Saya memulai ceramah saya
dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah yang telah memberikan
kesempatan kepada saya serta rombongan, baik dari Al-Azhar maupun dari
Majelis Al-Hukama Muslim, untuk mengunjungi Republik Indonesia dan
bertemu dengan rakyatnya yang sangat baik, terutama dengan
saudara-saudara kami seagama. Mereka adalah umat Islam yang sangat
menghargai Mesir, hal itu tercermin dalam kuatnya hubungan antara kedua
belah pihak sepanjang sejarah umat Islam dimana keduanya berpegang teguh
pada aqidah dan akhlaq Islam yang mulia.
Mungkin saya tidak
berlebihan jika saya memuji bangsa Indonesia dengan mengatakan bahwa
Indonesia telah Allah pilih sebagai negeri tempat menyebarkan Islam
sebagai agama yang menyerukan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat serta
menjaga orisinalitas dengan tetap menerima segala hal baru yang
keduanya dipadukan secara baik dalam individu maupun masyarakat
Indonesia.
Bangsa Indonesia juga telah mampu menyingkap khazanah
keislaman yang suci serta nilai-nilai hukum Islam dan akhlaknya dengan
mewujudkan nilai keadilan, persamaan, sikap terbuka pada orang lain
serta memotivasi untuk memiliki sumber-sumber kekuatan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menyandarkan diri pada Allah semata,
disertai usaha yang optimal sehingga kekuatan materi dan rohani tetap
tercapai secara bersamaan.
Untuk itu, kemampuan bangsa Indonesia
memadukan antara ilmu, iman dan amal telah menjadikan Indonesia mampu
melakukan lompatan-lompatan sehingga menjadi salah satu negara termaju
di kawasan Asia. Bahkan Indonesia telah menjadi macan Asia. Indonesia
juga telah menjadikan Islam sebagai agama untuk membangun kehidupan
dunia dan mencapai kebahagiaan ukhrawi, bahkan merupakan agama
kemanusiaan secara universal.
Indonesia juga telah mampu membantah
bohongnya tuduhan yang disampaikan oleh musuh-musuh Islam bahwa Islam
adalah agama kemalasan dan tidak produktif sehingga masyarakatnya tidak
maju bahkan Islam dianggap sebagai agama yang menghambat kemajuan
ekonomi dan politik. Saat ini Indonesia telah menjadi model Negara
Muslim yang dapat dibanggakan oleh umat Islam seluruh dunia, karena
Indonesia telah mampu mencapai kemajuan ekonomi yang luar biasa terutama
di Asia Tenggara.
Indonesia memeluk agama Islam melalui perantara
para pedagang muslim. Kawasan Nusantara telah Allah jadikan berhati
lembut dan sangat tertarik kepada Islam, karena ajaran dan akidah Islam
yang sangat jelas toleran dan penuh keadilan. Selain itu kawasan
Nusantara merupakan kawasan di Asia yang pertama kali menerima Islam
yang dari waktu ke waktu Islam terus mengalami kemajuan di kawasan
Nusantara sehingga Indonesia menjadi negara muslim terbesar dunia, dan
mereka juga merupakan bangsa yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta
al-Qur’an dan ajarannya.
Adapun terkait hubungan antara bangsa
Indonesia dan Mesir seperti disampaikan para sejarawan bahwa hubungan
tersebut telah dimulai beberapa abad yang lalu melalui hubungan dagang,
pendidikan dan kebudayaan, dimana saat itu banyak para jamaah haji
Indonesia yang sengaja datang ke Mesir untuk menuntut ilmu di Al-Azhar.
Para sejarawan Eropa mencatat bahwa pada pertengahan abad ke 19 M telah
dimulai kedatangan mahasiswa pelajar Indonesia di Al-Azhar yang menuntut
ilmu dari para ulama Al-Azhar di Mesir.
Mahasiswa Indonesia di Al-Azhar,
tinggal di asrama-asrama yang di sebut dengan ruwak Jawa. Selain itu
banyak penerbit Mesir yang menerbitkan berbagai karya ulama Indonesia.
Pelajar Indonesia di Mesir juga banyak terpengaruh oleh gerakan-gerakan
pembaharuan Mesir terutama yang dilkukn oleh Sheikh Mohammad Abduh dan
para muridnya, ditambah dengan gerakan kebangsaan yang dipimpin oleh
Mustafa Kamel serta para tokoh nasional Mesir lainnya saat itu.
Saat
ini ada sekitar 5000 pelajar dan mahasiswa Indonesia yang belajar di
Al-Azhar di antara mereka ada yang menapatkan beasiswa. Saat ini setiap
tahun Al-Azhar memberikan 20 beasiswa kepada mahasiswa Indonesia selain
itu setiap tahun Al-Azhar mengirim guru bahasa Arab ke sekolah sekolah
di Indonesia dengan jumlah 31 orang.
Zaman
kita sekarang ini menghadapi berbagai macam persoalan dan krisis yang
sangat serius, terutama di bidang politik ekonomi dan lingkungan hidup.
Persoalan seperti ini yang paling banyak terjadi terutama di dunia
ketiga yang mengancam keamanan kesehatan, masyarakat serta Negara
tersebut. Selain itu kita juga menghadapi ancaman hilangnya rasa
perdamaian yang diikuti oleh menyebar luasnya kekacauan dan kegelisahan
serta dominasi kekuatan pihak tertentu yang menguasai orang-orang lemah.
Hal yang lebih buruk lagi hal seperti itu terwujud dengan banyaknya
kejahatan dalam bentuk peperangan serta penumpahan darah mengatasnamakan
agama, terutama dengan mengatasnamakan agama Islam dengan sengaja
menyematkan sifat teroris pada Agama Islam, di mana pada saat yang
bersamaan tidak ada satupun agama samawi yang disifati dengan sifat
teroris. Tentu saja penyifatan ini merupakan sebuah kedzaliman dan
menipu akal serta pemahaman yang benar serta tuduhan ini sangat
bertentangan dengan realitas dan sejarah umat Islam. Sebab banyak
pemeluk agama lain yang justru banyak menggunakan kekerasan dan tindakan
kejahatan yang menggunakan atas nama agama mereka, hal ini sebagaimana
diakui oleh mereka sendiri baik oleh para tokohnya ataupun oleh para
pemeluk biasa.
Jika tidak percaya silahkan jelaskan apa yang terjadi
dengan perang salib di dunia timur Islam serta perang atas nama agama di
Eropa, ditambah dengan pengadilan-pengadilan yang menjatuhkan vonis
pada penganut agama Yahudi dan umat Islam. Tidakkah semua tindakan dan
peperangan ini merupakan salah satu bentuk terorisme dan kejahatan yang
merusak tata nilai kemanusiaan sepanjang sejarah?
Ada orang yang
mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan tersebut merupakan kesalahan
sejarah yang telah terjadi sudah sangat lama dan tidak ada pengaruh
apapun pada kehidupan kita hari ini. Jika seperti itu silahkan anda
dalami apa yang disebut dengan perang salib dua, di mana peperangan ini
telah menjadi pintu masuk konflik panjang di dunia arab dan dunia Islam.
Bahkan seorang penulis Amerika: John Fifer, menulis buku yang berjudul
Perang salib II: perang barat dan penjajahan baru terhadap Islam. Tentu
saja saya di sini tidak dapat menjelaskan secara detail apa yang
dijelaskan oleh penulis tersebut tetapi saya ingin menekankan bahwa
tindakan melanggar batas di luar ketentuan Islam yang dilakukan oleh
sebagian kecil penganutnya di mana tindakan ini sangat ditentang oleh
para ulama Islam serta para pemikirnya bahkan orang awam pun tidak dapat
menerimanya, sikap melanggar batas tersebut juga ada pada pemeluk agama
lain dimana para pelakunya dijanjikan akan mendapatkan surga.
Saya
tegaskan bahwa dengan membaca kembali sejarah perbandingan terorisme,
jelaslah bahwa umat Islam merupakan umat yang paling adil dan objektif
di mana mereka dapat membedakan antara agama dan sikap sebagian
pengikutnya. Umat Islam menilai peperangan yang dilakukan oleh orang
barat terhadap Islam sebagian peperangan orang Eropa terhadap orang
Islam dan tidak menuduh agama yang dianut oleh orang Eropa sebagai
landasan ideologis tejadinya peperangan tersebut. Hal ini untuk
membedakan antara nilai-nilai agama dengan perilaku para pemeluknya yang
menjual belikan agamanya, dengan harga yang sangat murah. Hal ini
merupakan salah satu wujud penghormatan umat Islam terhadap keyakinan
agama lain mekipun umat Islam di seluruh penjuru dunia banyak ditindas
dan selalu disingkirkan. Hanya saja kita tidak mungkin berdiam diri atas
sikap yang menyududkan umat Islam, pembunuhan massal terhadap umat
Islam seperti yang terjadi di Myanmar di tengah-tengah diamnya
masyarakat dan media internasional, padahal mereka mengaku sebagai
masyarakat yang sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan tanpa
membedakan antara muslim dan non-muslim.
Kita juga tidak mungkin
berdiam diri terhadap apa yang saat ini menimpa masjidil aqsa yang
merupakan kiblat pertama umat Islam dan tempat isra’ mi’raj Rasulullah,
dari penjajahan dan penghinaan yang dilakukan oleh Negara lain sehingga
sangat menghinakan nilai-nilai dan peninggalan umat Islam. Jika seperti
ini dunia barat banyak meneriakkan terhadap segala sesuatu sikap
permusuhan yang menimpa orang Kristen di timur, padahal mereka di dunia
timur bisa hidup dengan damai dan berdampingan dengan umat Islam, mereka
juga berdiam diri terhadap setiap permusuhan yang menimpa umat Islam
menghancurkan para wanita dan anak-anak mereka.
Untuk itu saya katakan
jika lembaga-lembaga keagamaan di barat yang sangat besar membolehkan
dirinya untuk menyuruh umatnya dalam menyikapi peristiwa-peristiwa
tersebut, maka saya juga harus memainkan peran saya untuk menyeru mereka
yang memiliki akal dan perasaan di seluruh dunia untuk menyelesaikan
problem serta sikap permusuhan umat non-muslim kepada umat Islam baik di
timur maupun di barat. Hal ini saya lakukan demi mewujudkan perdamaian
dan nilai-nilai kemanusiaan baik di timur maupun di barat.
Pidato disampaikan dalam
orasi Perdamaian dan Kemanusiaan di Auditorim Harun Nasution, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Selasa 23 Februari 2016 yang dilansir dalam Website Resmi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ditulis oleh Luthfy Rijalul Fikri.
Posting Komentar