Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Kisah Hijrah Rasulullah SAW (4)

Kisah Hijrah Rasulullah SAW (4)

Para Ulama' mengatakan di antaranya Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, bahwa ular itu datang bukan ingin menggigit atau mengganggu Rasul, tetapi ular itu datang ingin melihat wajah Nabi Muhammad shallallahu 'alihi wasallam, mencari lubang di sana sini semua tertutup, dan ketika ada lubang terbuka ternyata ada orang yang menghalanginya untuk memandang wajah Rasulullah maka ular itu menggigit berkali-kali, karena biasanya ular berbisa itu kalau menggigit hanya sekali saja tidak berkali-kali, tetapi ular ini menggigit terus agar tangan Abu Bakr melepaskan tangannya dan ular itu bisa melihat wajah nabi Muhammad shallallahu 'alaihin wasallam. Seluruh makhluk mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Maka perjalanan dilanjutkan sampai pada hari yang ke- 12 hari Senin 12 Rabiul Awal, dan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke Madinah Al Munawwarah maka di saat itu disambut dengan qasidah:

طَلَعَ اْلبَدْرُ عَلَيْنَا مِنْ ثَنِيَّةِ اْلوَدَاع

Kemudian Rasul mencari tempat untuk membangun rumah sekaligus masjid beliau di sebelahnya. Maka sampailah ke suatu tempat yang di sebut tanah penyimpanan gudang korma milik dua orang yang bernama Sahal dan Suhail, maka Rasul ingin membelinya tapi Suhail berkata:”tidak wahai Rasulullah kami hadiahkan tanah kepadamu”, tetapi Rasulullah menjawab:”tidak, tetapi harus dengan harga”, maka dibayarlah kepada Suhal dan Suhail, dan mulailah di bangun masjid dan rumah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam yang sekarang di kenal dengan Masjid Nabawy dan saat itu Rasul ikut mengambil batu bata dan memindahkannya satu persatu dengan tangan beliau dan beliau sambil membaca qasidah. Tetapi zaman sekarang orang-orang mengatakan qasidah itu bid'ah, karena dangkalnya pemahaman mereka terhadap ilmu hadits, qasidah dibacakan oleh Rasul, Rasul berkata:

اَللَّهُمَّ لاَ عَيْشَ إِلاَّ عَيْشَ اْلأخِرَةِ فَاغْفِرْ لِلْأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَةِ

“Wahai Allah tiada kehidupan yang lebih sempurna melebihi kehidupan akhirah, maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin”. 

Maka di jawab oleh para sahabat, tapi orang sekarang berkata”iya zaman Rasul membaca syair dan pujian kepada Allah dan Rasul diperbolehkan, karena Rasul sendiri yang membacanya”, perkataan yang seperti ini karena mereka tidak mengetahui ilmu hadits, di dalam riwayat Shahih Al Bukhari ketika Rasul membaca qasidah, maka para sahabat menjawabnya beramai-ramai:

نَحْنُ الَّذِيْنَ بَايَعْنَا مُحَمَّدًا عَلَى الْجِهَادِ ماَ بَقِيْنَا أَبَدًا

Kami yang bersumpah setia untuk Islam dan Jihad, maka kami siap untuk selalu membela Nabi Muhammad, demikianlah yang sampaikan oleh para sahabat.Jadi qasidah yang dibaca bersaut-sautan itu bukan bid'ah tetapi itu adalah sunnah yang sudah mulai tidak di kenal lagi sehingga di anggap bid'ah. Sebagaimana sabda Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa salah satu tanda hari kiamat adalah: Yang menganggap bid'ah sebagai sunnah, dan sunnah dianggap bid'ah, yang mengatakan bahwa tukang sihir adalah, dan wali Allah dikatakan sebagai tukang sihir, hal itu adalah salah satu dari tanda-tanda hari kiamat. Dan yang demikian telah terjadi sekarang, hal yang sunnah dilarang di Masjid karena kedangkalan pemahaman terhadap syariat muthahharah.

Hijrah tidak berhenti di saat itu walaupun delapan tahun kemudian Rasul shallallahu 'alaihi wasallam kembali menuju Fath Makkah, dan di saat itu Suraqah termasuk orang yang di tangkap, dan para sahabat tahu bahwa orang itu adalah yang dulu mengejar Rasul shallallahu 'alaihi wasallam di saat hijrah, maka mereka pun menangkap Suraqah. Setelah ditangkap Suraqah berkata:”bebaskan aku, aku tamu mulia Rasulullah”, maka para sahabat bertanya:”bagaimana kamu mengaku sebagai tamu mulia Rasulullah ?”

Maka Suraqah menjawab:”ini aku punya surat sebagai bukti bahwa aku pernah berjumpa dengan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau hijrah bersama Abu Bakr As Shiddiq, surat ini sebagai bukti yang akan membawaku ke hadapan Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam sekarang”, dan setelah bertemu dengan Rasul, maka Rasulullah memeluk Suraqah teringat beberapa tahun yang lalu berjumpa dengan Suraqah di saat beliau hijrah, maka Rasul berkata:”Suraqah dibebaskan”.

Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لاَ هِجْرَةَ بَعْدَ اْلفَتْحِ

“Tidak ada lagi hijrah setelah Fath Makkah”

Maksudnya adalah tidak ada lagi hijrah setelah Fath Makkah karena Makkah sudah menjadi kota suci, dan sudah disucikan dari berhala maka tidak perlu lagi orang-orang hijrah dari Makkah ke tempat lain karena Makkah itu sudah menjadi temapat suci. Tapi ada hijrah – hijrah agung yang ditawarkan kepada kita diantaranya sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang tadi telah kita baca, yang mana datang seorang dusun kepada Rasulullah dan berkata:”aku ingin dibaiat untuk hijrah”, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata:”Apa kau tidak salah bicara, hal itu adalah masalah yang sangat berat dan dahsyat, apakah engkau sudah keluarkan zakatmu ?”, maka orang itu menjawab:”sudah wahai Rasulullah”, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata:”maka beramallah dari belakang lautan, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan amalmu sedikitpun”


Habib Munzir Al Musawwa
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger