Suatu hari, Senin, Tsuwaibah datang kepada tuannya Abu Lahab
seraya memberikan kabar tentang kelahiran bayi mungil bernama Muhammad,
keponakan barunya. Abu Lahab pun bersuka cita.
Ia melompat-lompat riang gembira seraya meneriakkan kata-kata pujian atas
kelahiran keponakannya tersebut sepanjang jalan.
Sebagai bentuk luapan kegembiraan, ia segera mengundang tetangga-tetangga dan
para kerabat dekatnya untuk merayakan kelahiran keponakan tercintanya ini: Bayi
laki-laki yang mungil, lucu, sempurna.
Tidak cukup sampai di situ. Sebagai penanda suka citanya, ia berkata kepada
budaknya Tsuwaibah di hadapan khalayak ramai yang mendatangi undangan perayaan
kelahiran keponakannya, ”Wahai Tsuwaibah, sebagai tanda syukurku atas kelahiran
keponakanku, anak dari saudara laki-lakiku Abdullah, maka dengan ini kamu
adalah lelaki merdeka mulai hari ini.
Demikian dikisahkan dalam kitab Shahih Bukhari. Ini pada hari Senin
pada satu tahun yang kemudian dikenal dengan Tahun Gajah.
Kelak Abu Lahab tampil menjadi salah satu musuh Muhammad SAW dalam berdakwah.
Bahkan sosoknya yang antagonis dikecam dalam satu surat tersendiri dalam
Al-Qur'an. Ia ingkar terhadap risalah kenabian. Namun, karena ekspresi
kegembiraannya menyambut kelahiran keponakannya, menurut satu riwayat, Abu
Lahab mendapatkan keringanan siksa kubur, yakni pada setiap hari Senin.
Dalam kitab “Anwarul Muhammadiyah“ yang disusun oleh Syekh
Yusuf Bin Ismail An-Nabhani, diterangkan bahwa pada saat hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW, seorang wanita budak belian dari Abu Lahab (tokoh kafir
jahiliyyah) yang bernama Tsuwaibah menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran
Nabi Muhammad SAW kepada Abu Lahab. Karena senangnya Abu Lahab mendapat berita
itu, spontan budak wanitanya yang bernama Tsuwaibah itu dibebaskan dan
dihadiahkan kepada Siti Aminah, Ibunda Muhammad SAW, untuk menyusui bayinya
tersebut.
Ketika Abu Lahab telah meninggal dunia seorang sahabat
Nabi ada yang bertemu dalam mimpinya dan menanyakan tentang nasibnya di akhirat.
Abu Lahab menjawab, "Saya disiksa selama-lamanya
karena kekafiran saya tetapi pada tiap-tiap hari senin saya diberi keringanan
dari siksaan bahkan aku bisa mencium dua jari tanganku dan bisa keluar airnya
untuk saya minum."
Dan ketika ditanya, "mengapa bisa demikian?" Abu Lahab
menjawab, "Ini adalah merupakan hadiah dari Allah karena kegembiraanku pada
saat kelahiran Nabi Muhammad SAW."
Dalam sebuah riwayat dikatakan :
مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِىْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَـوْمَ
الْقِيَا مَةِ. وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِى فَكَأَ نَّمَا اَنْفَقَ
جَبَلاً مِنْ ذَ هَبٍ فِى سَبِيْلِ اللهِ
“Barang siapa yang memuliakan hari kelahiranku, maka
aku akan memberinya syafa’at pada hari kiamat. Dan barang siapa memberikan
infaq satu dirham untuk memperingati kelahiranku, maka akan diberi pahala
seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah.
Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq berkata :
مَنْ أَنْفَقَ دِرْ هَماً فِى مَوْ لِدِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِيْ فِى الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham untuk
memperingati kelahiran Nabi SAW akan menjadi temanku masuk surga”.
Sahabat Umar Bin Khoththob berkata :
مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ أَحْيَا اْلإِسْلاَمَ
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran
Nabi SAW, berarti telah menghidupkan Islam”.
Sahabat Ali Bin Abi Tholib berkata :
مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْياَ اِلاَّ بِاْلإِ يْمَانِ
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran
Nabi SAW, apabila pergi meninggalkan dunia pergi dengan membawa iman”.
Syaiful
Anam
Posting Komentar