah”. Tetapi di katakana dalam al-Qur an :
وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ
وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ
Terjemah : …..padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi demikianlah ditampakkan kepada
mereka (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi
mereka…… (Surat An-Nisa : 157)
Dan ayat lain juga disebutkan bahwa
:
وَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا
فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِنْهُ مَالَهُمْ مِنْ عِلْمٍ اِلاَّ
اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا
قَتَلُوْهُ يَقِيْنًا
Terjemah : …. Dan sesungguhnya orang
orang yang berselisih pendapat (tentang pembunuhan) Isa, benar-benar dalam
tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa
yang di bunuh itu kecuali mengikuti perasangkaan belaka, mereka tidak pula
yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
Perselisihan akidah Nasrani dengan Islam merupakan
perselisihan final. Bagi umat Islam, dengan tonggak sejarah ketika Nabi
Muhammad medeklarasikan Piagam Madinah membentuk Pemerintahan Islam berpusat di
Madinah dengan “kontrak sosial” untuk hidup bersama saling melindungi antara
umat Islam, Nasrani dan Yahudi. Jadi, Nabi Muhammad pada abad ke-7 lebih dulu
mempraktikkan “kontrak sosial”. Oleh karena itu, artikel ini tidak akan
diperdebatkan dari sudut keimanan, dengan tetap saling menghormati.
Demikian, semoga ada manfaat dan menambah
khazanah keilmuan kita. Wallohu a’alam.
Referensi : Syaikhonie KHR.
Ahmad Ma’mun Abdul Mu’in (Allohummaghfirlahu) Khodim Ponpes An-nadjah ;
AM. Syahrir Rahman, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Sunan Giri Surabaya.
Lihat Juga Muhtasar Ibnu Katsier,
Jilid 1, hal 520-523, 834-848. ; Tafsier Marrohu Labied ‘Ala Tafsier Munir,
Jilid 1, hal 100-101, 183-184.
+ comments + 1 comments
JOIN NOW !!!
Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com
Posting Komentar