Perlu
diketahui bahwa hijrahnya Rasul itu bukan di bulan Muharram tetapi pada tanggal
1 Rabi'ul Awwal. Lantas mengapa 1 Muharram dijadikan awal perhitungan hijriah,
karena pada saat 1 Muharram itulah munculnya izin bagi Rasul untuk hijrah, dan
para sahabat mulai hijrah ke Madinah pada 1 Muharram diantaranya adalah
sayyidina Utsman dan sahabat lainnya mulai hijrah, tetapi Rasulullah masih
bertahan di Makkah, beliau masih sibuk mengatur, meskipun rumah beliau sempit
tetapi beliau memiliki kantor juga, kantor untuk penitipan amanat, jika ada
yang akan pergi ke luar Makkah untuk beberapa lama maka barang-barang berharga
akan dititipkan disana, atau mungkin ada yang mempunyai anak dan membutuhkan
orang yang bisa menyusuinya maka meminta bantuan kepada Rasulullah untuk
mencarikannya, inilah shahibul amanah maka Rasul shallallahu 'alaihi wasallam
masih bertahan di Makkah Al Mukarramah menyelesaikan amanahnya terlebih dahulu,
yaitu barang-barang yang dititipkan kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam,
termasuk juga barang-barang Abu Lahab dan Abu Jahl dan semua musuh-musuhnya
juga menaruh amanah kepada Rasul shallallahu 'alaihi wasallam karena beliau
adalah orang yang paling amanah.
Ketika
telah selesai semua amanahnya, barang-barang dikembalikan kepada pemiliknya,
maka Rasul mulai melakukan hijrah, malam itu malam 1 Rabi'ul Awwal beliau
keluar sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari, Sirah Ibn Hisyam dan lainnya, dan
menginap di goa Tsaur selama tiga malam dan pada hari ketiga melanjutkan
perjalanan dan dikejar oleh Suraqah, sebelum ia masuk Islam, Suraqah mempunyai
ketajaman di dalam memahami jejak, jadi kalau ada sepuluh langkah maka Suraqah
ini bisa membedakan, biasanya kita bertanya yang mau kita cari ciri-cirinya
bagaimana, tinggi badannya, umurnya dan lainnya. Tapi Suraqah bisa mengetahui
langkah kudanya atau keledainya, bukan langkah orangnya karena orang-orang
zaman dahulu tidak jalan kaki.
Di
setiap harinya ratusan orang keluar Makkah, maka Suraqah berkata:”tidak perlu
orang lain, aku sendiri yang akan mengejar Muhammad”yang lain tidak usah ikut
mengejar, kalau sudah Suraqah yang mengejarnya maka yang lain tidak ada gunanya.
Maka Suraqah keluar mencari dan kemudian menemukannya, karena memang pakarnya,
kalau dalam bahasa kita adalah bagian tim penyelidik, pencari jejak.
Abu Bakr
As Shiddiq orang yang sangat cinta kepada Rasul shallallahu 'alaihi wasallam
yang selalu menjaga Rasul dari bahaya, yang terkadang di depan Rasul, terkadang
di samping beliau, terkadang di belakang beliau. Beliau di belakang Rasul
berfikir kalau ada jurang yang tajam di depan Rasul atau ada pegunungan
barangkali ada orang di atas sana yang ingin memanah, maka Abu Bakr lari ke
depan supaya kalau ada panah maka akan terkena ke beliau bukan terkena Rasul
shallallahu 'alaihi wasallam, dan ketika ia melihat di sebelah kiri banyak
pohon kaktus maka ia lari ke sebelah kiri khawatir ada orang yang menyerang
Rasul dari kiri, terus seperti itu yang dilakukan Abu Bakr As Shiddiq karena
risau dan cintanya kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Ketika
Abu Bakr melihat ke belakang ternyata ada orang yang mengikuti mereka maka Abu
Bakr berkata:”Ya Rasulullah ada orang yang mengejar kita di belakang”, tapi
Rasulullah tetap berjalan dengan tenang sambil membaca Al Quran Al Karim, Rasul
adalah orang yang paling damai dan tenang tidak risau dengan segala yang
terjadi di alam semesta, di hadapannya keagungan Allah subhanahu wata'ala maka
Rasulullah tetap santai saja berpaling pun tidak, sedangkan Abu Bakr berkata
dengan risau:”Wahai Rasulullah orangnya semakin mendekat”, tapi Rasulullah
tetap diam.
Yang
ketiga kalinya Abu Bakr berkata:”Wahai Rasulullah yang datang adalah orang yang
bersenjata, dia pakai perisai, membawa pedang dan tombak”. Maka Rasulullah
hanya melirik sedikit dan berjalan maka Suraqah dan kudanya di pendam oleh bumi
sampai ke lutut kudanya, Suraqah tidak bisa maju lagi, maka Rasulullah terus
berjalan dan Abu Bakr terus melihat ke belakang, terlihat Suraqah mundur maka
Suraqah keluar dari pendaman tanah itu, dan ketika dia maju lagi untuk mengejar
Rasulullah ia pun terpendam lagi oleh tanah, terus saja begitu, ketika ia
mundur ia terbebas dari pendaman tanah dan ketika ia maju maka ia kembali di
pendam oleh tanah.
