Ada yang spesial di bulan Safar bagi Warga Desa Jepang, Kecamatan
Mejobo, Kabupaten Kudus, karena mereka akan menggelar acara tahunan yaitu
festival Kirab Rebo Wekasan. Kirab Rebo Wekasan itu dikemas dalam bentuk kirab
budaya yang diakhiri dengan pembagian air salamun yang berasal dari kata
'salam' yang berarti 'selamat' yang berarti air yang menyelamatkan.
Biasanya Kirab berlangsung dari lapangan Kecamatan Mejobo dan
berakhir di Masjid Al Makmur. Kirab itu mengusung aneka potensi Desa Jepang,
terutama hasil pertanian dan kerajinan bambu.
Kirab itu sekaligus pelestarian tradisi syiar Islam yang dilakukan
seorang ulama bernama Ndoro Ali pada 1925. Dalam syiarnya, Ndoro Ali
membagi-bagikan air salamun yang bersumber dari sumur kuno Masjid Al Makmur.
Konon, sumur itu muncul setelah Sunan Kudus menancapkan tongkat di sekitar
masjid. Hal itu terjadi bersamaan ketika Aryo Penangsang membangun Masjid Al
Makmur.
Semaraknya acara tersebut biasanya akan diawali dengan ziarah kubur para wali,
kemudian disusul beragam acara seperti bazaar, pentas seni yang akan berlangsung selama satu minggu dan melibatkan penduduk sekitar untuk berkreasi, serta pengajian umum.
Pengajian umum diselenggarakan di Masjid Jami’ Al Makmur Jepang. Untuk Safar
1439 H tahun ini, panitia pengajian rencananya akan mengundang Habib Luthfi dan
Gus Qouyyum untuk memberikan mauidhoh hasanah dan doa. Pengajian yang akan
dilaksanakan pada tanggal 5 November 2017 tersebut juga dimaksudkan untuk
memperingati Maulid Nabi Muhammad yang sebentar lagi akan kita peringati.
Kembali ke Festival Kirab Rebo Wekasan, biasanya Peserta kirab
sudah ditata mengenakan pakaian tertentu yang mencerminkan semua elemen
masyarakat. Mulai dari pengusaha, buruh, pelajar dan juga komunitas-komunitas
masyarakat yang ada, seperti organisasi masyarakat dan kepemudaan serta
perwakilan-perwakilan masjid dan mushala seantero Desa Jepang. Masing-masing
kelompok membawa atribut dan kreasinya, seperti: gunungan yang berisi hasil
bumi untuk disantap bersama-sama, miniatur masjid, penokohan seorang figur
sesepuh desa pada jaman dahulu, figur alim-ulama yang disegani, hingga
visualisasi para iblis dan simbol berbagai penyakit yang seolah-olah telah siap
menjangkiti masyarakat. Untuk tahun ini, Kirab Rebo Wekasan akan dilaksanakan pada hari Selasa 14 November 2017 mulai ba'da Dhuhur (sekitar pukul 13.00).
Inti acara festival Rebo wekasan sendiri adalah pembagian Air Salamun. Air
tersebut diambil dari sumur wali yang merupakan sumur peninggalan para wali.
Setelah sebelumnya dibumbui bacaan doa-doa oleh para kyai dan para santri,
dilengkapi dengan pembacaan ayat suci Al Qur'an sampai khatam 30 juz. Khataman qur'an sendiri akan diselenggarakan pada hari Senin malam selasa 13 November 2017 yang akan dipimpin oleh KH. Abdul Hamid (Alhafidz).
Maksud diadakannya pembagian air salamun ini adalah perwujudan syukur atas anugerah berupa air sebagai sumber keselamatan sesuai firman Allah SWT
Maksud diadakannya pembagian air salamun ini adalah perwujudan syukur atas anugerah berupa air sebagai sumber keselamatan sesuai firman Allah SWT
“…dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami
menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi
minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak
dan manusia yang banyak. …” (QS. al-Furqan: 48-50).
Dengan adanya acara ini, masyarakat juga diingatkan agar dapat
menghargai air, menjaga kelestarian sumber air dan alam itu sendiri serta tidak
membuang-buang air untuk sesuatu yang mubadzir. Jadi, kita tunggu saja Kirab
Rebo Wekasan yang sudah menjadi agenda wisata budaya dan religi Pemerintah
daerah Kabupaten Kudus.
Posting Komentar