عن عامر بن ربيعة أن النبي
صلى الله عليه وسلم قام على قبر عثمان بن مظعون وأمر فرش عليه الماء. (رواه البزار
ورجاله موثقون إلا أن شيخ البزار محمد بن عبد الله لم أعرفه. مجمع الزوائد ومنبع الفوائد
. محقق – ج 3 / ص 67)
“Diriwayatkan dari Amir bin Rabiah bahwa Nabi SAW
berdiri di atas kuburan Utsman bin Madz’un dan menyuruh untuk
menyiram air diatasnya” (HR al-Bazzar. Al-Hafidz al-Haitsami berkata: Para
perawinya terpercaya kecuali guru al-Bazzar, Muhammad bin Abdillah, saya tidak
mengetahuinya” [Majma’ az-Zawaid 3/67])
Hadis lainnya adalah sebagai berikut:
وعن عائشة أن النبي صلى
الله عليه وسلم رش على قبر ابنه إبراهيم. (رواه الطبراني في الأوسط ورجاله رجال الصحيح
خلا شيخ الطبراني. مجمع الزوائد ومنبع الفوائد . محقق - ج 3 / ص 67)
“Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi SAW menyiram air
diatas kubur putranya, Ibrahim” (HR al-Thabrani. Al-Hafidz
al-Haitsami berkata: ”Para perawinya adalah perawi hadis sahih, selain
guru al-Thabrani” [Majma’ az-Zawaid 3/67])
Bahkan makam Rasulullah SAW juga disiram dengan air:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ قَالَ : رُشَّ عَلَى قَبْرِ النَّبِىِّ –صلى الله
عليه وسلم- الْمَاءُ رَشًّا. قَالَ : وَكَانَ الَّذِى رَشَّ الْمَاءَ عَلَى قَبْرِهِ
بِلاَلُ بْنُ رَبَاحٍ بِقِرْبَةٍ بَدَأَ مِنْ قِبَلِ رَأْسَهِ مِنْ شِقِّهِ الأَيْمَنِ
حَتَّى انْتَهَى إِلَى رِجْلَيْه (سنن البيهقى – ج
2 / ص 402)
“Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa makam
Rasulullah SAW disiram dengan air. Orang yang melakukannya adalah Bilal bin
Rabah dengan gayung yang diawali dari arah kepala sisi bagian kanan, hingga
sampai ke kedua kaki Nabi” (HR al-Baihaqi 2/402. Juga Ibnu Sa’d
dalam al-Thabaqat al-Kubra 2/306)
Oleh karena itu, beberapa ulama 4 Madzhab Ahlisunnah
menghukumi sunnah menyiram air di atas kubur, meski sebagian lain menilai
hadis-hadis di atas ada yang dlaif. Lalu bagaimana dengan air kembang?
Syaikh
al-Azhar, Sulaiman al-Jamal yang mengutip dari Syaikh Ali Syibramulisi,
berkata:
يُكْرَهُ رَشُّ الْقَبْرِ
بِمَاءِ الْوَرْدِ وَلَا يَحْرُمُ ؛ لِأَنَّهُ لِغَرَضٍ شَرْعِيٍّ وَلَمْ يُفَرِّقُوا
بَيْنَ التَّعَيُّنِ وَعَدَمِهِ وَأُجِيبَ عَنْ عَدَمِ التَّحْرِيمِ وَإِنْ كَانَ فِيهِ
إضَاعَةُ مَالٍ بِأَنَّهُ خَلْفَنَا شَيْءٌ آخَرُ وَهُوَ إكْرَامُ الْمَيِّتِ وَحُصُولُ
الرَّائِحَةِ الطَّيِّبَةِ لِلْحَاضِرِينَ وَحُضُورُ الْمَلَائِكَةِ بِسَبَبِ ذَلِكَ
وَمِنْ ثَمَّ قِيلَ لَا يُكْرَهُ الْقَلِيلُ مِنْهُ ا هـ . ع ش . (حاشية الجمل - ج
9 / ص 314)
“Makruh menyiram kubur dengan air mawar dan tidak
haram, sebab ada tujuan yang sesuai syariat. Para ulama tidak membedakan antara
menentukan air bunga mawar atau lainnya. Mengapa tidak haram meski ada bentuk
penghamburan harta? Dijawab bahwa setelah kita tinggalkan kuburan, ada sesuatu
yang lain, yaitu memuliakan mayit dan supaya harum bagi orang yang hadir di
makam, juga untuk kehadiran malaikat. Oleh karenanya dikatakan bahwa tidak
makruh jika sedikit” (Hasyiah al-Jamal 9/314)
Terkait banyaknya siraman atau tidak justru dihukumi makruh
dan tidak ada kaitan dengan terkabulnya doa. Doa yang terkabul adalah karena
faktor kesungguhan dan kekhusyukan:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ
بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ
لاَهٍ » (رواه الترمذى حديث حسن)
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda: “Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan
dikabulkan. Ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lupa
dan bermain-main” (HR al-Turmudzi, hadis hasan).
Bahtsul Masail Simo Sidomulyo, Surabaya (20/04/2014)
Posting Komentar