Setelah mendengar semua itu dari lisan Rasulullah saw maka menagislah
Mu’adz dengan terisak-isak, dan berkata, “Wahai Rasulullah! Engkau adalah
utusan Allah sedangkan aku hanyalah seorang Mu’adz, bagaimana aku dapat selamat
dan terhindar dari apa yang telah engkau sampaikan ini?”
Berkatalah Rasulullah saw, “Wahai Mu’adz! Ikutilah Nabi-mu ini dalam soal
keyakinan sekalipun dalam amal perbuatanmu terdapat kekurangan.
Wahai Mu’adz!
Jagalah lisanmu dari kebinasaan dengan meng-ghiibah manusia dan meng-ghiibah
saudara-saudaramu para pemikul Al-Qur’aan.
Tahanlah dirimu dari keinginan
menjatuhkan manusia dengan apa-apa yang kamu ketahui ihwal aibnya!
Janganlah
engkau mensucikan dirimu dengan jalan menjelek-jelekan saudara-saudaramu!
Janganlah engkau meninggikan dirimu dengan cara merendahkan saudara-saudaramu!
Pikullah sendiri aib-aibmu dan jangan engkau bebankan kepada orang lain”
“Wahai Mu’adz! Janganlah engkau masuk kedalam perkara duniamu dengan
mengorbankan urusan akhiratmu!
Janganlah berbuat riya’ dengan amal-amalmu agar
diketahui oleh orang lain dan janganlah engkau bersikap takabbur di majelismu
sehingga manusia takut dengan sikap burukmu!”
“Janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang sementara di hadapanmu ada
orang lain!
Janganlah engkau mengagung-agungkan dirimu dihadapan manusia,
karena akibatnya engkau akan terputus dari kebaikan dunia dan akhirat!
Janganlah engkau berkata kasar di majelismu dan janganlah engkau merobek-robek
manusia dengan lisanmu, sebab akibatnya di Hari Qiyamah kelak tubuhmu akan
dirobek-robek oleh anjing-anjing neraka Jahannam!”
“Wahai Mu’adz! Apakah engkau memahami makna Firman Allah Ta’ala: ‘Wa
naasyithaati nasythan!’ (‘Demi yang mencabut/menguraikan dengan
sehalus-halusnya!’, An-Naazi’aat [79]:2)?
Aku berkata, “Demi bapakku, engkau,
dan ibuku! Apakah itu wahai Rasulullah?”
Rasulullah saw. bersabda, “Anjing-anjing di dalam Neraka yang
mengunyah-ngunyah daging manusia hingga terlepas dari tulangnya!”
Aku berkata, “Demi bapakku, engkau, dan ibuku! Ya Rasulullah, siapakah
manusia yang bisa memenuhi seruanmu ini sehingga terhindar dari kebinasaan?”
Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Mu’adz, sesungguhnya hal demikian itu
sangat mudah bagi siapa saja yang diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala! Dan untuk
memenuhi hal tersebut, maka cukuplah engkau senantiasa berharap agar orang lain
dapat meraih sesuatu yang engkau sendiri mendambakan untuk dapat meraihnya bagi
dirimu, dan membenci orang lain ditimpa oleh sesuatu sebagaimana engkau benci
jika hal itu menimpa dirimu sendiri! Maka dengan ini wahai Mu’adz engkau akan
selamat, dan pasti dirimu akan terhindar!”
Khalid bin Ma’dan berkata, “Sayyidina Mu’adz bin Jabal ra. sangat sering
membaca hadits ini sebagaimana seringnya beliau membaca Al-Qur’aan, dan sering
mempelajari hadits ini sebagaimana seringnya beliau mempelajari Al-Qur’aan di
dalam majelisnya”.
Zamzam A J Tanuwijaya
Posting Komentar