Maka ia berkata:”Wahai Muhammad”, maka Rasululullah pun
menoleh sedikit dan Suraqah pun terlepas dari pendaman tanah itu, kemudian ia
kembali mengejar dan ketika semakin dekat ia di pendam lagi oleh bumi, maka ia
berkata:”Wahai Muhammad”, maka Nabi Muhammad menoleh seakan-sekan memberikan
isyarat kepada bumi untuk melepaskan Suraqah, kemudian berjalan lagi, maka
Suraqah terbebas dari pendaman bumi. Dan yang ketiga hampir tombak Suraqah
mengenai belakang kuda Abu Bakr As Shiddiq, maka Abu Bakr berkata:”Wahai
Rasulullah orang itu sudah dekat dengan kita”, maka Rasulullah berkata:”Ya
Allah pendam dia sampai setengahnya”, maka terpendamlah Suraqah sampai ke leher
kudanya, maka Suraqah tidak bisa bergerak, mundur tidak bisa, maju pun tidak
bisa, maka ia mengangkat tombaknya dan berkata:”Aku menyerah, aku menyerah”.
Maka Rasul berdoa dan Suraqah keluar dari tempatnya, kemudian Suraqah berkata:”wahai
Muhammad, aku tidak akan mengejarmu lagi, tapi sebelum aku pergi berikan aku
secarik surat bahwa aku pernah berjumpa denganmu”, maka disimpanlah surat itu
oleh Suraqah kemudian pulang. Maka kuffar Qurays berkata:”Wahai Suraqah sudah
kau temukan Muhammad ?, jika tidak maka kami siap mencarinya”, maka Suraqah
berkata:”kalau aku sudah mencarinya dan tidak ketemu apalagi kalian, mereka
sudah pergi tidak tau kemana arahnya, entah ke Syam, entah ke Persia, entah ke
Baghdad entah kemana saya tidak tau, jejaknya tidak ketemu”.
Maka Rasulullah
terus melanjutkan perjalanannya dan ketika waktu dhuha, dan terik matahari
mulai terasa maka mereka mencari tempat untuk berteduh, kemudian Abu Bakr As
Shiddiq menaruh rida'nya ( sorban ) di buka dan dibentangkan di tanah dihadapan
Rasulullah, karena tanah itu panas terkena sinar matahari. Maka rida'nya yang
tebal dibentangkan supaya Rasulullah duduk tidak terkena tanah yang panas itu,
maka Rasulullah beristirahat.
Kemudian
Abu Bakr pergi ke beberapa penjuru barangkali ada air atau susu, maka beliau
membeli air dan susu dari penggembala yang jauh dari tempat itu. Dan beliau
kembali membawa susu itu yang ditutup dengan rida'nya yang satunya, dan ia
mempunyai kain lain yang juga menutupi air agar jangan sampai terkena debu,
sampai beliau duduk dihadapan sang Nabi maka ia meniup tutup dari bejana susu
itu supaya bersih dari debu, barulah kemudian dihadapkan ke Rasulullah,”Minumlah
wahai Rasulullah”, maka Rasulullah meminumnya lantas setelah itu Abu Bakr As
Shiddiq memberikan air, dan Abu Bakr As Shiddiq berkata:”Wahai Rasulullah mari
kita berjalan lagi”, maka Rasulullah berjalan sampai di suatu goa dan Rasul
shallallahu 'alahi wasallam masuk ke goa itu untuk beristirahat, terlihat di
dalamnya terdapat banyak lubang dan itu adalah sarang ular, maka Abu Bakr mulai
menutupinya dengan batu, tanah dan kain bahkan pakaiannya ada yang disobek
untuk menutupi lubang-lubang itu, tertinggal satu lubang belum tertutup.
Kemudian Rasulullah tidur di pangkuan Abu Bakr
As Shiddiq maka Abu Bakr tertuju kepada satu lubang itu yang belum ditutup dan
yang lain aman, begitu ia melihat ada yang bergerak dan ternyata seekor ular
yang keluar maka ditutup dengan tangannya dan ular itu menggigit dan terus
menggigit tangan Abu Bakr. Abu Bakr As Shiddiq hanya diam tidak berani bergerak,
karena tidak ingin membangunkan Rasulullah shallallahu 'alihi wasallam yang
tidur di paha beliau. Ia biarkan tangannya hancur terkena gigitan ular itu yang
sakit dan pedihnya tidak bisa ia tahan namun tidak berani bersuara apalagi
bergerak, karena takut membangunkan sayyidina Muahammad shallallahu 'alaihi
wasallam, maka ketika air mata mengalir tidak tahan merasa sakit yang demikian
dahsyat, maka airmata itu terjatuh terkena ke wajah Rasulullah, maka Rasulullah
terbangun dan berkata:”kenapa kau wahai Abu Bakr ? maka Abu Bakr menjawab:”ular
wahai Rasulullah”, maka Rasulullah berkata:”Angkat tanganmu”, maka tangannya
diangkat kemudian Rasulullah meludahi tangan bekas luka yang hancur karena
gigitan ular, dan tangan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq sembuh seperti semula,
lalu Abu Bakr As Shiddiq membunuh ular itu.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar