Dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “Bau
wangi surga akan tercium dari jarak sejauh 500 tahun, dan tetapi tidak akan mendapati (mencium) wangi
surga itu orang yang mengungkit-ungkit amal kebaikannya (riya’ atau ‘ujub dengan
amalnya), dan orang yang durhaka (kepada orang tuanya) dan orang yang senang
minum khamar”.
Bahkan lebih daripada itu, Allah Ta’ala tidak akan menerima amal kebaikan orang
yang durhaka kepada ayah bundanya, selagi dia belum bertaubat dan meminta ridho
dan maaf kepada mereka. Sebanyak apapun amal kebaikannya, sungguh itu tiada
berguna baginya. Sebab seperti kita ketahui bahwa jika orang tua murka kepada
anaknya, maka pada saat yang sama Allah pun murka kepadanya. Lalu apalah arti
amal kebaikan jika dia dimurkai Allah.
Telah diriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “Terdapat
tiga golongan yang mana Allah tidak akan menerima dari mereka ibadah yang wajib maupun
yang sunnah, orang yang durhaka (pada orang tuanya), orang yang mengungkit-ungkit
kebaikannya dan yang mendustakan qadar (ketentuan) Allah”. (HR. Ibnu Abi ‘Ashim
dari Abi Umamah RA).
Banyak cara yang dilakukan seorang anak, sehingga dia dikatakan telah
mendurhakai ayah bundanya. Kadang diantara mereka memukul orang tuanya, berkata
keji di hadapannya, memakinya, menyakiti hatinya, membuatnya menangis dan
bersedih bahkan ada yang melaknatnya.
Kita juga telah mendengar ada seorang anak memperkosa ibunya sendiri, membunuh
ayahnya dan bahkan dengan cara yang sangat tragis dan bengis. Adapula dari
mereka yang memperlakukan orang tuanya seperti budak atau pembantunya. Dan lain
sebagainya dari perlakuan yang keji dan tidak bermoral. Ini semua tergolong
‘Uququl Waalidain yang akan mendulang murka Allah SWT.
Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW duduk bersama sahabatnya, beliau
bersabda (yang artinya), “Sungguh termasuk dosa besar yang paling besar adalah seorang
anak melaknat kedua orang tuanya”, beliau ditanya, “Ya Rasulullah, bagaimana
seorang anak akan melaknat orang tuanya?”, beliau menjawab, “Dia mencaci (menghina)
ayah seseorang, sehingga orang itu mencaci ayahnya, dia mencaci ibu seseorang
sehingga orang itu mencaci ibunya”. (HR. Bukhori dan Muslim).
Kenapa orang itu melakukan dosa besar?, karena dia telah menghina dan mencaci
orang tuanya, kenapa bisa demikian?, karena dia mencaci orang tua seseorang,
sehingga orang itu mencaci orang tuanya, maka dialah penyebab terjadinya cacian
dan hinaan terhadap orang tuanya sendiri.
Juga telah diriwayatkan, ada seseorang datang kepada Rasulullah SAW, lalu
berkata, “Ya Rasulullah, aku telah bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan
engkau adalah utusan Allah, aku telah sholat lima waktu, aku tunaikan zakat, dan aku puasa”.
Setelah mendengar pernyataannya beliau SAW bersabda (yang artinya), “Barang
siapa meninggal dengan melakukan semua ini, maka dia akan dikumpulkan bersama para Nabi,
Ash Shiddiqin dan para Syuhada’ kelak di hari kiamat, selagi dia tidak durhaka
kepada orang tuanya”. (HR. Ahmad, Ath Thabari dan Ibnu Hibban dari ‘Amr bin
Murrah Al Juhani RA)
Lihatlah, betapa besar dosa durhaka kepada orang tua. Dia akan dilaknat oleh
Allah dan oleh seluruh penduduk langit dan bumi seperti disebutkan dalam
riwayat (yang artinya), “Dilaknat siapa yang durhaka kepada orang tuanya” (HR.
Ath Thabarani dan Al Hakim dari Abu Hurairah RA)
Bahkan telah datang riwayat kepada kita, bahwa dari kejinya perbuatan ‘uququl
waalidain, sehingga Allah Ta’ala berkenan dan berkehendak untuk mendahulukan
siksaan, dosa dan sanksi-Nya di dunia untuk orang yang berbuat ‘uququl
Waalidain. Sebelum adzab di akhirat yang telah menantinya. Rasulullah SAW
bersabda (yang artinya), “Setiap dosa akan diakhirkan (ditunda pembalasannya) sesuai dengan kehendak
Allah sampai hari kiamat kecuali (dosa) durhaka kepada orang tua. Sungguh Allah
akan mempercepat (mendahulukan)nya kepada pelakunya selagi dia hidup sebelum
dia mati”. (HR. Al Hakim dan Al Ashbahani dari Abu Bakrah).
Cukuplah kiranya dengan hadits-hadits yang telah kami kemukan diatas sebagai
peringatan keras bagi mereka yang menyakiti orang tuanya, harapan kami agar
mereka segera bertaubat dan meminta maaf dan ridho orang tuanya. Jika tidak,
maka kembali kepada judul dalam Risalah (tulisan ini), dia akan mendulang Murka
Allah Ta’ala.
Mudah-mudahan kita diselamatkan oleh Allah dari segala bentuk kemaksiatan dan
kemungkaran. Dan kita dimudahkan untuk melakukan ketaatan dan ibadah dengan
khusyu’ dan khudhu’. Amin.
Al Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Al Aydrus
Posting Komentar