Diriwayatkan
di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Sayyidatuna Aisyah radhiyallahu 'anha wa
ardhaha berkata, ”saat itu aku masih sangat kecil, setiap hari Rasulullah datang
ke rumah kami setiap pagi atau sore, begitu terus setiap harinya, maka ketika
turun perintah shalat, tiga tahun sebelum hijrah, ketika itu Rasul shallallahu
'alaihi wasallam masih di Makkah, dan ketika sayyidina Abu Bakr As Shiddiq
melakukan shalat dan dilarang oleh kuffar Qurays. Karena melakukan shalat ini
adalah hal yang wajib, maka Abu Bakr meninggalkan Makkah agar jangan sampai ia
meninggalakan shalatnya.
Mana
yang lebih lebih beliau cintai, shalat atau kampung halamannya dan harta nya ?
Maka mereka tinggalkan kampungnya, keluarganya, hartanya demi untuk sujud dan
mendekat kepada Allah, mereka keluar ke Habsyah diantaranya ada Abu Bakr As
Shiddiq. Mereka tidak mempunyai harta dan keadaan disana tidak seperti sekarang,
kalau zaman sekarang orang mau keluar dari Jakarta melewati pintu yang mana
saja bisa, bisa lewat Tangerang, Depok, Bekasi, Bogor, lewat dari mana saja
bisa, tetapi zaman dahulu jika itu gerbang masuknya maka itu juga tempat
keluarnya, tidak boleh ada orang yang keluar masuk sembarangan.
Orang
yang berhijrah karena mengikuti Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
tidak boleh membawa harta, pergi dengan apa yang ada di badannya, dengan bekal
secukupnya yang kira-kira dia akan mati kehausan dan kelaparan di dalam
perjalanan. Maka Abu Bakr As Shiddiq keluar dari Makkah terpaksa, karena ia
lebih mencintai shalat daripada harta dan nyawanya, maka ia keluar meninggalkan
kekasihnya sang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Namun, di tengah
jalan ia berjumpa dengan Ibn Dufnah, demikian riwayat Shahih Al Bukhari, kemudian
ia berkata:”Wahai Aba Bakr engkau mau kemana?,
Abu Bakr menjawab, ”Aku
mau hijrah”,
Lantas dia bertanya lagi, ”hijrah kemana dan untuk apa?”
Abu Bakr menjawab, ”Hijrah ke Habsyah ( di Afrika ), untuk beribadah
mengikuti ajaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, tapi di Makkah
tidak boleh beribadah”,
Lantas dia berkata, ”Kenapa tidak kau teruskan
beribadah, kau takut mati dengan membela ibadahmu ?”
Maka Abu Bakr As
Shiddiq berkata, ”kalau kami beribadah di Makkah, yang akan disiksa adalah
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, sedangkan shalat adalah hal yang
wajib dilakukan oleh kami maka tidak boleh kami tinggalkan, tapi jika kami
melakukan maka Nabi Muhammad akan di bantai maka lebih baik kami keluar untuk
menyelamatkan Rasul”.
Mereka
tinggalkan semua keluarga, kerabat dan hartanya, demi cinta mereka kepada Allah
dan RasulNya. Kemudian Ibn Dufnah tidak terima dan berkata, ”Wahai Abu Bakr,
engkau keluar dari Makkah, padahal kau orang baik, dermawan dan kaya raya,
menyambung silaturrahmi, maka kembalilah ke Makkah aku yang akan menjamin. Maka
Rasul ikut kembali ke Makkah, kemudian Ibn Dubnah datang kepada Abu Jahl, Abu
Lahab dan semua pembesar Qurays di datangi. Mereka kuffar Qurays itu sombong,
kehormatan dirinya, harga dirinya lebih tinggi dari segala-galanya bagi mereka.
Jadi kalau mereka mengatakan”A”, lantas ada orang yang menjadikan diri mereka
terganggu maka perkataan itu akan berubah menjadi”Z”, seratus delapan puluh
derajat bisa berubah jika sudah disinggung harga dirinya, karena sombong.
Maka
Ibn Dubnah berkata kepada kuffar Qurays:”kalian ini ternyata hanya banci-banci
yang tidak mempunyai kemampuan apa-apa, tidak sanggup menghadapi satu orang
saja, padahal dia tidak membawa senjata dan tidak memiliki pasukan, kaya raya
dan dermawan serta menyambung silaturrahmi, dan tidak pernah berbuat salah
apa-apa, yang hanya ingin melakukan ibadah untuk mengikuti kepercayaannya,
tetapi kalian sudah ketakutan hingga mengusirnya, sungguh kalian pengecut !!,
maka kuffar Qurays berkata:”bukan begitu maksudnya, tetapi kami tidak senang
kalau mereka beribadah disini karena yang lain nanti akan ikut kepada ajarannya”,
maka Ibn Dubnah berkata:”Aku yang jamin hal itu, biarkan dia tetap beribadah di
tempatnya jangan kalian mengusirnya”, akhirnya mereka terdiam.
Abu Bakr As Shiddiq pun mulai membuat tempat shalat ( mushalla ) kemudian shalat
dan membaca Al Qur'an di tempat itu, dan dia tidak pernah bisa menahan diri
dari tangisnya ketika membaca Al Qur'an, maka mulailah kaum wanita, pemuda dan
anak-anak asyik mendengar, karena Al Qur'an berbahasa Arab jadi mereka faham
bacaannya.
Mendengar hal itu, maka Kuffar Qurays marah dan memanggil Ibn Dubnah
dan berkata:”Wahai Ibn Dubnah dulu kau yang akan menjamin, sekarang anak-anak,
pemuda dan kaum wanita mulai mengikuti Abu Bakr As Shiddiq, maka cepat engkau
keluarkan dia dari tempat ini, atau kami yang akan mengambil keputusan”, maka
Ibn Dubnah berkata:”baiklah nanti saya akan membicarakannya dengan Abu Bakr As
Shiddiq”. Ketika Abu Bakr diberi tau oleh Ibn Dubnah, maka beliau menghadap
kepada Rasulullah dan berkata”Wahai Rasulullah aku akan hijrah”, maka Rasul
menjawab:”tunggu wahai Aba Bakr, barangkali Allah akan menurunkan izin bagiku
untuk hijrah, maka tidak lama kemudian Rasul shallahu 'alihi wasallam bersabda:
رَأَيْتُ
فِي اْلمَنَامِ أَنِّي أُهَاجِرُ مِنْ مَكَّةَ إِلَى أَرْضٍ بِهَا نَخْل.
“Aku melihat di dalam mimpiku, bahwa aku akan hijrah ke
tempat yang hijau yang terdapat banyak pohon kurma”. Maka semua orang tahu
bahwa tempat yang dimaksud adalah kota Yatsrib yaitu Madinah Al Munawwarah.
Maka mulailah para sahabat hijrah.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar