Imam Mazhab yang empat, para ulama yang
sholeh yang mengikuti mereka termasuk para ulama yang sholeh dari kalangan
Habib atau ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallallahu alaihi wasallam
memang tidak maksum namun mereka boleh saja mendapatkan ‘ishmah para
wali sesuai dengan manzilah (maqom / derajat) atau kedekatan mereka dengan
Allah Azza wa Jalla.
Berikut contoh pemeliharaan Allah subhanahu
wa ta’ala terhadap kekasihNya
Imam asy-Syafi’i berkata: ‘Saya mengadu kepada Waqi’ (guru
beliau) buruknya hafalanku, maka dia menasihatiku agar meninggalkan maksiat.
Dan ia mengabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak diberikan kepada pelaku maksiat”.
Setelah Imam asy Syafi’i merunut
(mencari tahu) kenapa beliau lupa hafalan Al-Qur’an (hafalan Al-Qur`ânnya
terbata-bata), ternyata dikarenakan beliau tanpa sengaja melihat betis seorang
wanita bukan muhrim yang tersingkap oleh angin dalam perjalanan beliau ke
tempat gurunya.
Abdullâh bin Al-Mubarak meriwayatkan dari
adh-Dhahak bin Muzahim, bahwasanya dia berkata, ”Tidak seorangpun yang mempelajari
Al-Qur`ân kemudian dia lupa, melainkan karena dosa yang telah dikerjakannya.
Karena Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala :
وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja
musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri” (QS Asy-Syûra: 30) . "
Sungguh, lupa terhadap Al-Qur`ân
merupakan musibah yang paling besar (Fadha`ilul-Qur`ân, karya Imam Ibnu Katsir,
hlm. 147)
Itulah contoh mereka yang disayang oleh
Allah ta’ala dan diberi kesempatan untuk menyadari kesalahan mereka ketika
masih di dunia.
Sedangkan ulama su’u adalah mereka yang tidak
menyadarinya atau tidak disadarkan oleh Allah Azza wa Jalla atas kesalahannya atau
kesalahpahamannya sehingga mereka menyadarinya di akhirat kelak. Wallahu a’lam.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda “sesungguhnya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu
bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan oleh para Nabi
dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan (pangkat) mereka di sisi Allah
Subhanahu wa Ta’ala“
Seorang dari sahabatnya berkata, “siapa gerangan mereka itu wahai
Rasulullah? Semoga kita dapat mencintai mereka“.
Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab dengan sabdanya: “Mereka adalah suatu kaum yang saling berkasih sayang dengan anugerah
Allah bukan karena ada hubungan kekeluargaan dan bukan karena harta benda,
wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar
dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakannya dan tiada
mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita”. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban
dalam kitab shahihnya)
Hadits senada, dari ‘Umar bin
Khathab ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya
diantara hamba-hambaku itu ada manusia manusia yang bukan termasuk golongan
para Nabi, bukan pula syuhada tetapi pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla
menempatkan maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan syuhada.” Seorang
laki-laki bertanya : “siapa mereka itu dan apa amalan mereka?”mudah-mudahan kami menyukainya“. Nabi
bersabda: “yaitu Kaum yang saling menyayangi karena Allah ‘Azza wa Jalla
walaupun mereka tidak bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi bukan
karena hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu bercahaya, dan sungguh
tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut seperti yang ditakuti
manusia, dan tidak susah seperti yang disusahkan manusia,” kemudian
beliau membaca ayat : ” Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS Yunus [10]:62).
Ust. Zon Jonggol
Posting Komentar