Dalam kitab Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah (kumpulan fatwa-fatwa
Ibnu Taimiyah) dan diterbitkan oleh Kerajaan Saudi Arabia, disebutkan fatwa
berikut ini:
ﻭَﺳُﺌِﻞَ : ﻋَﻤَّﻦْ " ﻫَﻠَّﻞَ ﺳَﺒْﻌِﻴﻦَ ﺃَﻟْﻒَ ﻣَﺮَّﺓٍ ﻭَﺃَﻫْﺪَﺍﻩُ
ﻟِﻠْﻤَﻴِّﺖِ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﺑَﺮَﺍﺀَﺓً ﻟِﻠْﻤَﻴِّﺖِ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ " ﺣَﺪِﻳﺚٌ ﺻَﺤِﻴﺢٌ؟
ﺃَﻡْ ﻟَﺎ؟ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻫَﻠَّﻞَ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥُ ﻭَﺃَﻫْﺪَﺍﻩُ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻳَﺼِﻞُ ﺇﻟَﻴْﻪِ
ﺛَﻮَﺍﺑُﻪُ ﺃَﻡْ ﻟَﺎ؟ .
“Syaikh Ibn Taimiyah ditanya, tentang orang yang membaca
tahlil 70.000,- kali dan dihadiahkan kepada mayit, agar menjadi tebusan baginya
dari neraka, apakah hal itu hadits shahih atau tidak? Dan apabila seseorang
membaca tahlil lalu dihadiahkan kepada mayit, apakah pahalanya sampai atau
tidak?”
ﻓَﺄَﺟَﺎﺏَ : ﺇﺫَﺍ ﻫَﻠَّﻞَ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥُ ﻫَﻜَﺬَﺍ : ﺳَﺒْﻌُﻮﻥَ ﺃَﻟْﻔًﺎ
ﺃَﻭْ ﺃَﻗَﻞَّ ﺃَﻭْ ﺃَﻛْﺜَﺮَ . ﻭَﺃُﻫْﺪِﻳَﺖْ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﻧَﻔَﻌَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﻭَﻟَﻴْﺲَ
ﻫَﺬَﺍ ﺣَﺪِﻳﺜًﺎ ﺻَﺤِﻴﺤًﺎ ﻭَﻟَﺎ ﺿَﻌِﻴﻔًﺎ . ﻭَﺍَﻟﻠﻪُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ . ( ﻣﺠﻤﻮﻉ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﺑﻦ
ﺗﻴﻤﻴﺔ، ٢٤/ ٣٢٣ ).
Beliau menjawab, “Apabila seseorang membaca tahlil sekian;
70.000,- atau kurang, dan atau lebih, lalu dihadiahkan kepada mayit, maka
hadiah tersebut bermanfaat baginya, dan ini bukan hadits shahih dan bukan
hadits dha’if. Wallahu a’lam.” (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 24, hal. 323).
Berkaitan dengan komposisi bacaan Tahlilan yang beraneka
ragam, Syaikh Ibnu Taimiyah juga berfatwa:
ﻭَﺳُﺌِﻞَ : ﻋَﻦْ ﺭَﺟُﻞٍ ﻳُﻨْﻜِﺮُ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﻳَﻘُﻮﻝُ
ﻟَﻬُﻢْ : ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮُ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﺟَﻬْﺮُﻛُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻫُﻢْ ﻳَﻔْﺘَﺘِﺤُﻮﻥَ
ﺑِﺎﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻭَﻳَﺨْﺘَﺘِﻤُﻮﻥَ ﺛُﻢَّ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﻟِﻠْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ﺍﻟْﺄَﺣْﻴَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟْﺄَﻣْﻮَﺍﺕِ
ﻭَﻳَﺠْﻤَﻌُﻮﻥَ ﺍﻟﺘَّﺴْﺒِﻴﺢَ ﻭَﺍﻟﺘَّﺤْﻤِﻴﺪَ ﻭَﺍﻟﺘَّﻬْﻠِﻴﻞَ ﻭَﺍﻟﺘَّﻜْﺒِﻴﺮَ ﻭَﺍﻟْﺤَﻮْﻗَﻠَﺔَ
ﻭَﻳُﺼَﻠُّﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ؟"
“Ibn Taimiyah ditanya, tentang seseorang yang memprotes ahli
dzikir (berjamaah) dengan berkata kepada mereka, “Dzikir kalian ini bid’ah,
mengeraskan suara yang kalian lakukan juga bid’ah”. Mereka memulai dan menutup
dzikirnya dengan al-Qur’an, lalu mendoakan kaum Muslimin yang masih hidup
maupun yang sudah meninggal. Mereka mengumpulkan antara tasbih, tahmid, tahlil,
takbir, hauqalah (laa haula wa laa quwwata illaa billaah) dan shalawat kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.?”
ﻓَﺄَﺟَﺎﺏَ : ﺍﻟِﺎﺟْﺘِﻤَﺎﻉُ ﻟِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﺳْﺘِﻤَﺎﻉِ ﻛِﺘَﺎﺑِﻪِ
ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ ﻋَﻤَﻞٌ ﺻَﺎﻟِﺢٌ ﻭَﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﺃَﻓْﻀَﻞِ ﺍﻟْﻘُﺮُﺑَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩَﺍﺕِ ﻓِﻲ
ﺍﻟْﺄَﻭْﻗَﺎﺕِ ﻓَﻔِﻲ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢِ ﻋَﻦْ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ
: ( ﺇﻥَّ ﻟﻠﻪِ ﻣَﻠَﺎﺋِﻜَﺔً ﺳَﻴَّﺎﺣِﻴﻦَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻣَﺮُّﻭﺍ ﺑِﻘَﻮْﻡِ ﻳَﺬْﻛُﺮُﻭﻥَ
ﺍﻟﻠﻪَ ﺗَﻨَﺎﺩَﻭْﺍ ﻫَﻠُﻤُّﻮﺍ ﺇﻟَﻰ ﺣَﺎﺟَﺘِﻜُﻢْ ) ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚَ ﻭَﻓِﻴﻪِ ( ﻭَﺟَﺪْﻧَﺎﻫُﻢْ
ﻳُﺴَﺒِّﺤُﻮﻧَﻚ ﻭَﻳَﺤْﻤَﺪُﻭﻧَﻚ ) ... ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﻣُﺤَﺎﻓَﻈَﺔُ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥِ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻭْﺭَﺍﺩٍ
ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﻘِﺮَﺍﺀَﺓِ ﺃَﻭْ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺃَﻭْ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ ﻃَﺮَﻓَﻲْ ﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ
ﻭَﺯُﻟَﻔًﺎ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻭَﻏَﻴْﺮُ ﺫَﻟِﻚَ : ﻓَﻬَﺬَﺍ ﺳُﻨَّﺔُ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭَﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴﻦَ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻗَﺪِﻳﻤًﺎ ﻭَﺣَﺪِﻳﺜًﺎ . ( ﻣﺠﻤﻮﻉ ﻓﺘﺎﻭﻯ
ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ، ٢٢/ ٥٢٠ ).
Lalu Ibn Taimiyah menjawab: “Berjamaah dalam berdzikir,
mendengarkan al-Qur’an dan berdoa adalah amal shaleh, termasuk qurbah dan
ibadah yang paling utama dalam setiap waktu. Dalam Shahih al-Bukhari, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki banyak
Malaikat yang selalu bepergian di muka bumi. Apabila mereka bertemu dengan
sekumpulan orang yang berdzikir kepada Allah, maka mereka memanggil, “Silahkan
sampaikan hajat kalian”, lanjutan hadits tersebut terdapat redaksi, “Kami menemukan
mereka bertasbih dan bertahmid kepada-Mu”… Adapun memelihara rutinitas aurad
(bacaan-bacaan wirid) seperti shalat, membaca al-Qur’an, berdzikir atau berdoa,
setiap pagi dan sore serta pada sebagian waktu malam dan lain-lain, hal ini
merupakan tradisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hamba-hamba
Allah yang saleh, zaman dulu dan sekarang.” (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz
22, hal. 520).
Dalam fatwa di atas, Syaikh Ibnu Taimiyah membenarkan dan
menganjurkan majlis dzikir dengan komposisi bacaan dzikir beraneka ragam
seperti Tahlilan. Kalau Anda masih kurang yakin dengan fatwa Syaikh Ibnu
Taimiyah atau meragukan gelarnya sebagai Syaikhul-Islam seperti yang Anda
yakini selama ini, silahkan hadits berikut ini dibaca dengan
teliti:
ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗَﺎﻝَ
: ﺇِﻥَّ ﻟﻠﻪِ ﺳَﻴَّﺎﺭَﺓً ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔِ ﻳَﻄْﻠُﺒُﻮْﻥَ ﺣِﻠَﻖَ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﻓَﺈِﺫَﺍ
ﺃَﺗَﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﺣَﻔُّﻮْﺍ ﺑِﻬِﻢْ ﺛُﻢَّ ﺑَﻌَﺜُﻮْﺍ ﺭَﺍﺋِﺪَﻫُﻢْ ﺇِﻟﻰَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ
ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌِﺰَّﺓِ ﺗَﺒَﺎﺭَﻙَ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻓَﻴَﻘُﻮْﻟُﻮْﻥَ : ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺃَﺗَﻴْﻨَﺎ
ﻋَﻠﻰَ ﻋِﺒَﺎﺩٍ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻙَ ﻳُﻌَﻈِّﻤُﻮْﻥَ ﺁَﻻَﺀَﻙَ ﻭَﻳَﺘْﻠُﻮْﻥَ ﻛِﺘَﺎﺑَﻚَ ﻭَﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ
ﻋَﻠﻰَ ﻧَﺒِﻴِّﻚَ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭَﻳَﺴْﺄَﻟُﻮْﻧَﻚَ ﻵَﺧِﺮَﺗِﻬِﻢْ ﻭَﺩُﻧْﻴَﺎﻫُﻢْ
ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ ﺗَﺒَﺎﺭَﻙَ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ : ﻏَﺸُّﻮْﻫُﻢْ ﺭَﺣْﻤَﺘِﻲْ ﻓَﻴَﻘُﻮْﻟُﻮْﻥَ : ﻳَﺎ ﺭَﺏِّ
ﺇِﻥَّ ﻓِﻴْﻬِﻢْ ﻓُﻼَﻧﺎً ﺍﻟْﺨَﻄَّﺎﺀَ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻋْﺘَﻨَﻘَﻬُﻢْ ﺍِﻋْﺘِﻨَﺎﻗًﺎ ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ
ﺗَﺒَﺎﺭَﻙَ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ : ﻏَﺸُّﻮْﻫُﻢْ ﺭَﺣْﻤَﺘِﻲْ ﻓَﻬُﻢُ ﺍﻟْﺠُﻠَﺴَﺎﺀُ ﻻَ ﻳَﺸْﻘَﻰ ﺑِﻬِﻢْ
ﺟَﻠِﻴْﺴُﻬُﻢْ . ( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺰﺍﺭ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﻟﻬﻴﺜﻤﻲ ﻓﻲ ﻣﺠﻤﻊ ﺍﻟﺰﻭﺍﺋﺪ : ﺇﺳﻨﺎﺩﻩ ﺣﺴﻦ، ﻭﺍﻟﺤﺪﻳﺚ
ﺻﺤﻴﺢ ﺃﻭ ﺣﺴﻦ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ، ﻛﻤﺎ ﺫﻛﺮﻩ ﻓﻲ ﻓﺘﺢ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ 11/212)
“Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang selalu mengadakan
perjalanan mencari majelis-majelis dzikir. Apabila para malaikat itu mendatangi
orang-orang yang sedang berdzikir dan mengelilingi mereka, maka mereka mengutus
pemimpin mereka ke langit menuju Tuhan Maha Agung – Yang Maha Suci dan Maha
Luhur. Para malaikat itu berkata: “Wahai Tuhan kami, kami telah mendatangi
hamba-hamba-Mu yang mengagungkan nikmat-nikmat-Mu, membaca kitab-Mu,
bershalawat kepada nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memohon
kepada-Mu akhirat dan dunia mereka.” Lalu Allah menjawab: “Naungi mereka dengan
rahmat-Ku.” Lalu para malaikat itu berkata: “Di antara mereka terdapat si fulan
yang banyak dosanya, ia hanya kebetulan lewat lalu mendatangi mereka.” Lalu
Allah – Yang Maha Suci dan Maha Luhur - menjawab: “Naungi mereka dengan
rahmat-Ku, mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk
bersama mereka.” (HR. al-Bazzar. Al-Hafizh al-Haitsami berkata dalam Majma’
al-Zawaid [16769, juz 10, hal. 77]: “Sanad hadits ini hasan.” Menurut al-Hafizh
Ibnu Hajar, hadits ini shahih atau hasan).
Hadits di atas menganjurkan acara majlis dzikir yang
komposisi bacaannya beraneka ragam seperti halnya yang anda jumpai dalam Tahlilan atau semacamnya. Wallahualam.
Ust. M. Idrus Ramli
Posting Komentar