Foto: Pemuda Ansor Panjunan |
Ada hal menarik yang menghiasi peringatan tahun baru hijriyah
di kawasan yang dikenal sebagai sentra Jenang Kudus. Pada hari Selasa 11
September 2018 yang bertepatan dengan
tahun baru hijriyah 1 Muharram 1440, tiba-tiba saja di Jalan Sosrokartono dan
Jalan Bhakti di kawasan sentra jenang Kaliputu dipadati oleh warga. Tak lain
dan tak bukan, mereka menantikan acara tahunan yang diselenggarakan setiap awal
tahun hijriyah.
Acara itu diberi nama Kirab Tebokan yang berlangsung
turun-temurun dan dilaksanakan pada hari pertama bulan Muharram.
Tebokan merupakan istilah dari kata tebok (bahasa Jawa), yaitu
sejenis nampan dari anyaman bambu yang biasa digunakan untuk meletakkan jenang.
Tradisi Tebokan merupakan simbol untuk mengungkapkan syukur dan
terima kasih kepada Tuhan atas keberhasilan mereka di bidang usaha jenang yang
diperingati bertepatan dengan peringatan Tahun Baru Islam.
Adanya Kirab Tebokan yang merupakan tradisi khas warga Kudus yang sering dibanjiri oleh banyak penonton
membuat keamanan menjadi hal yang sangat penting untuk dijaga. Untuk hal
inilah, PAC GP Ansor Kecamatan Kota Kudus menurunkan puluhan Banser nya untuk
mengamankan acara tahunan tersebut. Puluhan pria berseragam loreng-loreng ikut membantu
mengawal jalannya para peserta mengirab Tebok di sepanjang jalan Kaliputu dari
awal hingga usai acara.
Beberapa anggota Banser yang saat itu berjaga (ngepam) berasal
dari PR GP Ansor Panjunan. Dalam laman Facebooknya, Pemuda Ansor Panjunan
memposting beberapa foto para Bansernya yang bertugas dalam acara tersebut. “Banser
Panjunan, Turut aktif dalam pengamanan kegiatan Tebokan sebagai tradisi rutin
warga Kaliputu”, tulis administrator akun tersebut.
Kirab Tebokan tak bisa dilepaskan dari sejarah awal mulanya
Jenang di kudus. Seperti yang dilansir dari beberapa sumber mengenai asal usul
jenang kudus, hal itu bermula dari cerita rakyat yang berhubungan dengan Sunan
Kudus, Syekh Jangkung (Saridin), serta mbah Dempok Soponyono dan Cucunya.
Tokoh-tokoh-tokoh tersebut pun ikut divisualisasikan dalam Kirab Tebokan
sebagai wujud melestarikan dan menjaga sejarah desa Kaliputu khususnya sejarah
awal mula jenang.
Kirab Tebokan, diikuti ratusan warga yang didukung puluhan
pengusaha jenang di Desa Kaliputu serta beberapa pengusaha jenang dari luar
desa setempat dengan total jenang yang diarak, dikabarkan mencapai kurang lebih
tiga kwintal (300 kg). Dalam Kirab tersebut juga dilibatkan anak-anak yang
membawa tebok berarak keliling desa, yang diharapkan menjadi generasi penerus
usaha jenang di desa setempat.
Kirab Tebokan inilah yang mengukuhkan Desa kaliputi sebagai
Desa Wisata Jenang. Dalam prosesnya, kegiatan dimulai sejak pagi. Para tokoh
masyarakat, tokoh agama, perangkat Desa dan Masyarakat Kaliputu serta pihak
yang terkait berkumpul di Masjid Kaliputu untuk melaksanakan do’a bersama,
setelah itu barulah siang harinya sekitar pukul 14.00 WIB, acara Kirab Tebokan
dimulai. Peserta kirab yang telah siap di barisannya mulai berjalan dari
kawasan Makam Pahlawan kaliputu mengarak jenang Tebokan melalui Proliman Kaliputu
menuju Perempatan Burikan dan mengarah ke Makam Sosrokartono untuk menuju
lokasi finish di Desa kaliputu. Dalam acara ini, para pengusaha jenang juga tak
ketinggalan menampilkan kreasi produk jenang mereka dengan tampilan yang
menarik hingga menambah meriah acara Tebokan tersebut.
Pada puncak acaranya, jenang yang telah dido’akan dibagikan
kepada masyarakat dan pengunjung yang datang. Dengan Kirab Tebokan ini
diharapkan tradisi dan sejarah jenang kudus tetap terlestarikan serta menjadi
destinasi wisata rutin tahunan di Kota Kudus.
Posting Komentar