Para
Ulama' mengatakan di antaranya Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim
bin Hafizh, bahwa ular itu datang bukan ingin menggigit atau mengganggu Rasul, tetapi
ular itu datang ingin melihat wajah Nabi Muhammad shallallahu 'alihi wasallam,
mencari lubang di sana sini semua tertutup, dan ketika ada lubang terbuka
ternyata ada orang yang menghalanginya untuk memandang wajah Rasulullah maka
ular itu menggigit berkali-kali, karena biasanya ular berbisa itu kalau
menggigit hanya sekali saja tidak berkali-kali, tetapi ular ini menggigit terus
agar tangan Abu Bakr melepaskan tangannya dan ular itu bisa melihat wajah nabi
Muhammad shallallahu 'alaihin wasallam. Seluruh makhluk mencintai Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam.
Maka
perjalanan dilanjutkan sampai pada hari yang ke- 12 hari Senin 12 Rabiul Awal,
dan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke Madinah Al Munawwarah maka di
saat itu disambut dengan qasidah:
طَلَعَ
اْلبَدْرُ عَلَيْنَا مِنْ ثَنِيَّةِ اْلوَدَاع
Kemudian
Rasul mencari tempat untuk membangun rumah sekaligus masjid beliau di
sebelahnya. Maka sampailah ke suatu tempat yang di sebut tanah penyimpanan
gudang korma milik dua orang yang bernama Sahal dan Suhail, maka Rasul ingin
membelinya tapi Suhail berkata:”tidak wahai Rasulullah kami hadiahkan tanah
kepadamu”, tetapi Rasulullah menjawab:”tidak, tetapi harus dengan harga”, maka
dibayarlah kepada Suhal dan Suhail, dan mulailah di bangun masjid dan rumah
Rasul shallallahu 'alaihi wasallam yang sekarang di kenal dengan Masjid Nabawy
dan saat itu Rasul ikut mengambil batu bata dan memindahkannya satu persatu
dengan tangan beliau dan beliau sambil membaca qasidah. Tetapi zaman sekarang
orang-orang mengatakan qasidah itu bid'ah, karena dangkalnya pemahaman mereka
terhadap ilmu hadits, qasidah dibacakan oleh Rasul, Rasul berkata:
اَللَّهُمَّ
لاَ عَيْشَ إِلاَّ عَيْشَ اْلأخِرَةِ فَاغْفِرْ لِلْأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَةِ
“Wahai
Allah tiada kehidupan yang lebih sempurna melebihi kehidupan akhirah, maka
ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin”.
Maka di jawab oleh para sahabat, tapi
orang sekarang berkata”iya zaman Rasul membaca syair dan pujian kepada Allah
dan Rasul diperbolehkan, karena Rasul sendiri yang membacanya”, perkataan yang
seperti ini karena mereka tidak mengetahui ilmu hadits, di dalam riwayat Shahih
Al Bukhari ketika Rasul membaca qasidah, maka para sahabat menjawabnya
beramai-ramai:
نَحْنُ
الَّذِيْنَ بَايَعْنَا مُحَمَّدًا عَلَى الْجِهَادِ ماَ بَقِيْنَا أَبَدًا
Kami
yang bersumpah setia untuk Islam dan Jihad, maka kami siap untuk selalu membela
Nabi Muhammad, demikianlah yang sampaikan oleh para sahabat.Jadi qasidah yang
dibaca bersaut-sautan itu bukan bid'ah tetapi itu adalah sunnah yang sudah
mulai tidak di kenal lagi sehingga di anggap bid'ah. Sebagaimana sabda Rasul
shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa salah satu tanda hari kiamat adalah: Yang
menganggap bid'ah sebagai sunnah, dan sunnah dianggap bid'ah, yang mengatakan
bahwa tukang sihir adalah, dan wali Allah dikatakan sebagai tukang sihir, hal
itu adalah salah satu dari tanda-tanda hari kiamat. Dan yang demikian telah
terjadi sekarang, hal yang sunnah dilarang di Masjid karena kedangkalan
pemahaman terhadap syariat muthahharah.
Hijrah
tidak berhenti di saat itu walaupun delapan tahun kemudian Rasul shallallahu
'alaihi wasallam kembali menuju Fath Makkah, dan di saat itu Suraqah termasuk
orang yang di tangkap, dan para sahabat tahu bahwa orang itu adalah yang dulu
mengejar Rasul shallallahu 'alaihi wasallam di saat hijrah, maka mereka pun
menangkap Suraqah. Setelah ditangkap Suraqah berkata:”bebaskan aku, aku tamu
mulia Rasulullah”, maka para sahabat bertanya:”bagaimana kamu mengaku
sebagai tamu mulia Rasulullah ?”,
Maka Suraqah menjawab:”ini aku punya
surat sebagai bukti bahwa aku pernah berjumpa dengan Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam saat beliau hijrah bersama Abu Bakr As Shiddiq, surat ini
sebagai bukti yang akan membawaku ke hadapan Rasulullah shallahu 'alaihi
wasallam sekarang”, dan setelah bertemu dengan Rasul, maka Rasulullah
memeluk Suraqah teringat beberapa tahun yang lalu berjumpa dengan Suraqah di
saat beliau hijrah, maka Rasul berkata:”Suraqah dibebaskan”.
Rasul
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ
هِجْرَةَ بَعْدَ اْلفَتْحِ
“Tidak ada lagi hijrah setelah Fath Makkah”
Maksudnya adalah tidak ada lagi hijrah setelah
Fath Makkah karena Makkah sudah menjadi kota suci, dan sudah disucikan dari
berhala maka tidak perlu lagi orang-orang hijrah dari Makkah ke tempat lain
karena Makkah itu sudah menjadi temapat suci. Tapi ada hijrah – hijrah agung
yang ditawarkan kepada kita diantaranya sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam yang tadi telah kita baca, yang mana datang seorang dusun kepada
Rasulullah dan berkata:”aku ingin dibaiat untuk hijrah”, maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berkata:”Apa kau tidak salah bicara, hal itu
adalah masalah yang sangat berat dan dahsyat, apakah engkau sudah keluarkan
zakatmu ?”, maka orang itu menjawab:”sudah wahai Rasulullah”, maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata:”maka beramallah dari
belakang lautan, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan amalmu sedikitpun”.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar