Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Ketenangan dan Kekacauan (1)

Ketenangan dan Kekacauan (1)

Setiap orang yang hidup di permukaan bumi ini pasti menginginkan agar perjalanan hidupnya berlangsung menyenangkan. Jasmani yang sehat, jiwa yang tenang, memperoleh sesuatu yang dibutuhkan dengan mudah dan rizki yang cukup merupakan diantara hal-hal yang membuat manusia merasakan hidup ini jadi menyenangkan. 

Apa-apa yang menjadi harapan manusia sebenarnya telah disediakan oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan (QS Al Mulk [67]:15)

Bumi tempat manusia bertempat tinggal dan berpijak diciptakan oleh Allah SWT untuk kemudahan bagi manusia. Karena itu, Sayyid Quthb dalam tafsirnya menyatakan: bumi ini mudah untuk manusia bertempat tinggal, berjalan, mempergunakan tanahnya, airnya, udaranya, simpanannya, kekuatannya dan rizkinya. Selanjutnya beliau menyatakan: Bumi yang mudah bagi manusia untuk berjalan dengan kaki dan dengan kendaraan di atasnya, serta dengan kapal yang membelah lautan. Bumi yang mudah untuk ditanami, dipetik dan dipanen hasilnya. Mudah untuk hidup di atasnya dengan udaranya, airnya dan tanahnya yang baik untuk tanaman dan tetumbuhan”.

Oleh karena itu, sebagai manusia yang telah dikaruniai tempat hidup yang menyenangkan dengan segala rizki yang kita butuhkan, semestinya kita menjadi orang yang pandai bersyukur kepada Allah SWT yang telah mengkaruniakannya, manakala kita bersyukur, Allah SWT akan menambah karunia kenikmatan bagi kita dalam menjalani kehidupan ini sebagaimana firman-Nya: Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS Ibrahim [14]:7).

Rasa syukur kepada Allah SWT tidak cukup hanya dilakukan dalam bentuk mengucapkan alhamdulillah dan mengakui bahwa hal itu memang berasal dari Allah SWT, tapi bersyukur juga harus dilakukan dalam bentuk memanfaatkan segala anugerah Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya dalam arti yang luas, yakni beramal shaleh yang sebanyak-banyaknya, bila seseorang tidak beramal shaleh dari apa yang diberikan kepadanya, maka ia termasuk orang yang tidak pandai bersyukur, Allah SWT berfirman: Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah), dan sedikit sekali hamba-hamba-Ku yang berterima kasih (QS Saba [34]:13).

Bersyukur kepada Allah SWT akan membawa keberuntungan bagi diri orang yang bersyukur karena dengan demikian ketenangan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat akan diraihnya, sedangkan bila seseorang tidak pandai bersyukur maka hal itu akan merugikan dirinya sendiri, sedangkan Allah SWT tidak pernah merasa rugi bila ada manusia yang tidak bersyukur kepada-Nya, tapi orang itu sendirilah yang rugi, karenanya Luqman menasihati anaknya agar bersyukur kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS Luqman [31]:12).



Ust. Ahmad Yani
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger