Ketahuilah, wahai saudara-saudara sekalian,
moga-moga Allah Ta’ala tambahkan kami dan kamu dengan pengetahuan
agama, dan memimpin kami ke jalan yang lurus, serta menghindarkan kami dari
segala kejahatan, diri dan kemahuan hawa nafsu bahwasanya Shalat itu adalah
tiang agama, dan sepenting-penting asas Islam yang lima sesudah dua kalimah
syahadat.
Duduknya pada sisi agama, laksana pada sisi tubuh.
Jika orang tidak boleh hidup tanpa kepala, demikian pula dengan agama, tidak
boleh teguh tanpa Shalat. Demikian maksud dari sebuah Hadits.
Moga-moga Allah Ta’ala
menggolongkan kami dan kamu ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa memelihara
Shalat, senantiasa mendirikan Shalat dan khusyu’ di
dalam Shalat, serta menjaga waktu-waktu Shalat. Demikianlah bunyi firman Allah
Ta’ala
yang telah mensifatkan para hambaNya yang Mu’minin di dalam
kitabNya:
حفظوا على الصلوت
والصلواة الوسطى وقوموا لله قنتين (238) (البقرة : 238
Periharalah Shalat, dan Shalat pertengahan, serta
tegaklah berdiri mematuhi perintah Allah.” (AI-Baqarah: 238)
Shalat yang fardhu itu ialah lima: Zohor, Asar,
Maghrib, Isya’ dan Subuh. Lima Shalat yang tersebut ini tidak harus
ditinggalkan sama sekali pada bila-bila masa pun, selagi seseorang itu sempurna
akal dan fikirannya. Sekalipun dalam keadaan tua, lemah dan sakit tenat.
Adapun Shalat pertengahan itu, sebagaimana yang
ditunjuk oleh sebuah Hadits yang sahih, ialah Shalat Asar. Allah Ta’ala
telah menyebut Shalat ini kerana kelebihan dan keutamaannya, dan perkaranya pun
telah terkenal dan termasyhur di dalam Islam, sehingga sampai sebab turunnya
kelonggaran pada Shalat khauf (Shalat ketika dalam bahaya).
Ceritanya begini: Apabila kaum Muslimin sedang
giat berjuang bersama-sama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam dalam salah satu ghazwahnya (peperangannya), Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam telah bershalat dengan pejuang pejuang Muslimin itu Shalat Zohor
seperti caranya yang biasa, manakala kaum Musyrikin berada dekat dengan tempat
itu, sedang melihat perbuatan kaum Muslimin.
Apabila mereka selesai Shalat,
berkata setengah kaum Musyrikin kepada setengahnya: Kita harus menyerang mereka
itu, ketika mereka sedang bershalat, niscaya kita akan menguasai mereka.
Berkata yang lain pula: Sesudah ini, mereka akan berShalat lagi, suatu Shalat
yang mereka lebih utamakan daripada datuk-nenek mereka dan anak cucu mereka yakni, Shalat Asar. Pada masa itulah turun Saiyidina Jibril kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam membawa petunjuk Shalat khauf. Coba
perhatikan, betapa besarnya kelebihan Shalat Asar itu, sehingga ia dikenal oleh
kaum Musyrikin juga.
Al Habib Abdullah Bin Alwi Al Haddad dalam Nashohih Ad Diniyyah
Posting Komentar