كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَهَجَّدَ مِنْ اللَّيْلِ
قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ
الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ
(صحيح
البخاري)
“Bahwa Nabi SAW bila shalat Tahajjud dimalam hari berdoa : Wahai Allah, Bagi Mu Pujian, Engkaulah Cahaya segenap langit dan Bumi, Bagi Mu Pujian, Engkaulah Yang Menegakkan Langit dan Bumi, dan Bagi Mu Pujian, Engkaulah Yang Maha Mengasuh Segenap langit dan Bumi, dan yang diantara Segenap Langit dan Bumi, ..” (Shahih Bukhari)
Rasulullah
SAW, malam hari mengajarkan daripada sekilas doa beliau SAW ketika beliau SAW
bermunajat di malam hari selepas shalat tahajjudnya.
Rasul SAW adalah makhluk yang paling sempurna, ajaran
beliau adalah selembut – lembut tuntunan. Sebagaimana diriwayatkan didalam
Shahih Bukhari, ketika seorang pemuda datang kepada Rasul SAW mengadukan dosa –
dosanya. Maka Rasul SAW tidak menjawab, namun Allah yang menjawab, apa yang
difirmankan oleh Allah “innal hasanaat yudzhibnassayyi’at” bahwa pahala –
pahala itu menghapus dosa – dosa.
Bagi kita yang banyak dosa, maka perbanyaklah pahala. Sudah
terlanjur aku berbuat banyak dosa maka tambahlah untuk makin banyak berbuat
pahala karena orang yang menambah dirinya dengan berbuat pahala itu akan
diampuni dosa – dosanya dan dibimbing kepada keluhuran. Lidahku banyak mencaci
orang lain, bagaimana agar lidahku berhenti dari mencaci orang atau menggunjing
orang? Perbanyak baca Alqur’anulkarim, obati bibirmu dengan kalamullah Jalla Wa
Alla, perbanyak dzikrullah. Demikian hadirin, mengobati lidah.
Aku banyak berbuat dosa dengan tanganku, maka perbanyaklah berbuat
pahala dengan tanganmu. Berbuat dosa dengan mata maka perbanyaklah berbuat
pahala dengan mata. “innal hasanaat yudzhibnassayyi’at” sungguh pahala itu
menghapus dosa – dosa. Obati dosa – dosa kita dengan pahala. Hadirin –
hadirat, demikian indahnya tuntunan Sayyidina Muhammad SAW. Demikian indahnya
Allah.
Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul SAW
ketika melihat Nuaiman radiyallahu anhum. Ketika turun ayat pengharaman minum
arak (khamr), maka mereka yang masih minum arak dihukum. Nuaiman minum arak,
dihukum. Tidak berapa lama minum arak lagi, dihukum lagi, tidak berapa lama
beberapa hari minum arak lagi sampai Sahabat berkata “alaihi la’natullah”
laknatnya Allah. Terus – terusan minum arak, terus – terusan mabuk –
mabukkan.
Rasul SAW bersabda “sungguh jangan kalian laknat Nuaiman karena
aku tahu, demi Allah dia itu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”. Seorang
pemabuk, Rasul berkata “demi Allah dia itu cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya”.
Kabar disampaikan kepada Nuaiman, “kau ini terus – terusan
mabuk, tadi Rasulullah berkata bahwa sungguh demi Allah kau ini mencintai Allah
dan Rasul”. Menangis Nuaiman radiyallahu anhum, “Rasul berkata aku
dicintai Allah dan Rasul?” maka aku bertaubat kepada Allah Swt. Demikian
indahnya tuntunan Sayyidina Muhammad SAW.
Ucapan 1,2 kalimat menggetarkan jiwa
yang tidak mau taubat – taubat dengan hukuman tapi runtuh dengan 1,2 kalimat
indah yang muncul dari jiwa terindah, yang muncul dari cahaya Allah Yang Maha
Indah. Demikianlah tuntunan Muhammad Rasulullah SAW.
Berkata para sahabat “kunna nasma’ tasbihuttha’am wa
nahnu na’kul” demikian riwayat Shahih Bukhari. Kami kalau sedang makan itu,
kalau Rasulullah makan kami sering dengar suara tasbih makanan yang disentuh
jari – jari Sang Nabi SAW, terdengar tasbih dan dzikirnya oleh kami ketika
disentuh tangan Muhammad Rasulullah SAW. Makanan itu bertasbih kami
mendengarnya. Demikian Allah jadikan keindahan pada Sang Nabi SAW dan apa – apa
yang disekitar Sang Nabi SAW. Dan yang mencintai Sang Nabi SAW adalah kesempurnaan
iman.
Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa
ketika di hari kiamat kelak, disaat itulah. Bahwa disaat itu, disaat orang
dalam kesulitan, setiap orang dituntut pertanggungjawaban atas setiap huruf
yang pernah ia ucapkan, saat semua manusia ditanyakan atas setiap nafasnya,
saat setiap debu yang diinjaknya bersasi, disaat itu diangkatlah maqam
mahmudah (derajat terpuji) untuk Nabiyyuna Muhammad SAW. Semua yang
dipadang mahsyar memuji indahnya derajat Sayyidina Muhammad SAW saat itu.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar