Alhamdulillah segala puji milik Allah yang telah memilih kalian untuk
memikul amanah yang agung ini. Semoga Allah menolong kalian agar bisa
menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Wahai Allah rekatkanlah hati dan
sanubari-sanubari kami ini dengan hati dan sanubari orang-orang yang dekat dan
Engkau cintai dengan sanad yang kuat yang tersambung kepada mereka.
Hakikat keistimewaan dalam Islam adalah dengan memerdekakan nafsu kita
dan juga memerdekakan orang lain dari jajahan nafsu-nafsu mereka sendiri. Allah
telah menyebutkan kepada kita tentang perkara dakwah di jalan Allah dengan
cara/metode dakwah yang diterima oleh Allah SWT yang bermanfaat bagi
masyarakat.
Pertama, memenuhi hati dengan pengagungan kepada Allah hingga ia takut
dan berharap hanya kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT mengatur slogan
ini di lidahnya para rasul seperti tercantum dalam al-Quran:
وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّ
الْعَالَمِينَ
"Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas
ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam."
(QS. asy-Syu'ara ayat 109, 127, 145, 164 dan 180).
Allah memuji orang-orang yang menyampaikan risalahNya dengan takut
hanya kepada Allah dan menjadikan Allah sebaik-baik perlindungan:
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ
أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ حَسِيبًا
"(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah,
mereka takut kepadaNya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain
kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai perlindungan." (QS. al-Ahzab ayat
39).
Sesungguhnya yang patut menyandang dakwah di jalan Allah adalah orang
yang hatinya berharap dan takut hanya kepada Allah. Dan selama di dalam hatinya
masih ada titik harapan kepada selain Allah maka pasti dia tidak akan selamat
dari kekacauan dalam dakwahnya. Baik disadari maupun tanpa disadari ada
kepentingan demi sesuatu yang diharapkan selain Allah atau demi kekhawatiran
selain khawatir kepada Allah.
Dan kita pun membaca wahyu Allah di dalam metode dakwah yang benar,
Allah memerintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun:
اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا
"Pergilah kalian berdua kepada Fir'aun, sampaikan dakwahku, dan
ucapkan kepada dia dengan penyampaian yang lembut." (QS. Thaha ayat
43-44).
Sesungguhnya akal-akal yang berpikiran bahwa 'sesungguhnya engkau belum
melaksanakan nahi munkar apabila engkau tidak berucap dengan kata-kata yang
kasar dan keras", maka ucapan dan pemikiran itu bertentangan dengan wahyu
Allah. Lihat wahyu Allah tentang metode dakwah ini, ketika mengatakan Fir'aun
telah berbuat hal-hal yang jahat dan melewati batas, seharusnya setelah kalimat
ini 'kasari dia atau bunuh dia atau habisi dia', bukan. Melainkan "فَقُولَا
لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا". Justru metode dakwah kalian adalah dengan ucapan
dan penyampaian yang lembut.
Adapun metode hati adalah dengan harapan dan optimisme "لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ
أَوْ يَخْشَىٰ". Mudah-mudahan ia menjadi ingat Allah atau takut kepada
Allah sehingga ia menjadi sadar.
Disampaikan Oleh: Habib Umar bin Hafidz dalam acara Jalsatuddu'at
Pertama di JIC (Jakarta Islamic Center) Jakarta Utara, Ahad malam Senin 15
Oktober 2017 Sumber berita: https://web.facebook.com/KumpulanFotoUlamaDanHabaib/photos/a.356613851095960.85503.347695735321105/1478097262280941
Posting Komentar